Tuan Guru dan Politik

34 Jepang yang repsesif; perlawanan Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari, Kiai Zainul Arifin, Kiai Masykur, Kiai Abdul Wahab Hasbullah dan kiai NU lainnya mengambil peran dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya menghadapi tentara Nica Inggris 49 . Selain perlawan fisik, keterlibatan tokoh agamaulamakiaiTuan Guru memainkan peran dalam bentuk diplomasi, misalnya KH. Agus Salim, KH. Mas Mansyur, KH. Hasyim Asy’ari, KH. A. Wachid, KH. Masykur, KH. Abdul Halim, Abikoesno Tjokrosoejoso, A. Kahar Moezadzakir 50 . Keterlibatan tokoh agama Ulama, Kiai, Tuan Guru, dan lain-lain dalam politik pada awal perjuangan Indonesia dikomentari oleh Henry J. Benda 1972 yang dikutip oleh Aziz Mushaffa dengan mengatakan bahwa kolonial Belanda tidak mudah berhubungan dengan Islam Indonesia. Seringkali ekspansi kekuasaan mereka selalu dihalangi oleh kekuatan-kekuatan lokal yang diilhami oleh Islam baik itu yang dipimpin oleh pemimpin-pemimpin Indonesia yang telah mengikuti Islam maupun di tingkat desa oleh para ulama 51 . Dalam tesis Gur Dur yang dikutip oleh Hasan Basri Munawar mengatakan bahwa Kiai-kiai dari pesantren tua, terutama yang berasal dari Jawa Timur, pada dasarnya adalah bagian integral dari kekuasan pusat Jawa, Kraton-kraton Jawa Tengah dan Cirebon. Seiring dengan dinamika kekuasan itu kemudian kiai 49 Faisal Ismail, Nu, Gusdurisme dan Politik Kiai, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1999, cet I, h. 22-23 50 Aziz Mushoffa ed, Kiprah Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002, cet. I, h. 8 51 Aziz Mushoffa ed, Kiprah Islam, h. 8 35 menempati daerah yang tadinya pada posisi peripheral kemudian menuju sentral kekuasan Jawa 52 . Di Nusa Tengga Barat NTB pun khususnya di Pulau Lombok, para tokoh masyarakat atau Tuan Guru melakukan perlawannanya terhadap kolonial Belanda, walaupun corok keberislaman pada waktu itu adalah tarekat 53 . Perlawan yang dilakukan oleh Tuan Guru Haji Ali Batu mulai pada tahun 1891-1982 melawan Anak Agung Ngurah Ketut Karang Asem. Walaupun pada akhirnya Tuan Guru Haji Ali Batu tewas di dalam pertempuran. Kemudian dilanjutkan oleh Guru Bangkol 54 . Perlawanan para Tuan Guru melawan tentara NICA di markasnya pada 7 Juni 1946 di kota Selong yang dipimpin oleh Tuan Guru Haji Muhammad Faisal dengan bantu oleh Tuan Guru Muhammad Zainul Madjid dan didukung oleh para santrinya, yaitu Ahmad Nursaid, Dahmuruddin, Mursyid, Sayyid Saleh, Umar, M. Thoyyib, Saparul Khair serta kekuatan rakyat Pringgesela. Yang dalam pertempuran menewaskan Tuan Guru Muhammad Faisal sendiri 55 . Selain itu juga, pergerakan yang dilakukan oleh para Tuan Guru melalui kultural, dengan membangun halaqah-halaqah majelis zikir, seperti Tuan Guru Haji Muhammad Amin di Pejeruk, Tuan Guru Haji Muhammad Sidik di Karang 52 Hasan Basri Munawar, Tuan Guru dan Politik di Gumi Sasak , artikel di situs Sasak.Org, diakses pada tanggal 2412011 53 Tarekat adalah melakukan segala yang diperintahkan Allah dengan sengaja demi untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Buku panduan Tareqat 54 Mohammad Nor, dkk, Visi Kebangsaan Religius; Refleksi Pemikiran dan Perjuangan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid 1904-1997, Jakarta; PT Logos Wacana Ilmu, 2004, cet. I, h. 89-91 55 Ahmad Nursaid, Peran Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dalam Perjuangan Revolusi Kemerdekaan di Pulau Lombok, dalam buku Visi Kebangsaan Religius; Refleksi Pemikiran dan Perjuangan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid 1904-1997, h. 400 36 Kelok, Tuan Guru Haji Muhammad Arsyad di Getap, Tuan Guru Haji Munawar di Gebang, Tuan Guru Haji Muhammad Munir di Karang Bedil dan lain sebagainya 56 . Fakta-fakta sejarah ini memberikan bukti bahwa keterlibatan tokoh elit agama, Ulama, Kiai atau Tuan Guru tidak bisa dipisahkan dalam kegiatan politik dalam memperjuangkan masyarakat Indonesia yang tertindas. Oleh karena itu peran tokoh elit local agama atau tokoh agama, kyai dan Tuan Guru memperlihatkan bahwa keterlibatannya dalam perjalanan politik di Indonesia memiliki akar sejarah yan panjang. Sehingga tidak mengherankan bahwa keterlibatan Tuan Guru dalam politik sudah biasa dan sebuah keniscayaan. 56 Mohammad Nor, dkk, Visi Kebangsaan Religius; Refleksi Pemikiran dan Perjuangan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid 1904-1997,h. 92 37

BAB III SEJARAH SOSIAL-POLITIK LOMBOK

A. Sosio-Kultural dan Religiusitas Masyarakat Lombok

Dalam sejarah Nusantara, Pulau Lombok 1 sudah lama dikenal pada abad- abad silam yang lalu. Di dalam kitab Negarakertagama, sebuah kitab yang memuat tentang kekuasaan dan pemerintahan Majapahit, adalah karya Pujangga Jawa terkenal di abad ke-14 Mpu Prapanca 1365, nama pulau Lombok sudah disebut didalam Pupuh XIV, Bait 3 dan 4 sebagai Lombok Mirah dan Sasak Adi 2 . Penyebutan Lombok Mirah untuk Lombok Barat dan Sasak Adi untuk Lombok Timur. Penyebebutan Lombok Timu atau Sasak Adi dikarenakan pada zaman itu dahulu ditumbuhi hutan belantara yang lebat sekali sampai sesak, sehingga dari sinilah asal mula nama Sasak, dari Saksak 3 . Dan kini, tergabung dalam Nusa Tenggara Barat yang memiliki dua pulau, yaitu Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa yang luas wilayah 20.153,15 km2, dengan luas Pulau Lombok 738,70 km2 dan Pulau Sumbawa memiliki luas 15. 414,37 km2, yang terletak antara 115° 46 - 119° 5 Bujur Timur dan 8° 10 - 9 °g 5 Lintang Selatan 4 . 1 Kata Lombok dalam bahasa Kawi berarti lurus atau jujur, ada juga mengatakan bahwa kata Lombok berasal dari bahasa Sasak yaitu lombo’ yang artinya lurus. Lihat Muhammad Harfin Zuhdi, Parokialitas Adat Terhadap Pola Keberagamaan Komunitas Islam Wetu Telu di Bayan Lombok, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009, h. 16 2 Departemen dan Kebudayaan NTB, Sejarah Daerah Nusa Tenggara Barat, Program Penelitian dan Pencatatan Daerah, Mataram, 19771978 3 Muhammad Harfin Zuhdi, Parokialitas Adat Terhadap Pola Keberagamaan Komunitas Islam Wetu Telu di Bayan Lombok, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009, h. 16 4 http:www.ntbprov.go.id, diakses pada tanggal 3042011 38 Pulau Lombok terletak diantar Pulau Bali di sebelah Barat dan Pulau Sumbawa di sebelah Timur. Perbatasan Pulau Lombok dan Pulau Bali diantarai oleh selat Lombok dan Pulau Sumbawa oleh selat Sumbawa. Sedangkan di bagian Utara berbatasan dengan laut Jawa dan di bagian selatan dengan samudra Indonesia 5 . Secara administratif Pulau Lombok terdiri dari empat kabupatenkota, yaitu kabupaten Lombok Barat dengan ibu kota Mataram; kabupaten Lombok Tengah dengan ibukota Praya; kabupaten Lombok Timur dengan ibukota Selong; dan kota Mataram dengan ibukota Mataram. Semuanya ini adalah merupakan bagian dari Nusa Tenggara Barat NTB 6 . Dalam kesejarahan wilayah Indonesia, Pulau Lombok setelah kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 9 Agustus 1945 termasuk dalam wilayah propinsi Sunda Kecil, yang meliputi Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, Timor, Rote, Sumba dan Sawu dengan ibukotanya di Singaraja, Bali. Kemudian pada tanggal 14 Agustus 1958, propinsi Sunda Kecil dibagi menjadi tiga propinsi; Bali, Nusa Tenggara Barat NTB dan Nusa Tenggara Timur NTT. Bali dengan menjadi propinsi sendiri dengan Ibukota Denpasar. Pulau Lombok dan Sumbawa dijadikan satu propinsi menjadi propinsi Nusa Tenggara Barat NTB dengan Mataram sebagai ibukotanya. Dan pulau-pulau kawasan Timur, mulai dari pulau 5 http:www.ntbprov.go.id, diakses pada tanggal 3042011 6 http:www.ntbprov.go.id. Baru-baru ini pemekaran wilayah terjadi dengan adanya Lombok Utara dengan Tanjung sebagai Ibu Kotanya diakses pada tanggal pada tanggal 3042011. 39 Flores, Timor, Rote, Sumba dan Sawu, menjadi propinsi Nusa Tenggara Timur NTT dengan ibukotanya Kupang 7 . Sasak 8 adalah penduduk asli Lombok dan kelompok etnik mayoritas Lombok. Mereka lebih dari 90 dari keseluruhan kependudukan Lombok. Etnik lain misalnya seperti Bali, Sumbawa, Jawa, Arab dan Cina adalah pendatang. Diantara etnik pendatang ini, Bali adalah etnik yang terbesar dengan 3 dari jumlah penduduk. Orang Bali terutama tinggal di daerah Lombok Barat dan Lombok Tengah dan memiliki tanah sendiri. Kepemilikian tanah sendiri berasal dari penaklukan Lombok pada abab ke-17 yang datang dari Karangasem 9 . Orang-orang Sumbawa terdapat di bagian Lombok Timur, dan orang- orang Arab di Ampenan. Permukiman orang-orang Arab di Ampenan disebut sebagai kampung Arab Ampenan. Orang-orang Cina adalah mayoritas pedagang yang tinggal di pusat-pusat pasar seperti Cakra dan Ampenan. Sedangkan orang Bugis, kebanyakan menjadi nelayan di daerah pantai Tanjung Ringgit dan Tanjung Luar di Lombok Timur 10 . 7 Mohammad Noor, dkk, Visi Kebangsaan Religius; Refleksi Pemikiran dan Perjuangan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid 1904-1997, Jakarta; PT Logos Wacana Ilmu, 2004, cet. I, h. 77 8 Dalam Babat Tanah Lombok, bahwa sebutan Sasak pada etnik asli Lombok berlatar belakang legenda rakyat. Karean kondisi pada waktu itu daerah lombok yang berupa hutan yang rapat sehingga seolah-olah seperti benteng kokoh. Orang pun lalu menyebutnya “sesek” penuh sesak untuk menunjuk daerah ini. Selanjutnya daerah dan penduduknya kawasan ini dikenal dengan nama sasak atau tanah sasak. Sumber lain, Sasak berasal dari Sangsekerta, yakni Sak artinya pegi, dan Saka, artinya asal. Jadi Sasak adalah orang yang pergi dari negeri asalnya dengan menggunakan rakit berlayar sehingga terdampar di pulau ini. Diduga mereka adalah berasal dari Jawa dan menetap secara turun temurun. Lihat Muhammad Harfin Zuhdi, Parokialitas Adat Terhadap Pola Keberagamaan Komunitas Islam Wetu Telu di Bayan Lombok, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009, h. 17 9 Erni Budiwati, Islam Sasak; Wetu Telu versus Wetu Lima, Yogyakarta; LKiS, 2005, cet I, h. 6 10 Erni Budiwati, Islam Sasak; Wetu Telu versus Wetu Lima, h. 7 40 Disamping berbagai etnik, Lombok juga tedapat berbagai bahasa, kebudayaan dan keagamaan. Masing-masing etnik berbicata dengan bahasa mereka sendiri. Orang Sasak, Bugis, Arab, mayoritas beragama Islam. Orang Bali beragama Hindu, sedangkan orang Cina pada umumnya beragama Kristen 11 . Beragamnya etnik dan keragaman budaya dan agama dipengaruhi oleh silih bergantinya dominasi di Pulau Lombok. Ada empat yang paling signifikan mendominasi pulau Lombok, yaitu pengaruh Hindu Jawa; pengaruh Hindu Bali; pengaruh Islam; dan pengaruh kolonial Belanda dan Jepang 12 . Kekuatan asing yang menaklukkan Lombok selama berabad-abad mempengaruhi cara orang Sasak menyerap pengaruh-pengaruh luar tersebut. Kerajaan Hindu Majapahit dari Jawa Timur menguasai Lombok pada abad ke-7 dan memperkenalkan agama Hindu-Budhisme ke orang Sasak. Setelah runtuhnya Kerajaan Hindu Majapahit dari Jawa Timur, kemudian agama Islam dibawa pertama kali pada abad ke-13 oleh raja Jawa Muslim 13 ke kalangan orang Sasak dengan ajaran sufisme Jawa yang penuh mistikisme atau singkretis 14 . 11 Erni Budiwati, Islam Sasak; Wetu Telu versus Wetu Lima, h. 7 12 Muhammad Harfin Zuhdi, Parokialitas Adat Terhadap Pola Keberagamaan Komunitas Islam Wetu Telu di Bayan Lombok, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009, h. 19 13 Proses masuknya Islam ke Lombok belum dapat diketahui secara pasti. Ada yang mengatakan penyebar Islam berasal dari Jawa. Ada juga yang mengatakan dari pedagan Islam dari dari Arab. Akan tetapi salah satu sumber tantang masuknya Islam ke Pulau Lombok adalah dari Jawa, yaitu Babad Lombok. Di dalamnya antara lain disebutkan bahwa Raden Paku atau Sunan Ratu Giri dari Gersik, Surabaya, memerintahkan raja-raja Jawa Timur dan Palembang untuk menyebarkan Islam di seluruh Nusantara. Dilembu Manku Rat dikirim bersama bala tentara ke Banjarmasin, Datu Bandan dikirim ke Makasar, Tidore, Seram, dan Galeier, dan Putra Susuhunan, Pangeran Prapen ke Bali, Lombok dan Sumbawa. Oleh karena itu dicatat juga oleh John Ryan Bartholomew dengan mengutip Cedereoth 1981:32 dalam bukunya Alif Lam Mim, Kearifan Masyarakat Sasak, mengatakan Sunan Giri, salah satu dari sembilan wali Wali Songo, bertanggung jawab atas diperkenalkannya Islam ke Lombok pada tahun 1545. Lihat John Ryan Bartholomew, Alif Lam Mim, Kearifan Masyarakat Sasak, doterjemahkan Imron Rosyidi, Yogyakarta: Tiara Wacana,2001, h. 94; Muhammad Harfin Zuhdi, Parokialitas Adat Terhadap