2 Memompa adonan keluar dan partikel – partikel yang lebih besar dalam
suspensi dipisahkan dengan memakai adonan “ conditioned” yang dikembalikan lagi kedalam sumuran sebelum dibeton.
3 Hati – hati saat menggali lempung melalui adonan.
Setelah sumuran selesai digali, tulangan kerangka dimasukkan kedalam sumuran dan sebuah corong pipa tremie. Beton dipompa dengan hati
– hati sehingga corong pipa selalu terendam dalam beton sehingga hanya ada sedikit
daerah yang terkontaminasi oleh adonan. Beton tampaknya cukup mampu menggantikan partikel
– partikel adonan dari kerangka tulangan, sehingga akan terjadi tulangan yang baik.
2.4.2. Pemakaian PilarTiang yang Dibor
Tiang – tiang yang dibor bisa dipakai pada hampir semua kasus yang
memerlukan pondasi tiang. Jika tanah tempat proyek memerlukan pemakaian pondasi dalam, seseorang perlu mengadakan analisis perbandingan untuk menentukan mana
yang lebih ekonomis antara tiang pancang atau tiang yang dibor. Tiang yang dibor mempunyai kelebihan
– kelebihan sebagai berikut:
1 Eliminasi sungkup tiang pancang pile caps seperti pantek – pantek
penyambung dowels bisa dipasang dalam beton basah pada tempat yang diperlukan dalam rencana meskipun pusat pilar agak tidak ditempatkan
segaris mislighned sebagai sambungan untuk kolom. 2
Memerlukan lebih sedikit pilar yang dibor berdiameter besar.
Universitas Sumatera Utara
3 Maniadakan cukup banyak getaran vibrasi dan suara gaduh yang biasanya
merupakan akibat dari pendorongan tiang pancang. 4
Bisa menembus tanah berangkal yang dapat mengakibatkan tiang – tiang pancang yang didorong bisa bengkok. Berangkal yang berukuran kurang dari
sepertiga diameter bisa bengkok. 5
Lebih mudah memperluas bagian puncak sumuran pilar sehingga memungkinkan momen
– momen lentur yang lebih besar. 6
Hampir semua sumuran dengan diameter berkisar antara 0,5 sampai dengan 3,5 m bisa dibuat.
Beberapa kelemahan tiang yang dibor sebagai berikut : 1.
Tidak bisa dipakai jika lapisan pendukung bearing stratum yang sesaui tidak cukup dekat dengan permukaan tanah dengan menganggap bahwa tanah pada
lapisan yang kompeten mampu tidak dapat diandalkan untuk tahanan kulit. 2.
Keadaan cuaca yang buruk dapat mempersulit pengeboran atau pembetonan. 3.
Akan terjadi tanah runtuh jika tindakan pencegahan tidak dilakukan. 4.
Pembuangan tanah dari bor “kotoran” dan pembuangan adoanan jika adonan ini yang dipakai.
2.4.3. Proses Pembuatan Pondasi Tiang Bor
1. Pengeboran
Ini merupakan proses awal dimulainya, pengerjaan pondasi tiang bor, kedalaman dan diameter tiang bor, juga terdapatnya batuan atau material dibawah
Universitas Sumatera Utara
permukaan tanah menjadi parameter utama dipilihnya alat – alat bor. Ini perlu
diantisipasi sehingga bisa disediakan metode, dan peralatan yang cocok.
Gambar 2.10. Mata bor Setelah mencapai suatu kedalaman yang mencukupi untuk menghindari tanah
di tepi lubang berguguran maka perlu di pasang casing, yaitu pipa yang mempunyai ukuran diameter dalam kurang lebih sama dengan diameter lubang.
Gambar 2.11. Pemasangan casing Setelah casing terpasang, maka pengeboran dapat dilanjutkan. Mata
auger diganti dengan Cleaning Bucket yaitu untuk membuang tanah atau
lumpur di dasar lubang. Setelah beberapa lama dan diperkirakan sudah mencapai kedalaman rencana maka perlu dipastikan terlebih dahulu apakah
kedalaman lubang bor sudah mencukupi, yaitu pemeriksaan manual.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.12. Pengecekan tanah manual Perlu juga diperhatikan bahwa tanah hasil pemboran perlu dicheck dengan
data hasil penyelidikan terdahulu. Apakah jenis tanah sama seperti yang diperkirakan dalam menentukan kedalaman tiang bor tersebut. Ini perlu karena sampel ta nah
sebelumnya umumnya diambil dari satu dua tempat yang dianggap mewakili. Tetapi dengan proses pengeboran ini maka secara otomatis dapat dilakukan prediksi dapat
dilakukan prediksi kondisi tanah secara tepat, satu persatu pada titik yang dibor. Apabila kedalaman dan juga lubang bor telah siap, maka selanjutnya adalah
penempatan tulangan.
Gambar 2.13. Pemasangan tulangan
Universitas Sumatera Utara
Jika perlu, apabila terlalu dalam maka penulangan harus disambung dilapangan.
Gambar 2.14. Penyambungan tulangan jika perlu
Gambar 2.15. Tulangan setelah dipasang
2. Pengecoran beton
Setelah proses pemasangan tulangan baja maka proses selanjutnya adalah pengecoran beton. Ini merupakan bagian yang paling kritis yang menentukan
berfungsi tidaknya suatu pondasi. Meskipun proses pekerjaan sebelumnya sudah benar, tetapi apabila pada tahapan ini gagal maka gagal pulalah pondasi tersebut
secara keseluruhan. Pengecoran disebut gagal jika lubang pondasi tersebut tidak terisi
Universitas Sumatera Utara
benar dengan beton, misalnya ada yang bercampur dengan galian tanah atau segresi dengan air, tanah longsor sehingga beton mengisi bagian yang tidak tepat. Adanya air
pada lubang bor menyebabkan pengecoran memerlukan alat bantu khusus, yaitu pipa tremie
. Pipa tersebut mempunyai panjang yang sama atau lebih besar dengan kedalaman lubang yang dibor.
Gambar 2.16. Penempatan pipa tremie Gambar 2.16 diatas disebut pipa tremie. Ujung di bagian bawah agak khusus,
tidak berlubang biasa tetapi ada detail khusus sehingga lumpur tidak ikut masuk kedalam tetapi beton di dalam pipa bisa mendorong keluar.
Gambar 2.17. Corong
Universitas Sumatera Utara
Yang telihat di Gambar 2.17 adalah corong beton yang akan dipasang di ujung atas pipa tremie, tempat memasukkan beton segar, dari gambar ini terlihat
pekerjaan pengecoran pondasi tiang dibagian lain, terlihat mesin bor warna kuning yang difungsikan cranenya mata bor tidak dipasang, mesin bor dinonaktifkan.
Pada tahap pengocoran pertama kali, truk ready mixed dapat menuangkan langsung ke corong pipa tremie seperti terlihat diatas. Pipa tremie yang dipasang
perlu dicabut lagi. Kalau beton yang dituang terlalu banyak maka pencabutan pipa yang tertanam menjadi susah. Sedangkan jika terlalu dini mencabut pipa tremie,
beton pada bagian bawah belum terkonsolidasi dengan baik, maka bisa saja terjadi segresi tercampurnya beton dengan tanah.
Gambar 2.18. Ready mix
Jika beton yang dicor sudah semakin ke atas volumenya semakin banyak maka pipa tremie harus mulai ditarik keatas. Perhatikan bagian pipa yang basah dan
Universitas Sumatera Utara
kering. Untuk kasus ini karena pengecoran beton masih diteruskan maka diperlukan bucket karena beton tidak bisa dituang kecorong tersebut.
Gambar 2.19. Pengangkatan pipa tremie Adanya pipa tremie tersebut menyebabkan beton dapat disalurkan ke dasar
lubang langsung dan tanpa mengalami pencampuran dengan air atau lumpur. Karena berat jenis beton lebih besar dari berat jenis lumpur maka beton makin lama makin
kuat untuk mendesak lumpur naik keatas. Jadi pada tahapan ini tidak perlu takut dengan air atau lumpur naik ke atas.
Gambar 2.20 di bawah menunjukkan air lumpur mulai terdorong ke atas, lubang mulai digantikan dengan beton. Proses pengecoran memerlukan bahan beton
yang terus-menerus, andai saja ada keterlambatan beberapa jam. Jika terjadi setting maka pipa tremie nya bisa tertanam di bawah dan tidak bisa dicabut.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.20. Proses pengecoran Jika pengerjaan pengecoran dapat berlangsung dengan baik, maka pada
akhirnya beton dapat dapat muncul dari kedalaman lubang. Jadi pemasangan tremie mensyaratkan bahwa selama pengecoran dan penarikan maka pipa tremie tersebut
harus selalu tertanam pada beton segar. Fungsi utama dari pipa tremie ini adalah sebagai penyumbat atau penahan agar tidak terjadi segresi bercampurnya tanah, air,
lumpur dengan beton.
2.5. Daya Dukung Aksial Tiang Bor Bored Pile