Dinamika Politik Islam Pasca Orde Baru

53 partainya. Sepertai Abdurrahman Wahid, Yusril Ihza Mahendra, Th. Sumartana, Alwi Shihab, Nur Mahmudi Ismail, dan lain sebagainya. Ketiga, politik Islam adalah ekspresi nyata dari kelompok Islam yang memainkan peran baru sebagai kelompok penentu dalam kancah politik. Keempat, terjadinya polarisasi politik Islam pasca Orde Baru yang bercerai-berai. Akan tatapi pada garis besarnya terdapat tiga arus besar. Pertama, kelompok Islam yang tergabung dalam Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia ICMI. Walaupun ICMI bukan partai, akan tetapi ICMI adalah inti kekuasaan dalam pemerintahan transisi Habibie, dan disinyalir banyak partai-partai Islam terbentuk dibelakangnya; kedua, kelompok yang mempunyai jaringan network yang sangat kuat dan mengandalinnya di berbagai posisi strategis, seperti birokrasi, bisnis, dan masyarakat. Mereka ini aktivis Himpunan Mahasiwa Islam HMI dan Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam KAHMI; ketiga, kelompok masa NU dan Muhammadiwah yang sebagain besar massanya menengah ke bawah. Kelompok ini disuarakan oleh Abdurrahaman Wahid NU dan Amin Rais Muhammadiyah. Kelima, dari segi sejarah, politik Islam memiliki akar sejarah yang cukup beragam. Pertama partai Islam pada masa 1955-an, seperti NU, Partai Syarikat Islam Indonesia PSII dan Masyumi. NU memunculkan Partai Kebangkitan Bangsa PKB, Partai Nahdlatul Ummah PNU, Partai Kebangkitan Ummat PKU dan Partai Solidaritas Uni Nasional Indonesia SUNI. PSII melahirkan 54 PSII dan PSII 1905. Dan Masyumi mencuatkan Partai Masyarakat Baru PMB, Partai Politik Islam Masyumi PPIM, dan Partai Bulan Bintang PBB 51 . Oleh karena itu, dinamika yang terjadi pada politik Islam pada masa Orde Baru memiliki antagonistis terhadap negara. Sehingga negara mempersempit bahkan “menyegel” rapat-rapa politik Islam dengan melakukan grand design penggunaan ideologi tunggal, Pancasila terhadap semua organisasi kemasyarakatan, keagamaanan, sosial dan politik. Baru setelah reformasi atau pasca Orde Baru, memunculkan relaksasi dan liberalisasi dari kalangan muslim yang terejawantahkan dalam partai politik, baik yang berasaskan Islam maupun tidak berasaskan Islam. 51 Zainal Abidin Amir, Peta Islam Politik Pasca Soeharto, Jakarta: Pustaka LP3ES, 2003, cet. I, h. 7-9 55

BAB IV PERAN POLITIK TUAN GURU PASCA ORDE BARU

A. Nahdlatul Wathan dan Pusaran Perubahan Politik

Nahdlatul Wathan 1 , yang kemudian disingkat dengan NW didirikan oleh Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid pada hari Ahad tanggal, 15 Jumadil Akhir 1372 H atau bertepatan pada tanggal 1 Maret 1953 M di Pancor Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. NW adalah sebuah organisasi sosial kemasyarakatan yang bergerak pada bidang pendidikan, sosial dan dakwah Islamiyah 2 . Organisasi ini merupakan organisasi sosial, pendidikan dan dakwah yang dalam Anggaran DasarAnggaran Rumah Tangganya ADART pasal 2 berasaskan pada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia; dan beraqidah Islam Ahlusunnah Wal Jama’ah Ala Mazhab Imam Syafi’i RA 3 . Pada awalnya NW adalah sebuah pesantren 4 bernama al-Muhajirin yang didirikan oleh Tuan Guru Haji Zainuddin Abdul Madjid setalah meyelesaikan 1 Nahdlatul Wathan secara etimologis, yaitu Nahdlah, berarti perjuangan, kebangkitan, dan pergerakan. Wathan, berarti tanah air, bangsa dan negara. Sehingga Nahdlatul Wathan artinya kebangkitanTanah Air atau bangsa atau negara. 2 Jamaluddin Abd Aziz, Hamzanwadi dan NW, Pancor; MDQH NW, h. 31 3 Webset Resmi NW : httpwww.hamzanwadi.ac.id, diakses pada tanggal 142011 4 Pesantren adalah institusi pendidikan yang dianggap asli yang dimiliki Indonesia. Pesantren adalah penyebutan dalam bahasa Jawa, Dayah dalam bahasa Aceh, Surau dalam Minangkabau, sedangkan Madrasah adalah pembaharuan pendidikan Islam yang mulai pada abad ke-20 M. Lihat Masnun, Tuan Guru KH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid; Gagasan dan Gerakan Pembaharuan Islam di Nusa Tenggara Barat, Jakarta: Pusaka Al-Miqdad, cet I, 2007, h. 40 56 studinya di Salatiyah, Mekkah pada tahun 1934 5 . Seiring dengan pesatnya jumlah santri yang belajar di pesantren al-Muhajirin, kemudian didirikanlah sebuah madrasah sebagai lembaga pendidikan bernama Nahdlatul Wathan Diniah Islamiyah NWDI. Dan setelah suksen mendirikan NWDI kemudian mendirikan madrasah Nahdlatul Banat Diniah Islamiyah NBDI, yang dikhususkan untuk pendidikan kaum perempuan 6 . Pesatnya perkembangan kedua madrasah tersebut yaitu NWDI dan NBDI dengan mempunyai beberapa cabang-cabang di berbagai wilayah dan desa, yang melatar belakangi diperlukan sebuah wadah organisasi yang berfungsi sebagai koordinator, pembimbing dan pengayom bagi ke dua madrasah tersebut. Diambillah kata Nahdlatul Wathan NW dari nama madrasah tersebut sebagai nama organisasi itu 7 . Organisasi NW berkembang secara cepat. Secara organisatoris, dalam waktu yang singkat NW sudah memiliki struktur pengurus, mulai dari penguru ranting tingkat Dusun, pengurus anak cabang di tingkat Desa, pengurus cabang di tingkat Kecamatan, pengurus daerah di KabupatenKotamadya, penguruh wilayah tingakat Profinsi dan Pengurus Besar di Pancor, tersebar hampir di setiap daerah Pulau Lombok 8 . Benar bahwa kondisi sosial-politik mempengaruhi lahirnya NW. Di mana NW didirikan sebagai simbol perlawan terhadap hegemoni kolonial di Pulau Lombok. Pada titik ini penamaan Nahdlatul Wathan dalam bahasa Indonesia 5 Baharuddin, Nahdlatul Wathan dan Perubahan Sosial, Yogyakarta: Genta Press, 2007, h. 110 6 Baharuddin, Nahdlatul Wathan dan Perubahan Sosial, h. 114-115 7 Webset Resmi NW : httpwww.hamzanwadi.ac.id, diakses pada tanggal 142011 8 Baharuddin, Nahdlatul Wathan dan Perubahan Sosial, h. 126 57 kebangkitan bangsa dalam kontek perlawanan terhadap penjajahan adalah sebuah kesadaran historis atas perjuangan yang dilakukan oleh masyarakat Sasak pada masa lampau, seperti Tuan Guru Haji Ali Batu dan Tuan Guru Haji Bangkol dalam perlawanannya melawan penjajah 9 . Akan tetapi, menurut Baharuddin motif keagamaan yang demikian kuat yang mewarnai kelahiran NW 10 . Karena awal dari kegiatan yang di lakukan NW, lebih banyak melakukan dalam rangka menjaga kemurnian keyakinannya, menyebarluaskan pandangan-pandangan yang mereka yakini benar, mengambil bagian dalam mengembangkan masyarakat di bidang pendidikan, sosial, dan dakwah Islamiyah, melalui madrasah NW yang dimilikinya 11 . Sebagai gerakan pemurnian ajaran Islam yang meliputi kepercayaan aqidah dan praktik ritual ibadah, NW mendapat serangan dari masyarakat sekitar, khususnya dari masyarakat Islam Wetu Telu 12 . Dalam pusaran perubahan politik yang dialamai oleh NW, memiliki kebijakan yang berbeda-beda. Pada awal kebijakannya NW pada tahun 1953-1955 menerapkan kebijakan “politik bebas”. Artinya bahwa NW tidak berafiliasi dengan kekuatan-kekuatan partai politik manapun pada saat itu. Sehingga pada NW merestui berdirinya Partai Nahdlatul Ulama NU, Persatuan Tarbiyah Islamiyah PERTI, dan PSSI di Lombok pada tahun 1953 dan 1954. Akan tetapi pada tahun 1955 NW berafiliasi dengan partai Masyumi, sehingga mengantarkan 9 Mohammad Noor, dkk, Visi Kebangsaan Religius; Refleksi Pemikiran dan Perjuangan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid 1904-1997, h. 302 10 Baharuddin, Nahdlatul Wathan dan Perubahan Sosial, h. 126 11 Baharuddin, Nahdlatul Wathan dan Perubahan Sosial, h. 126 12 Baharuddin, Nahdlatul Wathan dan Perubahan Sosial, h. 127 58 pendiri NW, Tuan Guru Haji Zainuddin Abdul Madjid sebagai anggota Konstituante periode 1955-1959 pada pemilu pertama tahun 1955 13 . Setelah partai Masyumi dibubarkan, khususnya di Lombok, NW adalah ormas Islam yang pertama yang mendukung terbentuknya Parmusi. Itu dikarenakan bahwa Parmusi adalah duplikat dari Masyumi 14 . Mengingat bahwa NW pada awalnya termasuk dalam salah satu ormas Islam yang bergabung dalam Masyumi. Namun, dalam perkembangan selanjutnya, NW keluar dari Parmusi. Ini dikarenakan bahwa aspirasi NW sebagai ormas Islam yang memiliki konstituen terbesar di pulau Lombok tidak diakomodir 15 . Keluarnya NW dari Parmusi, kemudian mengubah haluan politiknya dengan berafiliasi kepada Sekretaris Bersama Golongan Karya Sekber Golkar, suatu organisai yang dibentuk atas gagasan Jendral A. H. Nasution 16 . Dukungan yang diberikan NW kepada Sekber Golkar didasati atas pertimbangan politik. Pertama, Golkar dinilai berhasil dalam menumpas gerakan 30 SPKI, yang mana keberhasilan ini dianggap mambawa kemaslahatan bagi kaum muslim. Kedua, terakomodirnya aspirasi NW dibandingkan dengan partai-partai politik lain. 17 Pada tahun 1970 NW resmi bergabung dengan Golkar. Sehingga pada pemilihan umum tahun 1971 dan 1977, TGH. Zainuddin Abdul Madjid terpilih 13 Fahrurrozi, Dakwah Tuan Guru dan Transformasi Sosial di Lombok Nusa Tenggara Barat, Deseertasi di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta; 2009, h. 191-192 14 Mohammad Noor, dkk, Visi Kebangsaan Religius; Refleksi Pemikiran dan Perjuangan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid 1904-1997, Jakarta; PT Logos Wacana Ilmu, 2004, cet. I, h. 246 15 Mohammad Noor, dkk, Visi Kebangsaan Religius; Refleksi Pemikiran dan Perjuangan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid 1904-1997, h. 246 16 Mohammad Noor, dkk, Visi Kebangsaan Religius; Refleksi Pemikiran dan Perjuangan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid 1904-1997, h. 246 17 Mohammad Noor, dkk, Visi Kebangsaan Religius; Refleksi Pemikiran dan Perjuangan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid 1904-1997, h. 246