Latar Belakang Masalah Peranan Syaikh Quro dalam penyebaran agama Islam di Jawa Barat Abad XV M

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehadiran Islam di Nusantara, khususnya di wilayah Indonesia adalah tema yang menarik banyak kalangan, yaitu Sejarawan, Budayawan, Sosiolog, Antropolog dan bahkan Politisi. Persoalan masuknya Islam ke Indonesia adalah “masalah klasik” yang belum selesai di perbincangkan, persoalan ini telah mendorong para Sejarawan mengemukakan berbagai temuannya yang kemudian di kukuhkan sebagai teori. Masuknya Islam ke wilayah Indonesia oleh MC. Rikclefs disebut sebagai “ suatu Proses yang sangat penting dalam sejarah Indonesia, namun juga yang paling tidak jelas”. 1 Pendapat Ricklefs itu, menurut Didin Saepudin, bisa jadi karena masuknya Islam ke Indonesia menimbulkan beberapa teori yang dikemukakan para ahli dan telah diperdebatkan oleh para ilmuan, namun agak sulit untuk disimpulkan. 2 Sedangkan Menurut Ricklefs sendiri bahwa kesimpulan pasti tidak mungkin dicapai karena sumber-sumber yang ada tentang islamisasi sangat langka dan sering sangat tidak informatif. 3 Adapun secara umum menurut Ricklefs ada dua proses mengenai penyebaran agama Islam di Indonesia. Pertama, penduduk pribumi mengalami kontak dengan agama Islam dan kemudian menganutnya. Proses kedua, orang-orang Asing Arab, India, Cina dll. yang 1 MC. Ricklefs, A History of Modern Indonesia, Pernerjemah, Dharmono Hardjowidjono, Yogyakarta: Gajah Mada Univ. Press 2005, hal. 3. 2 Didin Saepudin, Proses Islamisasi Penduduk Indonesia dalam Perspektif Sejarah, hal. 225. 3 MC. Ricklefs. A History of Modern Indonesia, hal. 3 telah memeluk agama Islam tinggal secara tetap di suatu wilayah Indonesia, kawin dengan penduduk asli, dan mengikuti gaya hidup lokal sedemikian rupa sehingga mereka sudah menjadi orang Jawa, Melayu, atau suku lainnya. 4 Pengungkapan kembali berbagai temuan dan data sejarah seputar kehadiran Islam di Indonesia masih layak di kemukakan, meskipun hanya bersifat deskriptif. Dilihat dari segi kedatangan Islam, ada tiga teori besar mengenai masuknya Islam ke Nusantara atau Indonesia yang dikemukakan oleh Azyumardi Azra di dalam bukunya Jaringan Ulama. Pertama , teori yang menyatakan bahwa Islam langsung dari Arab, atau tepatnya Hadramaut. Beberapa tokoh yang mengusung teori ini adalah Crawfurd 1820, keyzer 1859, Niemann 1861, De Hollander 1861 dan Veth 1878. Crawfurd menyatakan bahwa Islam datang langsung dari Arab. Sedangkan Keyzer beranggapan bahwa Islam datang dari Mesir yang bermazhab Syafi’i, sama seperti yang di anut kaum Muslimin Nusantara umumnya. Teori ini juga di pegang oleh Neiman dan De Holander, tetapi dengan menyebut Hadramaut, bukan Mesir, sebagai Sumber datangnya Islam, sebab Muslim Hadramaut adalah pengikut Mazhab Syafi’i seperti juga kaum Muslimin Nusantara. Sedangkan Veth hanya Orang-orang Arab “tanpa menunjuk asal di Timur-Tengah maupun kaitannya dengan Hadramaut, Mesir atau India.” 5 Kedua : teori yang mengatakan Islam di Indonesia atau Nusantara berasal dari India. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Pijnapel pada 1872. Berdasarkan terjemahan Perancis tentang catatan perjalanan Sulaeman, 4 Ibid. hal. 4 5 Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur-Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII XVII , Bandung : Mizan, 1994, hal. 31. Marcopolo dan Ibnu Battuta.Ia menyimpulkan bahwa orang-orang Arab yang bermazhab Syafi’i dari Gujarat dan Malabar di India yang membawa Islam ke Asia Tenggara. Oleh karena itu Nusantara, menurut teori ini menerima Islam dari India. Sedangkan mengenai waktu pada teori tidak menyebutkan secara pasti, namun prediksi waktu yakni pada abad XII, sebagai periode yang mungkin sebagai awal Penyebaran Islam di Nusantara. Ketiga: teori yang menyatakan bahwa Islam datang dari Benggali kini Bangladesh dikembangkan Fatimi. Dia mengutip keterangan Tome Pires yang mengungkapkan bahwa kebanyakan orang terkemuka di Pasai adalah orang Benggali atau keturunan mereka, bahkan lebih jauh Fatimi menjelaskan bahwa Islam pertama kali muncul di Semenanjung Melayu. Yakni dari arah timur pantai, bukan dari barat Malaka, lalu melalui Kanton, Pharang Vietnam, Leran, dan Trengganu. Proses awal Islamisasi ini, menurut Fatimi terjadi pada abad ke 11 M. masa ini dibuktikan dengan di temukannya batu nisan seorang Muslimah bernama Fatimah binti Maimun yang wafat pada tahun 475 H atau 1082 M di Leren Gresik 6 Masih berkaitan dengan kedatangan Islam ke Nusantara, Wan Hussein Azmi menambahkan satu lagi teori bahwa Islam datang dari Cina. Ia mengutip teori Emanuel Godinho de Eradie seorang ilmuan Spanyol yang menulis pada 1613 M. “sesungguhnya Aqidah Muhammad telah di terima di Pattani dan Pam di 6 Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur-Ttengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII XVII, Bandung: Mizan 1994 , hal. 31-32. pantai timur kemudian diterima dan dikembangkan Paramesyawara pada 1411 M. 7 Sementara itu ekspedisi Laksamana Cheng-Ho yang memasuki Nusantara menimbulkan dugaan bahwa Islam bisa di mungkinkan datang melalui Cina. A. Dahana, Guru besar studi Cina, Universitas Indonesia UI Depok, berpendapat perkiraan bahwa Cheng-Ho juga menyebarkan Islam dalam Ekspedisinya tidak mengada-ada. Fakta ini bisa di telusuri dari faktor Tionghoa dalam Islamisasi Asia Tenggara. Selama ini katanya arus Islamisasi yang di kenal hanya berasal dari dua tempat yaitu Gujarat dan Timur-Tengah. “ munculnya teori tentang peran warga Tionghoa dalam penyebaran Islam di Nusantara merupakan proses pengayaan Khazanah Kesejarahan kita.” 8 Sementara itu Prof . Hembing Wijayakusuma dalam kata pengantar buku Laksamana Cheng-Ho menyatakan bahwa Cheng-Ho berjasa besar dalam penyebaran agama Islam, pembauran, dan peningkatan sumber daya manusia dalam bidang perdagangan dan pertanian bagi daerah yang di kunjunginya. Cheng- Ho juga memiliki peran besar dalam membentuk Masyarakat Muslim Tionghoa dan membangun hubungan diplomatik dan persahabatan antara Tiongkok dan Masyarakat Indonesia serta dengan Masyarakat dunia lainya. 9 . Seiring berjalannya waktu peta penyebaran agama Islam di Indonesia Abad 15 menunjukkan jaringan yang luas hampir di seluruh pulau besar di 7 A. Hasymi, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, Bandung : Al- Ma’rif 1993, hal. 180. 8 Didin Saepudin, Proses Islamisasi Penduduk Indonesia dalam Perspektif Sejarah. hal. 227. 9 Prof. Kong Yuanzhi, Muslim Tionghoa Cheng-Ho,Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara, Jakarta : Pustaka Popular Obor 2005, hal. Xxxii. Indonesia, seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, NusaTenggara, Maluku dan Papua. Keberhasilan penyebaran Islam ini selain oleh Para Ulama sendiri juga atas dukungan politik dan kekuasaan Raja Sultan yang turut menyebarkanya. Faktor lain dari keberhasilan penyebaran Islam adalah Agama Islam yang bersifat Universal , Konprehensif dan Rahmatan lil ‘alamin. 10 Di wilayah Jawa Barat penyebaran Agama Islam dirintis oleh seorang Ulama yang bernama Syaikh Mursyadatillah atau Syaikh Qurotul’ai, Syaikh Hasanudin. 11 Syaikh Quro merupakan tokoh penting penyebar agama Islam di Jawa Barat, karena sebelumnya wilayah Jawa barat berada dalam kerajaan Hindu Tarumanagara 395-628 M, Sunda dan Galuh 628-1357 M, Pajajaran Pakuan 1357-1521 M. kerajaan Sumedanglarang 1580-1608 M 12 Syaikh Quro adalah putra Ulama besar Mekah yang menyebarkan Agama Islam di Campa Kamboja. Ayahnya bernama Syaikh Yusuf Siddik, seorang ulama besar di Campa, yang masih ada garis keturunan dengan Syekh Jamaludin serta Syaikh Jalaludin Ulama besar Mekah, bahkan menurut sumber lainnya garis keturunannya itu sampai kepada Syayidina Hussen bin Syaidina Ali ra. Dan Siti Fatimah Rasulullah SAW. 13 Pada tahun 1409 M, Kaisar Cheng Tu dari Dinasti Ming memerintahkan Laksamana Sam Po Bo untuk memimpin Armada Angkatan Lautnya dan 10 Fauzan Al- Anshari, Garis-Garis Besar Syariat Islam, Jakarta : Khairul Bayan 2003, Cet ke 1, hal. 3. 11 Wawancara pribadi. Habib Saleh, Al- Habsyi, Pengajar SejarahSejarawan Kab, Karawang, di Karawang, 21 Desember. 2010 12 Yunus Suherman, Sejarah Perntisan Penyebaran Islam di Tatar Sunda, , Bandung Pustaka 1995, . Cet, ke-2, hal . 5-15. 13 Syamsurizal, Ikhtisar Sejarah Singkat Syekh Qurotul’ain, Karawang Mahdita , 2009. hal. 10 mengerahkan 63 buah kapal dengan prajuritnya yang berjumlah hampir 27.800 orang untuk menjalin persahabatan dengan Kesultanan Islam. Dalam rombongan Armada Angkatan laut Tiongkok itu di ikut sertakan Syaikh Hasanuddin atau Syaikh Quro dari Campa untuk mengajar agama Islam di kesultanan Malaka. 14 Setelah Syaikh Quro menunaikan tugasnya di Malaka, selanjutnya beliau mengadakan kunjungan ke daerah Martasinga, Pesambangan dan Japura melalui Pelabuhan Muara Jati,Cirebon untuk menyebarkan agama Islam. Pada waktu itu Jawa Barat masih di kuasai Negeri Padjajaran yang masih menganut Agama Hindu, Raja Padjajaran bernama Prabu Anggalarang rupanya mencemaskan kegiatan penyebaran Islam yang dilakukan Syaikh Quro, Sehingga dimintanya agar penyebaran Agama Islam yang di lakukan Syaikh Quro di hentikan. Perintah itu di patuhi oleh Syaikh Quro lalu beliaupun kembali lagi ke Malaka. 15 Beberapa waktu kemudian Syaikh Quro membulatkan tekadnya untuk kembali ke wilayah kerajaan Hindu Pajajaran. Perjalanan Rombongan Syaikh Quro melewati laut Jawa kemudian memasuki Muara Kali Citarum yang pada waktu itu Muara Citarum ramai dilayari oleh perahu para pedagang yang keluar masuk wilayah Pajajaran. Selesai menelusuri kali Citarum ini akhirnya rombongan Perahu Syaikh Quro singgah di Pura Dalem atau Pelabuhan Karawang. Kedatangan Ulama Besar ini diterima baik oleh petugas pelabuhan 14 Atja. Carita Purwaka Caruban Nagari : Karya Sastra sebagai Sumber Pengetahuan Sejarah, Bandung : Proyek Permuseuman, Jawa Barat, 1986, hal. 31. Laksamana Te- Ho kemungkinan adalah Laksamana Cheng-Ho yang di sertai Ma-Huan dan Feh- Tsin, keduanya pandai berbhasa Arab dan telah beragama Islam. 15 Dewan Keluarga Masjid Agung Karawang, Sejarah dan Peranan Masjid Agung Karawang dalam Pembinaan Umat yang Beriman dan Bertakwa , Karawang, tanpa pengarang, 1993. Hal. 4. Karawang dan di izinkan untuk mendirikan Musholla yang digunakan juga untuk tempat belajar mengaji dan tempat tinggal. 16 Pada masa itu daerah Karawang sebagian besar masih merupakan hutan belantara serta daerah yang di kelilingi oleh rawa-rawa. Hal ini menjadikan dasar pemberian nama Karawang, yang berasal dari Bahasa Sunda yaitu Ka-rawa-an yang memiliki arti tempat atau daerah yang berawa-rawa. Keberadaan daerah Karawang telah di kenal sejak masa kerajaan Padjajaran yang berpusat di Bogor, karena pada masa itu, Karawang merupakan satu-satunya jalur lalu lintas yang sangat penting sebagai jalur Transfortasi hubungan antara kedua Kerajaan besar yakni Kerajaan Pakuan Padjajaran dengan Kerajaan Galuh Pakuan yang berpusat di Ciamis. 17 Peranan Sosial Keagamaan Syaikh Quro dalam menyebarkan agama Islam, beliau berjasa dalam usaha Islamisasi Pemerintahan Kerajaan Padjajaran Raja Prabu Siliwangi sehingga memudahkan penyebaran agama Islam di Jawa Barat. 18 Selain itu peranan Sosial lainnya beliau, membangun Lembaga pendidikan yaitu Pesantren Quro yang sekarang telah berubah menjadi Masjid Agung Karawang 19 adapun peranan dalam hal Keagamaan yakni Syaikh Quro menyebarkan dakwah Islam kepada Masyarakat Jawa Barat, sehingga merubah 16 Ibid., hal 5 17 Pemda Karawang, Sejarah Singkat Hari jadi Kabupaten Karawang berikut Silsilah dan Urutan para Bupatinya, 2009, ha.l 3-4. 18 Wawancara pribadi. Habib Saleh, Al- Habsyi, Pengajar SejarahSejarawan Kab, Karawang, Karawang, 21 Desember 2010. 19 Dewan Keluarga Masjid Agung Karawang, Sejarah dan Peranan Masjid Agung Karawang dalam Pembinaan Umat yang Beriman dan Bertakwa , Karawang , tpn, 199, hal. 8. keyakinan mereka dari Masyarakat yang berkeyakinan Hindu dan Budha menjadi Masyarakat yang Islami. 20 Pengungkapan sejarah peranan Sosial Ulama dalam perjalanan menyebarkan agama Islam di Indonesia khususnya wilayah Jawa Barat Abad XV merupakan hal yang langka. maka perlu suatu pengungkapan sejarah, atau usaha untuk merekontruksi masa silam sebagai suatu ingatan kolektif. Ahli Sejarah Ahmad Mansur Suryanegara mengatakan bahwa menoleh kembali ke masa lalu,bertujuan untuk memahami masa yang akan datang, yang merupakan tiga dimensi waktu yang selalu berkaitan dan akan menemukan informasi pengalaman yang lebih teruji. 21 Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis akan mencoba untuk membahas dan meneliti tentang Peranan Syaikh Quro Hasanudin dalam Penyebaran agama Islam yang di tuangkan dalam skripsi yang berjudul “ Peranan Syaikh Quro Dalam Penyebaran Agama Islam di Jawa Barat Abad XV M”

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah