Latar Belakang Penelitian Analisis pendapatan asli daerah dan pembiayaan terhadap belanja daerah DKI Jakarta

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang mempunyai potensi ekonomi yang baik. Secara geografis, letak Indonesia sangat strategis dan dari sisi kekayaan alam, Indonesia sangat kaya akan sumber daya alamnya baik yang bersifat dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui. Kondisi yang seperti itu, seharusnya negara ini bisa mendapatkan sumber pendapatan bagi negara yang cukup besar sehingga tidak bergantung pada bantuan dari luar negeri. Pada kenyataannya, pemerimaan negara terbesar berasal dari pajak bukan dari hasil kekayaan sumber daya alam tersebut. Pajak adalah sumber penerimaan yang paling besar untuk membiayai pengeluaran negara, baik untuk pusat maupun daerah. Melalui pajak, diharapkan dapat memberikan kontribusi yang besar bagi negara karena penerimaan ini sangat potensial guna melaksanakan pembangunan. Penerimaan pajak merupakan pemasukan dana yang paling potensial bagi negara karena besarnya pajak seiring dengan laju pertumbuhan penduduk, perekonomian, dan stabilitas politik Judisseno, 2005:4. Khusus untuk penerimaan pemerintah di sektor pajak, upaya peningkatan terhadap penerimaan pajak adalah bagian yang penting dari kebijakan fiskal yang tidak dapat dikesampingkan atas dampaknya bagi stabilitas makro Ringoringo dan Arya, 2006: 186. Berbagai macam cara telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan target penerimaan pajak guna membiayai pengeluaran pemerintah di berbagai bidang baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah. Cara tersebut dilakukan dengan perencanaan ekstensifikasi dan intensifikasi perpajakan. Sesuai dengan berlakunya Undang-Undang UU No. 32 tahun 2004 tentang otonomi daerah maka pemerintah pusat memberikan wewenang kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan dan mengatur kegiatan rumah tangga daerah sesuai yang diamanatkan undang-undang, menyusun anggaran rumah tangga daerahnya berupa pendapatan daerah termasuk pajak daerah yang akan dialokasikan ke berbagai sektor. Otonomi daerah adalah wewenang yang dimiliki daerah otonom untuk mengatur dan mengurus masyarakatnya menurut kehendak sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat, sesuai dengan peraturan yang berlaku Halim, 2008: 1. Terbentuknya UU No. 32 tahun 2004 merupakan sarana untuk dilaksanakannya kebijakan desentralisasi serta penyelenggaraan otonomi daerah. Pelaksanaan desentralisasi dapat menghasilkan masyarakat yang berperan serta dalam meningkatkan taraf hidup di daerahnya. Pentingnya otonomi daerah adalah untuk memacu pembangunan daerah dan persoalan-persoalan daerah lebih cepat diatasi sehingga dapat mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat Sunardi dan Mas’udi, 2007: 44. Adanya otonomi, suatu daerah dapat menggali potensi lebih dalam kekayaannya dan mewujudkan efisiensi biaya pemungutan pajak yang dikenakan di daerah tersebut. Hal itu dapat terlaksana dengan adanya dukungan dari berbagai pihak. Dukungan yang diberikan dapat berupa alokasi dana dari pemerintah pusat serta pendapatan daerah itu sendiri untuk menyusun anggaran belanjanya. Teori development from below yang dikemukakan oleh Devey 1988, berpendapat bahwa orang akan lebih bersedia membayar pajak kepada pemerintah daerah daripada kepada pemerintah pusat karena mereka dapat melihat manfaat dalam kemudahan dan pembangunan di daerah mereka Prakosa, 2003: 23. Dari berbagai sumber penerimaan tersebut, pemerintah membuat rancangan anggaran yang akan dialokasikan ke berbagai pengeluaran belanja negara ataupun daerah, baik yang bersifat belanja rutin maupun belanja modal yang telah ditetapkan berdasarkan undang-undang. Hal itu dituangkan oleh pemerintah daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD. APBD merupakan instrumen dalam rangka mewujudkan pelayanan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat untuk tercapainya tujuan bernegara Tim Penyusun Pedoman Bendaharawan, 2006: 14. Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati, pemerintah daerah menyusun rancangan PPAS Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara dengan tahapan sebagai berikut Nordiawan, 2006: 89: pertama, menentukan skala prioritas untuk urusan wajib dan urusan pilihan; kedua, menentukan urutan program untuk masing-masing urusan; ketiga, menyusun plafon anggaran untuk masing- masing program. Penganggaran yang dilakukan pemerintah daerah dalam APBD termuat rincian atas pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah. Pendapatan daerah itu sendiri berasal dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, pinjaman daerah, dan lain-lain pendapatan yang sah. Menurut UU No. 25 tahun 1999 dalam Prakosa 2003, pendapatan asli daerah terdiri atas: hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Kebijakan belanja daerah ditujukan untuk meningkatkan fungsi pelayanan kepada masyarakat. Belanja daerah secara umum dikenal dengan 2 macam, yaitu: belanja modal dan belanja operasional yang merupakan elemen penting karena anggaran pengeluaran terbesar pemerintah daerah tersusun didalamnya. Untuk pengeluaran yang bersifat jangka pendek atau pengeluaran sehari-hari, pemerintah daerah menyusunnya dalam belanja operasional revenue expenditure . Belanja dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib digunakan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial, dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial Tim Penyusun Pedoman Bendaharawan, 2006: 22. Belanja wajib ini digolongkan dalam kategori belanja modal capital expenditure untuk pengeluaran yang sifatnya jangka panjang. Capital expenditure merupakan pengeluaran yang menghasilkan aset jangka panjang Muluk, 2007. Elemen lain yang terdapat pada APBD adalah pembiayaan daerah. Pembiayaan daerah bersumber dari transfer dana cadangan, sisa anggaran periode sebelumnya, dan hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan. Pembiayaan berfungsi sebagai penutup defisit anggaran daerah atau memanfaatkan surplus. Pemerintah daerah harus benar-benar memperhitungkan antara pendapatan yang akan diperoleh daerah dengan pengeluaran belanja operasional dan belanja modal yang merupakan elemen utama dari belanja daerah sehingga dapat tercapainya kesejahteraan masyarakat di tiap-tiap daerah dan tidak ada kesenjangan yang mungkin terjadi akibat kegagalan pemerintah daerah mengolah anggaran rumah tangga. Masyarakat juga dapat melihat manfaat dari pengorbanan yang telah mereka lakukan untuk pembangunan daerahnya. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Darwanto dan Yulia Yustikasari 2007 yang berjudul “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli daerah, dan Dana Alokasi Umum terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal” . Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu dengan menggunakan belanja daerah sebagai dependent variable dan mengganti variabel Dana Alokasi Umum dengan pembiayaan daerah sebagai independent variable. Berdasarkan uraian mengenai pendapatan daerah dan belanja daerah maka dilakukan penelitian ini dalam bentuk skripsi dengan judul “Analisis Pendapatan Asli Daerah dan Pembiayaan Terhadap Belanja Daerah DKI Jakarta Periode 2003-2007”.

B. Rumusan Masalah