3. Membayar sendiri pajak yang terutang. 4. Melaporkan sendiri pajak yang terutang.
5. Mempertanggungjawabkan sendiri pajak yang terutang. Pada sistem ini, berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak
tergantung pada wajib pajak itu sendiri. Seperti yang sudah dijelaskan diatas,
bahwa dalam
sistem ini,
wajib pajak
menghitung, memperhitungkan,
membayar, melaporkan,
dan mempertanggungjawabkan sendiri atas pajak yang terutang olehnya
selama masa pajak, atau tahun pajak atau bagian tahun pajak. c. Withholding System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan kewenangan kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang
terutang oleh wajib pajak sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku. Penunjukan pihak ketiga ini bisa dilakukan
dengan undang-undang perpajakan, keputusan presiden, dan peraturan lainnya. Berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak
tergantung pada pihak ketiga yang ditunjuk.
B. Pendapatan Daerah
Berdasarkan Undang-Undang UU No. 25 tahun 1999 dalam Prakosa 2003, sumber penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi adalah
Pendapatan Asli Daerah PAD, Dana perimbangan, Pinjaman daerah, dan Lain-lain penerimaan daerah yang sah.
1. Pendapatan Asli Daerah PAD, terdiri dari: hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan
kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
2. Dana Perimbangan, yang terdiri dari: bagian daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan PBB, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan,
Penerimaan sumber daya alam; Dana Alokasi Umum; dan Dana Alokasi Khusus.
3. Pinjaman Daerah. 4. Lain-lain Penerimaan Daerah yang sah antara lain hibah, dana darurat,
penerimaan lainnya yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
C. Pendapatan Asli Daerah PAD
Menurut UU No. 22 tahun 1999 pasal 79 huruf a dan UU No. 25 tahun 1999 pasal 3 Nilawati dan Rika Lidyah, 2003, menyebutkan bahwa Pendapatan
Asli Daerah terdiri dari: pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan,
dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Sedangkan pelaksanaan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah berpedoman pada UU No. 34
tahun 2000 tentang pajak daerah dan retribusi daerah yang dalam pelaksanaannya diserahkan kepada daerah masing-masing dan dibantu oleh
komponen masyarakat karena pemerintah daerah pasti lebih mengetahui kondisi yang ada didaerahnya.
1. Pajak Daerah
a. Pengertian
Pajak daerah merupakan salah satu komponen dari pendapatan asli daerah yang cukup besar dalam memberikan kontribusinya bagi daerah.
Secara umum, pajak daerah dapat diartikan sebagai pajak yang dipungut di suatu daerah oleh pemerintah daerah itu sendiri. Menurut UU No. 34 tahun
2000 pasal 1 angka 6 Nilawati dan Rika Lidyah, 2003: 556, pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada
daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.
Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 1997 dalam Nilawati dan Rika Lidyah 2003: 557 tentang pajak daerah, yang dimaksud
dengan pajak daerah adalah semua pungutan yang oleh undang-undang ditetapkan sebagai pajak atas daerah yang bersangkutan dan belum dipungut
oleh pemerintah pusat. Pajak daerah adalah pajak-pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah
misal: Propinsi, Kabupaten, dan Kotamadya yang diatur berdasarkan peraturan daerah masing-masing dan hasil pemungutannya digunakan untuk
pembiayaan rumah tangga daerahnya Prakosa, 2003: 2.
b. Kriteria Pajak Daerah
Kriteria pajak daerah yang diuraikan oleh K.J. Davey 1988 dalam bukunya yang berjudul Financing Regional Government Prakosa, 2003: 2,
terdiri dari empat hal yaitu: 1 Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah berdasarkan pengaturan dari
daerah sendiri. 2 Pajak yang dipungut berdasarkan peraturan pemerintah pusat tetapi
penetapan tarifnya dilakukan oleh pemerintah daerah. 3 Pajak yang ditetapkan dan atau dipungut oleh pemerintah daerah.
4 Pajak yang dipungut dan diadministrasikan oleh pemerintah pusat tetapi hasil pungutannya diberikan kepada pemerintah daerah.
c. Jenis-Jenis Pajak Daerah
Pajak daerah dapat diklasifikasikan menurut wilayah kekuasaan pihak pemungutnya. Menurut wilayah pemungutannya pajak dibagi menjadi pajak
propinsi dan pajak kabupatenkota Prakosa, 2003: 3. 1 Pajak Propinsi
Pajak propinsi adalah pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah tingkat propinsi. Pajak propinsi terdiri dari: Pajak kendaraan
bermotor dan kendaraan di atas air, Bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air, Pajak bahan bakar kendaraan bermotor, Pajak
pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan. 2 Pajak KabupatenKota
Pajak kabupatenkota adalah pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah tingkat kabupatenkota. Pajak kabupatenkota terdiri
dari: Pajak hotel, Pajak restoran, Pajak hiburan, Pajak reklame, Pajak penerangan jalan, dan Pajak pengambilan bahan galian golongan C.
d. Kriteria Efektivitas Pajak Daerah
Setiap daerah mempunyai potensi yang cukup besar bagi pendapatan daerah, namun tidak semuanya dapat dikenakan pajak. Ada lima kriteria
yang harus dipenuhi suatu potensi pendapatan agar dapat menjadi obyek pengenaan pajak daerah Davey, 1988 meliputi: kriteria kecukupan dan
elastisitas, pemerataan keadilan, kemampuan administratif, penerimaan politis, dan kecocokan suatu pajak Prakosa, 2003: 13.
1 Kecukupan dan elastisitas. Persyaratan pertama sumber pendapatan yang dapat dipajaki adalah
sumber tersebut harus menghasilkan pendapatan yang lebih besar dibandingkan seluruh atau sebagian biaya pelayanan yang akan
dikeluarkan. Elastisitas mempunyai dua dimensi. Pertama adalah pertumbuhan potensi dari dasar pengenaan pajak itu sendiri. Kedua,
kemudahan untuk memungut pertumbuhan pajak tersebut. 2 Keadilan.
Pada prinsipnya, beban pengeluaran pemerintah haruslah dipikul oleh semua golongan dalam masyarakat sesuai dengan kekayaan dan
kesanggupan masing-masing golongan. Konsep ini memandang pajak merupakan suatu alat redistribusi pendapatan, golongan kaya
menyumbang lebih besar daripada nilai pelayanan yang diterimanya, sebaliknya golongan miskin nilai pelayanan yang ia peroleh lebih besar
dibanding sumbangan yang ia berikan. 3 Kemampuan administratif.
Sumber pendapatan berbeda-beda dalam jumlah, integritas dan keputusan yang diperlukan dalam administrasinya.
4 Penerimaan politis. Kemauan politis diperlukan dalam mengenakan pajak, menetapkan
struktur tarif, memutuskan siapa yang harus membayar dan bagaimana pajak tersebut ditetapkan, memungut pajak secara fisik, dan
memaksakan sanksi terhadap para pelanggar. Hal ini pada gilirannya tergantung pada dua faktor: kepekaan dan kejelasan dari pajak tersebut
dan adanya keleluasaan dalam mengambil keputusan. Kebutuhan untuk membuat suatu keputusan dalam rangka meningkatkan tarif pajak yang
tertinggi dapat memaksa instansi Pemerintah lebih teliti tehadap pertimbangan untuk pengeluaran tertentu atau mengurangi pemborosan.
Sering kali diusahakan untuk membuat pajak lebih diterima dengan mengkaitkan penggunaanya secara langsung earnmarking yaitu dengan
meningkatkan pelayanan tertentu yang popular seperti pelayanan pendidikan.
5 Kecocokan suatu pajak.
2. Retribusi Daerah
a. Pengertian
Retribusi daerah dapat diartikan sebagai pungutan yang dilakukan oleh pemerintah sebagai akibat adanya kontraprestasi yang diberikan oleh
pemerintah daerah yang langsung dinikmati oleh masyarakat Masmudi, 2003.
b. Jenis Retribusi
Ada jenis retribusi menurut Masmudi 2003, yaitu: Jasa Umum, Jasa Usaha, dan Perizinan Tertentu.
1 Jasa umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat
dinikmati oleh orang pribadi atau badan. 2 Jasa usaha adalah jasa yang diberikan oleh pemerintah daerah dengan
menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.
3 Perizinan tertentu adalah kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang
dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian
dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya
alam, barang prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
D. Pinjaman Daerah