BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Umum
Setiap bangunan sipil seperti gedung, jembatan, terowongan, menara, tanggul dan sebagainya harus memiliki pondasi untuk dapat mendukungnya. Istilah pondasi
digunakan dalam teknik sipil untuk mendefenisikan suatu konstruksi bangunan yang berfungsi sebagai penopang bangunan dan meneruskan beban bangunan di atasanya
upper structure ke lapisan tanah yang cukup kuat daya dukungnya. Untuk itu peran pondasi untuk menopang bangunan di atasnya harus diperhitungkan agar dapat
menjamin kestabilan bangunan terhadap berat sendiri,beban yang bekerja, gaya –
gaya luar seperti angin, gempa bumi dan lain sebagainya. Disamping itu, tidak diizinkan terjadi penurunan melibihi batas yang diijinkan. Adapun fungsi pokok dari
pondasi ini adalah melanjutkan beban yang bekerja pada bangunan tersebut ke lapisan tanah yang berada di bawah pondasi. Pondasi ialah bagian dari suatu sistem rekayasa
yang meneruskan beban yang di topang oleh pondasi dan beratnya sendiri kepada dan kedalam tanah dan batuan yang terletak dibawahnya Bowles, 1997.
Istilah struktur atas umumnya dipakai untuk menjelaskan bagian sistem yang direkayasa yang membawa beban kepada pondasi atau struktur bawah. Istilah struktur
atas mempunyai arti khusus untuk bangunan-bangunan dan jembatan-jembatan; akan tetapi, pondasi tersebut juga hanya menopang mesin-mesin, mendukung peralatan
industrial pipa, menara, tangki, bertindak sebagai alas untuk iklan, dan sejenisnya.
Universitas Sumatera Utara
Dalam menentukan perencanaan pondasi suatu bangunan ada dua hal yang harus diperhatikan pada tanah bagian bawah pondasi, yaitu:
1. Daya dukung pondasi yang direncanakan harus lebih besar daripada beban
yang bekerja pada pondasi tersebut baik beban statik maupun beban dinamiknya.
2. Penurunan yang terjadi akibat pembebanan tidak boleh melebihi penurunan
yang diijinkan. Pondasi dibedakan atas dua jenis, yaitu pondasi dangkal shallow foundation,
dan pondasi dalam deep foundation. Pondasi dangkal digunakan apabila lapisan tanah keras terletak tidak jauh dari permukaan tanahnya. Pondasi dangkal didesain
dengan kedalaman lebih kecil atau sama dengan lebar dari pondasi tersebut . Sedangkan pondasi dalam digunakan apabila lapisan tanah kerasnya terletak jauh
dari permukaan tanah. Pondasi dalam didesain dengan kedalaman lebih besar atau sama dengan lebar dari pondasi tersebut
Das, 1995.
Untuk memilih pondasi yang memadai, perlu diperhatikan apakah pondasi itu memungkinkan untuk diselesaikan secara ekonomis sesuai dengan jadwal kerjanya.
Bila keadaan tersebut dipertimbangkan dalam menentukan macam pondasi, hal-hal berikut ini perlu dipertimbangkan.
1 Keadaan tanah pondasi
2 Batasan-batasan akibat konstruksi diatasnya superstructure
Universitas Sumatera Utara
3 Batasan-batasan dari sekelilingnya
4 Waktu dan biaya pekerjaan.
Berikut ini diuraikan jenis-jenis pondasi yang sesuai dengan keadaan tanah pondasi yang bersangkutan.
a Bila tanah pendukung pondasi terletak pada permukaan tanah atau 2 – 3 meter
di bawah permukaan tanah. Dalam hal ini pondasinya adalah pondasi telapak spread foundation.
b Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 10 meter di
bawah permukaan tanah. Dalam hal ini dipakai pondasi tiang atau pondasi tiang apung floating pile foundation untuk memperbaiki tanah pondasi.
c Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 20 meter di
bawah permukaan tanah. Dalam hal ini, tergantung dari penurunan settlement yang diizinkan dapat dipakai pondasi Kaison terbuka, apabila
tidak terjadi penurunan, biasanya dipakai pondasi tiang pancang pile driven foundation
. Tetapi bila terdapat batu besar cobble stones pada lapisan antar, pemakaian Kaison lebih menguntungkan.
d Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 30 meter di
bawah permukaan tanah. Biasanya dipakai Kaison terbuka, tiang baja atau tiang yang dicor di tempat. Tetapi apabila tekanan atmosfir yang bekerja
ternyata kurang dari 3 kgcm
2
digunakan juga Kaison tekanan.
Universitas Sumatera Utara
e Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman lebih dari 40 meter di
bawah permukaan tanah. Dalam hal ini, yang paling baik adalah tiang baja dan tiang beton yang dicor di tempat.
Haruslah diamati pula kondisi beban besar, penyebaran, arah dan lain-lain, sifat dinamis bangunan atas statis tertentu atau statis tak tentu, kekakuan dan
sebagainya, kegunaan dan kepentingan bangunan atas, kesulitan pemeliharaan dan bahan-bahan untuk bangunan. Misalnya penurunan pondasi jenis pondasi yang akan
dipakai tergantung kepada, apakah sifat bangunan itu mengizinkan atau tidak, terjadinya penurunan pondasi. Apabila jenis struktur bangunan diatasnya telah
ditetapkan, maka sulit sekali memilih pondasi yang ekonomis. Misalnya, suatu jembatan direncanakan sebagai balok menerus, bila penurunan pondasi tidak boleh
terjadi, seringkali biaya pembuatan pondasi menjadi amat tinggi, tergantung pada macam pondasi. Sebaliknya, bila bangunan atas dianggap sebagai balok sederhana
dan penurunan diizinkan pada pondasi maka biaya pengerjaan biaya bangunan atas meningkat, walaupun biaya pengerjaan pondasi menjadi lebih kecil. Secara
keseluruhan, jembatan menjadi lebih ekonomis. Agar diperoleh perencanaan yang ekonomis dan rasionil, maka perlu diadakan pengamatan menyeluruh terhadap
pengerjaan bangunan atas dan pondasi seperti disebutkan diatas Sosrodarsono, 2000.
2.2. Penetrometer Statis Static Penetrometer