Undang- undang RI Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

tentang susunan dan kedudukan, hubungan kewenangan Polri dalam menjalankan tugasnya. Pada tahun 1999 merupakan momentum keluarnya Polri dari unsur angkatan bersenjata sehingga kedudukan bersifat polri mandiri untuk menentukan kebijakan organisasinya tanpa pengaruh dari tentara. Polri mempunyai program yaitu polisi yang profesional dan mandiri. Pada tahun 2000 Kepolisian Negara Republik Indonesia benar-benar lepas dari ABRI dan secara struktural polri tidak satu atap lagi dengan Departemen Pertahanan dan Keamanan, sehingga Polri bisa menentukan organisasinya sendiri. 40 Adanya pengaturan tentang pelaksaan tugas dan fungsi Kepolisian Republik Indonesia membuktikan bahwa polri merupakan organisasi yang bersifat mandiri yang berada dibawah kendali Presiden.

D. Undang- undang RI Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia Lahirnya Undang-undang Nomor 2 tahun 2002 sebagai pengganti Undang-undang Nomor 28 tahun 1997 tidak dapat dipisahkan dengan adannya reformasi di bidang hukum yang terjadi di Indonesia, bahkan dapat dikatakan sebagai hasil dari adanya reformasi. Dikatakan demikian, karena reformasi mampu mendobrak aksistensi Polri yang telah berpuluh-puluh tahun sebagai bagian atau unsur ABRI dirubah sebagai Polri yang mandiri. Secara filosofis lahirnya Undang-undang No. 2 tahun 2002 karena terjadinya pergeseran 40 Ibid, Hal.100 paradigma dalam sistem ketatanegaraan, dan adanya penegasan pemisahan kelembagaan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia. Perubahan militeristik Polri ini menjadi sangat penting, karena eksistensi polri sebagai penegak hukum law enforcement dengan mendekatkan sudut legalistik organisasi dan mekanisme kerja kepolisian, Polri adalah agensi pelaksana “the rule of criminal procedure” RCP yang diberi kekuasaan oleh undang-undang untuk mempertahankan dan memelihara ketertiban dan keamanan sebagai yang diatur dalam “the rule of criminal code” RCC, yang secara umum berlaku “code of conduct for law enforcement officials” yang telah ditetapkan dalam Kongres Perserikatan Bangsa Bangsa ke-VII dan ke-VIII tentang “ The Prevention of Crime and treat- ment of Offenderrs”. Keberhasilan cita-cita undang-undang tersebut sangatlah ditentukan oleh profesionalisme polri, yang didukung dengan instrumen hukum yang memberikan ketegasan batas tugas dan wewenangnya. Dilihat tugas dan wewenang Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam Undang-undang Nomor 2 tahun tahun 2002, dapat dikaji dari pendekatan tugas pokok Polri dan wewenang Polri yang meliputi wewenang umun dan khusus. Menurut pasal 13 tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah; 41 a. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; b. menegakkan hukum, dan c. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. 41 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia Keamanan yang asal katanya aman adalah suatu kondisi yang bebas dari segala macam bentuk gangguan dan hambatan. Sedangkan pengertian Ketertiban adalah suatu keadaan dimana segala kegiatan dapat berfungsi dan berperan sesuai ketentuan yang ada. Pengertian keamanan dan ketertiban masyarakat Kamtibmas menurut Pasal 1 Undang-undang Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2002 disebutkan bahwa suatu kondisi dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam rangka tercapainnya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum , serta terbinanya ketentraman yang mengandung kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah, dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat. Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Ditinjau dari sudut subjeknya penegakan hukum itu dapat dilakukan oleh subjek yang luas dan dapat pula diartikan sebagai upaya penegakan hukum oleh subjek dalam arti yang terbatas atau sempit. Proses penegakan hukum dalam arti luas yaitu melibatkan semua subjek hukum dalam setiap hubungan hukum. Setiap yang menjalankan aturan normatif atau melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dengan mendasarkan diri pada norma aturan hukum yang berlaku, berarti dia menjalankan atau menegakkan aturan hukum. Arti sempit, penegakan hukum itu hanya diartikan sebagai upaya aparatur penegakan hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu aturan hukum berjalan sebagaimana seharusnya. Dalam memastikan tegaknya hukum itu, apabila diperlukan, aparatur penegak hukum itu diperkenankan untuk menggunakan daya paksa. Penegakan hukum ditinjau dari sudut objeknya yaitu dari segi hukumnya. Arti luas, penegakan hukum itu mencakup pula nilai-nilai keadilan yang terkandung di dalamnya bunyi aturan formal maupun nilai-nilai keadilan yang hidup dalam masyarakat. Arti sempit, penegakan hukum itu hanya menyangkut penegakan peraturan yang formal dan tertulis saja. Karena itu, penerjemahan perkataan „law enforcement’ke dalam bahasa Indonesia dalam menggunakan perkataan penegakan hukum dalam arti luas dan dapat pula digunakan istilah penegakan peraturan dalam arti sempit. 42 Polri yang mampu menjadi pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat yang selalu dekat dan bersama-sama masyarakat, serta sebagai penegak hukum yang profesional dan proposional yang selalu menjunjung tinggi supermasi hukum dan hak azasi manusia, pemelihara keamanan dan ketertiban serta mewujudkan keamanan dalam negeri dalam suatu kehidupan nasional yang demokratis dan masyarakat yang sejahtera, memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat meliputi aspek security, surety, safety dan peace sehingga masyarakat bebas dari gangguan fisik maupun psykis. 42 http:www.jimly.commakalahnamafile56Penegakan_Hukum.pdf. Sabtu 11 april 2015, jam 8.48 WIB Rincian dari tugas-tugas pokok kepolisian tersebut, tercantum dalam pasal 14 Undang-undang Nomor 2 tahun 2002 yaitu; 43 1 Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas : a. melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan; b. menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan; c. membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan; d. turut serta dalam pembinaan hukum nasional; e. memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum; f. melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa; g. melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya; h. menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian; 43 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia i. melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban danatau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia; j. melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi danatau pihak yang berwenang; k. memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian; serta l. melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 1 Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf f diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Polisi disemua negara dalam melaksanakan penegakan hukum di lapangan adalah wewenangnya sama. Berkaitan dengan wewenang kepolisian meliputi wewenang umum dan wewenang khusus. Wewenang khusus sebagaimana dirumuskan dalam pasal 15 ayat 1 Undang-undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian yang meliputi : a. menerima laporan danatau pengaduan b. membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat menggangguketertiban umum; c. mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat; d. mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan dan kesatuan bangsa; e. mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif kepolisian; f. melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan; g. melakukan tindakan pertama di tempat kejadian; h. mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang; i. mencari keterangan dan barang bukti; j. menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional; k. mengeluarkan surat izin danatau surat keterangan yang diperlukan dalam rangka pelayanan masyarakat; l. memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat; m. Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu. Berkaitan dengan wewenang khusus kepolisian, antara lain : pertama, kewenangan sesuai peraturan perundang-undangan Pasal 5 ayat 2, dan kedua Kepolisian Republik Indonesia memiliki kewenangan sesuai dengan pasal 15 ayat 2 UU Nomor 2 tahun2002 tentang Kepolisia yaitu: a. Memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegiatan masyarakat lainnya; b. Menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor; c. Memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor; d. Menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik; e. Memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak, dan senjata tajam; f. Memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan terhadap badan usaha di bidang jasa pengamanan; g. Memberikan petunjuk, mendidik, dan melatih aparat kepolisian khusus dan petugas pengamanan swakarsa dalam bidang teknis kepolisian; h. Melakukan kerja sama dengan kepolisian negara lain dalam menyidik dan memberantas kejahatan internasional; i. melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing yang berada di wilayah Indonesia dengan koordinasi instansi terkait; j. mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi kepolisian internasional; k. melaksanakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup tugas kepolisian. Pasal 16 ayat 1 Undang-undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian mengatur tentang wewenang polisi di bidang proses pidana : a. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan b. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk kepentingan penyidikan c. Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan; d. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri; e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat; f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; h. Mengadakan penghentian penyidikan; i. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum; j. Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana; k. Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai negeri sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum; dan l. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab. Kewenangan dalam melakukan tindakan lain menurut hukum yang bertanggungjawab sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat 1 huruf i dapat dilaksanakan oleh penyelidik atau penyidik, dengan syarat : a. Tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum b. Selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan tersebut dilakukan c. Harus patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkungan jabatannya d. Pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa e. Menghormati hak asasi manusia.

E. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2003