Definisi Operasional Gambaran Umum Objek Penelitian

119. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan dari variabel masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen maka nilai signifikan t dibandingkan dengan derajat kepercayaan. Apabila sig t lebih besar dari 0.05 maka Ho diterima. Jika sig t lebih kecil dari 0.05 maka Ho ditolak. Bila Ho ditolak berarti ada hubungan yang signifikan antar variabel independen terhadap variabel dependen Ghozali dalam Christinawati, 2005. c. Uji Statistik F Uji F dilakukan dengan tujuan untuk menguji variabel independen terhadap variabel dependen. Secara bebas dengan signifikansi sebesar 0.05, dapat disimpulkan Ghozali dalam Christinawati, 2005 sebagai berikut: 1. Jika nilai signifikan 0.05, maka Ha diterima. 2. Jika nilai signifikan 0.05, maka Ha ditolak.

E. Definisi Operasional

1. Definisi Operasional

a. Variabel Bebas Variabel bebas independent variable adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain Indriantoro, 2004. Variabel bebas yang digunakan adalah pendapatan asli daerah dan pembiayaan daerah. Periode waktu data yang diteliti adalah lima tahun, yaitu tahun 2003-2007. Pendapatan asli daerah merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber asli ekonomi daerah Halim, 2008: 96. Pendapatan Asli Daerah terdiri dari: pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Pembiayaan yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayarkan kembali dan atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun anggaran pada tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau pemanfaatan surplus anggaran Yuwono dkk, 2005:108. b. Variabel Terikat Variabel terikat dependent variable adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen Indriantoro, 2004. Dalam penelitian ini, variabel terikat yang digunakan adalah belanja daerah, yaitu pengeluaran pemda pada satu periode anggaran. Periode waktu data yang diteliti adalah lima tahun, yaitu tahun 2003-2007.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah

Dibentuk sesuai amanat Pasal 18A UUD Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 2d, 2e dan 2f Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004, dan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, yang menyatakan bahwa hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah merupakan hal yang penting dan strategis dalam rangka pengelolaan keuangan negara. Hal tersebut mengingat peta pengelolaan keuangan mengikuti kewenangan yang telah diserahkan kepada daerah dimana jumlah dana yang disalurkan ke daerah melalui pos Belanja untuk Daerah dalam APBN cenderung meningkat setiap tahunnya. Sampai dengan saat ini, tidak ada unit kerja di lingkungan Pemerintah pusat yang ditugaskan menangani secara khusus pengelolaan hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah secara terpadu. Direktoral Jenderal Perimbangan Keuangan DJPK Departemen Keuangan merupakan penggabungan dari beberapa unit eselon II dari Direktorat Jenderal Anggaran dan Perimbangan Keuangan DJAPK Badan Pengkajian Ekonomi Keuangan dan Kerjasama Internasional BAPPEKI sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden No. 66 tahun 2006 tentang unit organisasi dan tugas eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia. Dengan terbentuknya unit baru tersebut diharapkan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dapat lebih fokus dan terarah sejalan dengan skenario road map yang telah dicanangkan.

2. Visi Misi

Visi “Menjadi unit organisasi yang profesional, kredibel, dan akuntabel dalam perumusan dan pengelolaan kebijakan di bidang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.” Misi a Mewujudkan optimalisai pendapatan asli daerah melalui pengkajian, supervisi, dan evaluasi kebijakan pajak daerah dan retribusi daerah yang konstruktif, adil, dan selaras dengan kebijakan perpajakan nasional; b Mewujudkan optimalisasi perumusan dan pelaksanaan kebijakan dana perimbangan yang transparan, adil, proporsional, dan demokratis; c Mewujudkan efisiensi dan efektivitas pengelolan keuangan dalam rangka desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan berdasarakan prinsip transparansi dan akuntabilitas; d Mewujudkan optimalisasi perumusan dan pelaksanaan kebijakan pembiayaan daerah agar diperoleh sumber pembiayaan dengan biaya rendah dan tingkat resiko yang dapat ditoleril; e Mewujudkan penyelenggaraan sistem informasi keuangan daerah yang transparan, akurat, relevan, tepat waktu, dan dapat dipertanggungjawabkan.

3. Tupoksi

Tugas Pokok “Merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.” Fungsi a Penyiapan perumusan kebijakan di bidang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah; b Pelaksanaan kebijakan di bidang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah; c Perumusan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah; d Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah; e Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal.

4. Kewenangan

a Merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. b Menyiapkan perumusan kebijakan, standarisasi, bimbingan teknis, pemantauan, dan evaluasi di bidang pajak daerah dan retribusi daerah. c Menyiapkan perumusan kebijakan, koordinasi dan fasilitasi, perhitungan alokasi, standarisasi, bimbingan teknis, pemantauan dan evaluasi di bidang belanja untuk daerah Dana Perimbangan dan Dana Otonomi Khusus. d Menyiapkan perumusan kebijakan, standarisasi, bimbingan teknis, pemantauan dan evaluasi di bidang pinjaman, hibah dan kapasitas daerah. e Menyiapkan perumusan kebijakan, standarisasi, bimbingan teknis, pemantauan dan evaluasi pendanaan daerah serta penyelenggaraan informasi keuangan daerah. f Memberikan pelayanan teknis dan administratif kepada semua unsur di lingkungan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan.

5. SOP Standard Operating Procedures

Tabel 4.1 Standard Operating Procedures NO. JUDUL SOP NOMOR SOP 1 Evaluasi rancangan peraturan daerah tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah PDRD. SOP -01 PK.2 2007 2 Rekomendasi pembatalan peraturan daerah daerah tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah PDRD. SOP -02 PK.2 2007 3 Penyiapan bahan kebijakan formula dan perhitungan Dana Alokasi Umum SOP -89 PK.3 2007 4 Penyusunan bahan perumusan formula Dana Alokasi Umum SOP -90 PK.3 2007 5 Perhitungan alokasi Dana Alokasi Umum SOP -91 PK.3 2007 6 Perhitungan alokasi Dana Alokasi Khusus per daerah SOP -104 PK.3 2007 7 Analisis dan evaluasi usulan pinjaman daerah dari pemerintah yang dananya berasal dari pemerintah SOP -04 PK.4 2007 8 Penilaian usulan rencana penerbitan obligasi daerah SOP -05 PK.4 2007 9 Penilaian kelengkapan dokumen usulan penerusan pinjaman luar negeri SOP -11 PK.4 2007 10 Penilaian kelayakan keuangan pemda SOP -12 PK.4 2007 pemerintah daerah dalam menerima penerusan pinjaman luar negeri 11 Penilaian pemberian hibah yang bersumber dari pendapatan dalam negeri SOP -16 PK.4 2007 12 Penilaian pemberian hibah yang bersumber dari pendapatan luar negeri SOP -23 PK.4 2007 13 Penyajian informasi keuangan SOP -57 PK.5 2007 14 Layanan data informasi keuangan daerah SOP -59 PK.5 2007

6. Struktur Organisasi

7. Statistik Pegawai

B. Hasil Dan Pembahasan