Kelompok pembiayaan pengeluaran daerah menurut Halim 2008: 106 terdiri atas pembiayaan berikut ini:
a. Pembentukan dana cadangan Dana cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung
kebutuhan yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran.
b. Penyertaan modal Merupakan sumber pembiayaan yang berupa kegiatan penyertaan modal
investasi. c. Pembayaran pokok utang
Akun pembayaran pokok utang digunakan untuk menganggarkan pembayaran kewajiban atas pokok utang yang dihitung berdasarkan
perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
d. Pemberian pinjaman daerah Akun pemberian pinjaman daerah digunakan untuk menganggarkan
pinjaman yang diberikan kepada pemerintah pusat atau pemda lain.
G. Belanja Daerah
Berdasarkan karakternya, belanja dikelompokkan menjadi Belanja Operasi, Belanja Modal, dan Belanja Tak Terduga Ghozali dan Dwi Ratmono,
2008: 88. 1. Belanja Operasi adalah pengeluaran untuk kegiatan sehari-hari pemerintah
pusatdaerah yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja operasi antara
lain meliputi belanja pegawai, belanja barang non investasi, pembayaran bunga hutang, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja operasional
lainnya. 2. Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap
dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal antara lain belanja modal perolehan tanah, gedung dan
bangunan, peralatan dan mesin, jalan, irigasi, dan jaringan, aset tetap lainnya dan aset tak berwujud.
3. Belanja Tak Terduga adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan
bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah.
Pasal 26 PP No. 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah bagian keempat tentang Belanja Daerah ayat 1 berbunyi “Belanja Daerah
digunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan propinsi atau kabupatenkota yang terdiri dari urusan wajib dan
urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan”. Di ayat 2 disebutkan bahwa “Belanja penyelenggaraan urusan wajib sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 diprioritaskan untuk melindungi masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk
peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial, dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial”
Darwanto dan Yulia Yustikasari, 2007.
H. Kerangka Teoritis
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan, mengenai pengaruh pendapatan asli daerah, dan pembiayaan daerah terhadap belanja daerah maka
kerangka teoritis dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Model Penelitian
I. Hipotesis
Pembiayaan Daerah Belanja Daerah
Pendapatan Asli Daerah
Hipotesis bisa didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis diantara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk
pernyataan yang dapat diuji Sekaran, 2006: 135 buku 1. Dalam penelitian ini, hipotesis yang diungkapkan adalah sebagai berikut:
Ha
1
: Pendapatan asli daerah berpengaruh secara signifikan terhadap belanja daerah.
Ha
2
: Pembiayaan berpengaruh secara signifikan terhadap belanja daerah. Ha
3
: Pendapatan asli daerah dan pembiayaan berpengaruh secara signifikan terhadap belanja daerah.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam rangka menganalisis pengaruh pendapatan asli daerah dan pembiayaan terhadap belanja daerah DKI Jakarta periode 2003-
2007 5 tahun. Penelitian ini mengambil periode selama 5 tahun yaitu tahun 2003-2007. Obyek penelitian adalah Direktorat Jenderal Perimbangan
Keuangan DJPK DKI Jakarta mengenai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD.
B. Metode Penentuan Sampel