Peranan Sosial Keagamaan Syaikh Quro dalam Penyebaran agama

C. Peranan Sosial Keagamaan Syaikh Quro dalam Penyebaran agama

Isam di Jawa Barat Abad XV M. Peranan Ulama, bagaimanapun sangat penting dan menentukan dalam perjalanan sejarah Islam, bahkan dapat dikatakan maju mundurnya perkembangan umat Islam sangat tergantung dengan kegiatan dakwah yang dilakukan para ulamanya. 105 termasuk peranan Syaikh Quro dalam menyebarkan dakwahnya di Jawa Barat, sebagai pewaris Nabi Para Ulama menjalankan fungsi-fungsi Kenabian, seperti Pendidik untuk menyempurnakan Akhlaq Al-Karimah dikalangan Masyarakat, berdakwah untuk mengajak orang-orang agar berbuat baik dan mencegah kemungkaran. Singkatnya, diatas pundak mereka teremban tugas untuk menyebarluaskan, pengetahuan dan ajaran-ajaran Islam, sehingga masyarakat yang Islami akan terwujud. Peranan Syaikh Quro sangat besar menyebarkan agama Islam di Jawa Barat, beliau Merupakan seorang Ulama yang memiliki eksistensi dan keberadaannya di Jawa Barat dan sekitarnya, beliau adalah sebagai tokoh agama yang banyak merubah kondisi dan karakter Masyarakat di sekitar Jawa Barat, dari Masyarakat yang berkeyakinan Hindu dan Budha menjadi Masyarakat yang Islami,dan sangat Religius. 106 Menurut Habib Saleh Ia mengatakan, Syaikh Quro merupakan tokoh Ulama yang di cintai Masayarakat karena mempunyai sifat yang Bijaksana, 105 Hamzah, Peranan KH Ahmad Jayadi dalam mengembangkan dakwah di klender Jakarta Timur , Jakarta : Skripsi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, 2007 , hal. 44. 106 Habib Saleh, Al- Habsyi, Wawancara pribadi, di Karawang , 21 Desember 2010. menjungjung tinggi Nilai Moral dan Akhlakul Al-Karimah. 107 Diketahui pula bahwa, Syaikh Quro dalam menyampaikan ajaran Islam kepada Masyarakat dengan sangat Bijaksana, pengaruh Mistik agama Hindu dan Budha serta Adat Istiadat dalam praktik-praktik peribadatan mereka yang tidak terdapat dalam ajaran Islam, sengaja di biarkan oleh Syaikh Quro ketika itu . beliau sendiri berusaha menghilangkannya dengan cara mengawinkan kepercayaan lama dengan kepercayaan baru yakni Islam sehingga menyebabkan agama Islam dapat tersiar dengan damai. Agama Islam khususnya di daerah Jawa, disebarkan melalui saluran perdagangan, perkawinan dan dakwah atau tabligh secara langsung kepelosok- pelosok perkampungan oleh pedagang Islam, yang kemudian diteruskan oleh para wali. Para wali dalam menyebarkan agama Islam pada permulaannya melalui perkumpulan-perkumpulan yang sangat terbatas bahkan kebanyakan secara rahasia kemudian dilanjutkan dari mulut ke mulut. Setelah pengikutnya bertamabah banyak, maka sistem penyebaran Islam dilakukan dengan jalan Tabligh-tabligh yang diadakan dari rumah-kerumah, kemudian meningkat membentuk suatu Pesantren. 108 Hal serupa berlaku pula pada Masayarakat Jawa Barat ketika itu, Masyarakat penganut agama Islam di Jawa Barat pada abad XV itu sehari-hari selalu mengadakan perkumpulan dalam Pesantren dan Mushala yang di bangun Syaikh Quro, 109 sedangkan peraturan-peraturan agama Islam dijalankan bersama dengan adat istiadat Hindu dan Budha, maka dalam masyarakat Jawa Barat ketika 107 Habib Saleh, Al- Habsyi, Wawancara pribadi, di Karawang, 21 Desember 2010. 108 Cholihin Salam, Sejarah Islam di Jawa Jakarta: Djayja Murni, 1964, hal. 15. 109 Habib Saleh Al- Habsy, Wawancara pribadi, di Karawang, 21 Desember 2010. itu terdapat percampuran nilai-nilai ajaran Hindu dan ajaran Budha kedalam agama Islam yang sukar dihilangkan terutama dalam praktik-praktik peribadatan. Akan tetapi Syaikh Quro merasa perlu mengajarkan agama Islam yang berdasarkan Al Quran dan sunah Rasullah. Dalam pengajaran itu kepercayaan rakyat yang telah ada tidaklah sekaligus di berantas atau di tukar. Akan tetapi sedikit demi sedikit ajaran-ajaran Islam dimurnikan dan tiada paksaan untuk memeluk agama Islam. 110 Peranan Sosial Keagamaan Syaikh Quro dalam Penyebaran agama Islam di Jawa Barat terutama dalam hal Sosial, ini dapat dilihat dari peran Syaikh Quro yang terus berusaha menumbuhkan perasaan di kalangan masyarakat akan pentingnya pendidikan, Oleh karena itu beliau merasa berkewajiban untuk memikirkan berdirinya suatu lembaga pendidikan sebagai tempat belajar bagi masyarakat, dimana beliau dapat membimbing mereka kearah kehidupan yang lebih maju dan taat terhadap ajaran agama Islam, kemudian beliau mendirikan pesantren dan mushala yang fungsinya dimanfaatkan sebagai tempat belajar dalam bidang pendidikan Islam. terutama ilmu tentang Qiroa’t Al- Quran , pesantren nya dahulu di kenal dengan sebutan pesantren Quro, yang konon disebutkan pesantren pertama atau tertua di wilayah Jawa Barat. 111 Di lembaga pendidikan Islam yang di bangun Syaikh Quro ini masyarakat mempelajari ajaran Islam dalam bentuknya yang sederhana yaitu belajar membaca Al-Quran dari mulai pengenalan huruf-huruf serta tanda-tandanya, membaca ayat- ayat pendek yang mudah di hafal. Sebagai kelanjutannya mereka mengaji seluruh 110 Ibid., 111 Ibid., Al-Quran disertai cara-cara beribadah mengambil Wudhu Sembahyang, Puasa dan Akhlaq, selanjutnya temapat belajar ini bertambah luas dan berkembang menjadi tempat belajar ilmu-ilmu agama Islam, seperti ilmu tauhid,ilmu kejiwaan dan ilmu fiqih. 112 Melalui saluran pendidikan ini Syaikh Quro telah berhasil mengangkat masyarakat Jawa Barat umumnya dari kehidupan yang primitif menjadi berperadaban pada masa itu, tolak ukurnya adalah adanya peningkatan pemahaman ajaran agama yang tadinya Animisme dan Dinamisme menjadi pemahaman ajaran Islam, baca tulis huruf Arab khususnya ayat-ayat Al-Quran, kreatifitas kehidupan masyarakat, masyarakat yang berahlaq baik, dan komunikasi yang baik dengan masyarakat. 113 Selain melalui saluran pendidikan, peranan Sosial Keagamaan Syaikh Quro lainnya yakni implementasi ajaran agama Islama yaitu melalui saluran Pernikahan, sebagaimana yang telah di bahas di atas ketika Prabu Siliwangi yang di utus Ayahnya Prabu Anggalarang untuk menutup pesantren Quro, namun sesampainya di pesantren Syaikh Quro, Prabu Siliwangi tertambat oleh alunan suara merdu pembacaan ayat-ayat suci Al- Quran yang dikumandangkan oleh Nyimas Subang Larang murid Syaikh Quro, yakni putri dari Ki Jumanjati atau Ki Gedeng Tapa Syahbandar pelabuhan Muara Jati. Hingga akhirnya Prabu Siliwangi mengurungkan niatnya untuk menutup pesantren Syaikh Quro, Atas kehendak yang Maha Kuasa, Prabu Siliwangi menaruh perhatian khusus kepada Nyi Mas Subang Larang atas kemerduan 112 Habib Saleh Al- Habsy, Wawancara pribadi, di Karawang, 21 Desember 2010. 113 Habib Saleh Al- Habsy, Wawancara pribadi, di Karawang, 21 Desember 2010. suaranya dalam melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran juga parasnya yang cantik, hingga Prabu Siliwangi tanpa ragu untuk meminang dan memperistri sekaligus juga ingin menjadikan Nyi Mas Subang Larang sebagai Permaisurinya. Dan ketika Prabu Siliwangi melamar, Syaikh Quro mengajukan beberapa syarat di antaranya harus menikah secara Islami, dimana sebagai penghulunya Syaikh Quro sendiri dan setelah menikah Nyi Mas Subang Larang harus dijadikan permaisuri serta diberikan kebebasan untuk tetap bisa melakukan Sembahyang shalat lima waktu. 114 Dari syarat-syarat yang di ajukan, semuanaya menunjukan adanya usaha dakwah Islam dari Syaikh Quro, setidaknya dengan syarat nikah secara Islami, Prabu Siliwangi yang sebagai putra mahkota harus mengakui Islam karena Ia juga harus mengikuti ritual syariat Islam. dan dengan permintaan menjadi Permeisuri setidaknya Nyi Mas Subang Larang dapat memperkenalkan keislaman dikalangan pusat Pemerintahan. 115 Dalam sejarah perjalanan agama Islam di Jawa Barat , ternyata pernikahan juga merupkan perkara yang turut mempercepat proses penyebaran Islam karena disamping sebagai reproduksi keturunan juga menarik jiwa lain untuk menganut Islam . seperti seorang Muslim yang akan menikah dengan non Muslim, dia akan berusaha untuk memuslimkan calonnya terlebih dahulu sebelum diadakan akad nikah dan setidaknya akad nikah mereka dilaksanakan secara Islam dan setelah menikah mereka mempunyai keturunan yang dididik sebagai seorang Muslim. 114 Habib Saleh Al- Habsy, Wawancara pribadi, di Karawang, 21 Desember 2010. 115 Ibid., Perkawinan Prabu Siliwangi dengan Nyi Mas Subang Larang di karuniai dua orang putra yakni Pangeran Walasungsang dan Pangeran Raja Sengsara atau Kian Santang, juga di karunia satu putri yakni Ratu Mas Rara Santang, adapun Nyi Mas Rara Santang di peristri oleh sultan Mesir yang bernama Syarif Abdullah, setelah menikah Nyi Mas Subang Larang namanya diganti menjadi Syarifah Mudaim, dari hasil pernikahannya mereka di karuniai dua orang putra, yang bernama Syarif Hidayatullah dan Syarif Nurullah. Jadi apa yang dikatakan Syaikh Quro, bahwa kelak dari keturunan Raja Pajajaran akan ada yang menjadi Waliyullah menjadi kenyataan yakni Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati Cirebon. 116 Dengan demikian dapatlah dipahami bahwa ternyata pernikahan mempunyai arti tersendiri bagi perkembangan Islam di tatar Sunda, apalagi pernikahan merupakan produk generasi yang akan menggantikan generasi sebelumnya yang pada waktu itu mayoritas Hindu- Budha serta kepercayaan nenek moyang, bahkan dari perkawinan itulah menempatkan Islam di Kalangan penguasa Bangsawan, mungkin ini suatu kemudahan bagi Islam karena dengan banyaknya para penguasa dan bangsawan memeluk Islam maka banyak pula rakyat yang mengikutinya. Para Penguasa dan Bangsawan merupakan aspek yang cukup penting dalam proses penyebaran Islam di Jawa Barat, sebab kedudukan bangsawan pada msyarakat masa itu merupakan suatu kunci yang bisa mewarnai perubahan- perubahan pada masyarakat. Sosok bangsawan mendapat kedudukan yang tinggi 116 Dewan Keluarga Masjid Agung Karawang, Sejarah dan Peranan Masjid Agung Karawang dalam PembinaanUumat yang Beriman dan Bertakwa , Karawang, tpn, 1993, hal. 8. di masyarakat sehingga segala tindakan dan perilakunya sering dijadikan pedoman atau panutan masyarakatnya. jika penguasa dan keluarganya telah menganut agama Islam maka tidak heran kalau masyarakatnya pun ikut muslim. Berdasarkan peranan penting diatas penulis dapat mengatakan bahwa Syaikh Quro adalah seorang ulama kharismatik, mempunyai kepribadian yang mulia, dengan sikap yang toleran, akhlaqul karimah, sehingga dapat menghantarkan Islam sampai ke tanah Jawa Barat, dan tidaklah berlebihan jika Syaikh Quro dapat dikatakan kunci awal penyebaran agama Islam di Jawa Barat. BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan