Pemerintah daerah harus benar-benar memperhitungkan antara pendapatan yang akan diperoleh daerah dengan pengeluaran belanja operasional dan
belanja modal yang merupakan elemen utama dari belanja daerah sehingga dapat tercapainya kesejahteraan masyarakat di tiap-tiap daerah dan tidak ada
kesenjangan yang mungkin terjadi akibat kegagalan pemerintah daerah mengolah anggaran rumah tangga. Masyarakat juga dapat melihat manfaat
dari pengorbanan yang telah mereka lakukan untuk pembangunan daerahnya. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh
Darwanto dan Yulia Yustikasari 2007 yang berjudul “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli daerah, dan Dana Alokasi Umum
terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal” . Hal yang membedakan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu dengan menggunakan belanja daerah sebagai dependent variable dan mengganti variabel Dana
Alokasi Umum dengan pembiayaan daerah sebagai independent variable. Berdasarkan uraian mengenai pendapatan daerah dan belanja daerah maka
dilakukan penelitian ini dalam bentuk skripsi dengan judul “Analisis Pendapatan Asli Daerah dan Pembiayaan Terhadap Belanja Daerah DKI
Jakarta Periode 2003-2007”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjabaran mengenai pendapatan daerah dan belanja daerah, maka rumusan masalah penelitian adalah:
1. Apakah pendapatan asli daerah berpengaruh terhadap belanja daerah? 2. Apakah pembiayaan berpengaruh terhadap belanja daerah?
3. Apakah pendapatan asli daerah dan pembiayaan berpengaruh terhadap belanja daerah?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris mengenai: 1. Pengaruh pendapatan asli daerah terhadap belanja daerah.
2. Pengaruh pembiayaan terhadap belanja daerah. 3. Pengaruh pendapatan asli daerah dan pembiayaan terhadap belanja daerah.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain: 1. Bagi Pemerintah
Adanya hasil penelitian ini diharapkan agar pemerintah, khususnya pemerintah daerah dapat melaksanakan amanat Undang-Undang mengenai
pemanfaatan pendapatan yang diterima daerah untuk membiayai kepentingan dan pelayanan masyarakat di daerahnya yang dijabarkan
dalam anggaran belanja daerah yang telah ditetapkan. 2. Bagi Pihak yang Berkepentingan
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi sesuai dengan kebutuhan pihak yang berkepentingan, misalnya pegawai yang bekerja di bidang
perpajakan dan pejabat penyusun APBD. 3. Bagi Masyarakat
Dengan adanya penelitian ini, masyarakat dapat lebih memantau kinerja pemerintah daerah dalam membiayai belanja daerah dari hasil pendapatan
daerah yang diterimanya yang dirangkum dalam APBD.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar-Dasar Perpajakan
1. Pengertian Pajak
Menurut Resmi 2009: 1-2, terdapat beberapa definisi pajak antara lain: Pengertian pajak yang dikemukakan oleh Rochmat Soemitro, yaitu:
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal balik
kontraprestasi yang langsung dapat ditujukan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Kemudian defisi tersebut disempurnakan, sehingga berbunyi: Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk
membiayai pengeluaran rutin dan “surplus”nya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.
Sedangkan definisi pajak yang dikemukakan S.I. Djajadiningrat: Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas
negara yang disebabkan suatu keadaaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut
peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan
umum.
Definisi yang dikemukakan Mr. N. J. Feldmann: Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada
penguasa menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum, tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-
pengeluaran umum.
Menurut UU No. 28 tahun 2007, “pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemampuan rakyat”. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa pajak adalah: 1. pajak merupakan iuran wajib kepada negara.
2. pajak dipungut berdasarkan undang-undang yang berlaku. 3. atas pembayaran pajak, tidak mendapat kontraprestasi secara langsung.
4. pajak digunakan untuk kesejahteraan rakyat.
2. Fungsi Pajak
Fungsi pajak menurut Resmi 2009: 3-4 adalah fungsi budgeter sumber keuangan negara dan fungsi regulerend mengatur.
1. Fungsi Budgeter Sumber Keuangan Nagara Pajak mempunyai fungsi budgeter, artinya pajak merupakan salah satu
sumber pemerimaan pemerintah umtuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan.
2. Fungsi Regulerend Pengatur Pajak mempunyai fungsi regulerend, artinya pajak sebagai alat untuk
mengatur atau melaksanakan, kebijakan pemerintah dalam bidang sosial
dan ekonomi, dan mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan.
3. Jenis Pajak
Terdapat berbagai jenis macam pajak yang dikelompokkan menjadi tiga, yaitu jenis pajak menurut golongannya, jenis pajak menurut sifatnya, dan jenis
pajak menurut lembaga pemungutnya. Resmi, 2009: 7-9. Jenis-jenis pajak tersebut dijelaskan secara rinci sebagai berikut:
1. Menurut Golongannya a. Pajak langsung. Pajak langsung adalah pajak yang harus ditanggung
sendiri oleh wajib pajak dan tidak dilimpahkan atau dibebankan kepada pihak lain. Pajak harus menjadi beban sendiri oleh wajib pajak
yang bersangkutan. Contoh pajak langsung: PPh yang dibayar oleh pihak tertentu yang memperoleh penghasilan.
b. Pajak tidak langsung. Pajak tidak langsung adalah pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau
pihak ketiga. Pajak tidak langsung ini terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa, perbuatan yang menyebabkan terutang pajak,
misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa. Adapun contoh pajak tidak langsung yaitu PPN. PPN dibayarkan oleh produsen atau pihak
yang menjual barang atau jasa tetapi dapat dibebankan kepada konsumen baik secara eksplisit maupun implisit dimasukkan dalam
harga jual barang atau jasa. 2. Menurut Sifatnya
a. Pajak Subyektif Pajak yang pengenaannya memperhatikan pada keadaan pribadi wajib
pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan keadaan subyek pajak. Contoh: PPh pajak penghasilan. Dalam PPh terdapat subyek
pajak wajib pajak orang pribadi. Pengenaan pajak penghasilan untuk orang pribadi tersebut memperhatikan keadaan pribadi wajib pajak
yang selanjutnya digunakan untuk menentukan besarnya penghasilan tidak kena pajak PTKP.
b. Pajak Obyektif Pajak yang pengenaannya memperhatikan pada obyek pajak baik
berupa benda, keadaan, perbuatan atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan
pribadi subyek pajak wajib pajak maupun tempat tinggal. Contohnya adalah: PPN, PPnBM, PBB.
3. Menurut Lembaga Pemungutnya a. Pajak Negara pajak pusat, adalah yang dipungut oleh pemerintah
pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya. Adapun contoh pajak pusat: PPh, PPN, PPnBM, dan PBB.
b. Pajak Daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik daerah tingkat I maupun daerah tingkat II dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga daerah masing-masing. Contoh Pajak Daerah Tingkat I propinsi: Pajak Kendaraan Bermotor,
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Tanah, Pajak Izin Penangkapan Ikan di wilayahnya.
Contoh Pajak Daerah Tingkat II KabupatenKotamadya: Pajak pembangunan I, Pajak Penerangan Jalan, Pajak atas Reklame, Pajak
Anjing, dan lainnya.
4. Pungutan Lain Selain Pajak
Pungutan lain yang mirip dengan pajak tetapi mempunyai perlakuan dan sifat yang berbeda dengan pajak yang dilakukan pemerintah kepada rakyatnya
menurut Resmi 2009: 2-3 antara lain Bea materai, Bea masuk dan Bea keluar, Cukai, Retribusi, Iuran, dan Lain-lain pungutan yang sah legal.
a. Bea materai, yaitu pungutan yang dikenakan atas dokumen dengan menggunakan benda materai atau alat lain.
b. Bea masuk dan bea keluar. Bea masuk adalah pungutan atas barang-barang yang dimasukkan kedalam daerah pabean berdasarkan harganilai barang
itu atau berdasarkan tarif yang sudah ditentukan bagi masing-masing golongan barang. Bea keluar adalah pungutan atas barang-barang yang
dikeluarkan keluar daerah pabean berdasarkan harganilai barang itu atau berdasarkan tarif yang sudah ditentukan bagi masing-masing golongan
barang. c. Cukai, yaitu pungutan yang dikenakan atas barang-barang tertentu yang
sudah ditetapkan untuk masing-masing jenis barang tertentu, misalnya tembakau, gula, dan lain sebagainya.
d. Retribusi, yaitu pungutan yang dilakukan sehubungan dengan sesuatu jasa atau fasilitas yang diberikan pemerintah secara langsung dan nyata kepada
pembayar misalnya: parkir, pasar, jalan tol.
e. Iuran, yaitu pungutan yang dilakukan sehubungan dengan sesuatu jasa atau fasilitas yang diberikan oleh pemerintah secara langsung dan nyata kepada
kelompok atau golongan pembayar. f. Lain-lain pungutan yang sahlegal berupa sumbangan wajib.
5. Asas Pemungutan Pajak
Terdapat tiga asas pemungutan pajak Resmi, 2009: 10-11 yaitu: asas domisili asas tempat tinggal, asas sumber, asas kebangsaan.
a. Asas Domisili asas tempat tinggal Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas seluruh
penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal diwilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari luar
negeri. b. Asas Sumber
Asas sumber menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber dari wilayahnya tanpa memperhatikan tempat
tinggal wajib pajak. Jadi, setiap orang yang memperoleh penghasilan dari Indonesia dikenakan pajak atas penghasilan yang diperolehnya di
Indonesia. c. Asas Kebangsaan
Asas kebangsaan ini, menyatakan bahwa pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara. Misalnya, pajak bangsa asing di
Indonesia dikenakan atas setiap orang asing yang bukan berkebangsaan Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia.
6. Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak menurut Resmi 2009: 11-12 dikenal ada beberapa sistem pemungutan, antara lain: official assesment system, self
assesment system, dan withholding system.
a. Official Assesment System Suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan kewenangan aparatur
perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang
berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif dan kegiatan menghitung serta memungut pajak sepenuhnya berada berada di tangan para aparatur pajak
peranan dominan ada pada aparatur pajak. b. Self Assesment System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap
tahunnya sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif dan kegiatan menghitung serta
pelaksanaan pemungutan pajak berada di tangan wajib pajak. Wajib pajak dianggap mampu menghitung pajak, mampu memahami peraturan
perpajakan yang sedang berlaku, dan mempunyai kejujuran yang tinggi, serta menyadari akan arti pentingnya membayar pajak. Oleh karena itu,
wajib pajak diberi kepercayaan untuk: 1. Menghitung sendiri pajak yang terutang.
2. Memperhitungkan sendiri pajak yang terutang.
3. Membayar sendiri pajak yang terutang. 4. Melaporkan sendiri pajak yang terutang.
5. Mempertanggungjawabkan sendiri pajak yang terutang. Pada sistem ini, berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak
tergantung pada wajib pajak itu sendiri. Seperti yang sudah dijelaskan diatas,
bahwa dalam
sistem ini,
wajib pajak
menghitung, memperhitungkan,
membayar, melaporkan,
dan mempertanggungjawabkan sendiri atas pajak yang terutang olehnya
selama masa pajak, atau tahun pajak atau bagian tahun pajak. c. Withholding System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan kewenangan kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang
terutang oleh wajib pajak sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku. Penunjukan pihak ketiga ini bisa dilakukan
dengan undang-undang perpajakan, keputusan presiden, dan peraturan lainnya. Berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak
tergantung pada pihak ketiga yang ditunjuk.
B. Pendapatan Daerah