B. Perkembangan Islam di Bangka
Mengenai masuknya Islam ke Bangka belum ditemui data yang dapat dipercaya, namun bila dilihat dari letak geografisnya yang berada di jalur lalu
lintas yang menghubungkan Malaka, Sumatera dan Jawa, besar kemungkinan Islam sudah masuk kepulauan Bangka bersamaan dengan masuknya Islam ke
Palembang atau Jawa. Bahkan, kalau komunitas Muslim sudah terbentuk di Palembang sebagai pusat Kerajaan Sriwijaya, tidak menutup kemungkian bahwa
pada masa itu sudah ada orang Muslim yang datang ke Bangka meskipun belum membentuk suatu komunitas. Perlu dicatat bahwa sudah sejak lama pulau Bangka
menduduki posisi penting bagi Kerajaan Sriwijaya yang ditandai dengan didirikannya prasasti di Kotakapur pada tahun 686. Konon katanya Pulau Bangka
kemudian menjadi benteng pertahanan Kerajaan Sriwijaya untuk ekspansi ke Majapahit dan Melayu. Namun, berberapa abad kemudian Pulau Bangka menjadi
sarang bajak laut yang dikenal oleh masyarakat Bangka dengan sebutan lanun dan sampailah pada penyebaran Islam di Bangka secara meluas.
12
Secara umum, Islam di Indonesia melalui pada dua jalur yaitu, Islam tradisional dan modern. Islam modern lebih mementingkan pemurnian dan
pembaharuan aspek-aspek ajaran Islam sesuai dengan tuntutan kehidupan masyarakat modern, Sedangkan Islam tradisional cenderung memelihara dan
mempertahankan tradisi Islam yang telah diterima secara turun temurun. Dua jalur agama tersebut sering kali terjadi perbedaan faham dan pendapat.
13
12
Zulkifli, Translitersi dan Kandungan, Fath al-Alim Fi Tartib al-Ta’lim, Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq, h. 11.
13
Alwi Shihab, Akar Tasawuf di Indonesia, terj h. 13
38
Menurut sejarah proses pengislamisasi di Bangka melalui lima jalur yaitu Jalur pertama lewat Johor Malaysia yang kedua melalui jalur Minangkabau,
ketiga melalui jalur Banten, jalur keempat adalah Palembang, jalur yang terakhir adalah lewat Banjar kalimantan Selatan untuk lebih jelasnya lagi penulis akan
menjelaskan ini dari tinjauan masa ke masa yang berkembang pada saat itu dengan sedikit dukungan info dari masyarakat setempat.
Jalur pertama melalui Johor Malaysia karena pada abad XVI ini, Bangka sudah menjadi persinggahan kapal-kapal yang meneruskan pelayarannya dari
Malaka ke Jawa dan daerah Nusantara lainnya. Semenjak pulaun Bangka di bawah kekuasaan Kesultanan Johor yang sebelumnya bersekutu dengan
Kesultanan Minangkabau dan berhasil menumpas bajak laut di Bangka di sinilah tampak adanya pengislamisasi secara intens dan terus berkembang. Di samping itu
pula Sultan Johor kemudian mengangankat Panglima Sarah sebagai Raja Muda di pulau Bangka adapaun kedudukan kerajaannya terletak di Bangkakota. Tak lama
setelah itu pasca wafatnya Panglima Sarah tampuk kekuasaan diserahkan kepada Kesultanan Minangkabau yang di pimpin oleh raja Alam harimau garang yang
berkedudukan di Kotawaringin. Jalur kedua ini tidak lepas dari pengabdian kesultanan Minangkabau,
bahwa pada masa kekuasaan Raja Alam Harimau perkembangn Islam cukup cepat. Karena di samping Raja Alam Harimau sebagai seorang pemerintah ia juga
sebagai tokoh alim ulama. Salah satu masjid yang dirikan beliau adalah masjid jamik yang berada di tikungan dekat sungai Kotawaringin. Beliau wafat di
Kotawaringin dan makamnya tetap masih terjaga sampai sekarang, dicerita oleh
39
masyarakat sekitar ketika beliau berjuang dan mengabdikan dirinya di Pulau Bangka bertempat di Kotawaringin beliau adalah salah seorang yang sangat gigih
dalam membina dan memimpin masyarakat sekitar. Sehingga sampai sekarangpun namanya selalu dingat oleh masyarakat sekitar.
14
Jalur ketiga adalah Banten, nampaknya Banten memiliki peran penting dalam penyebaran Islam di Bangka ini dapat di lihat dari beberapa sejarah bahwa
Banten juga mengambil peran penting dalam perjuangan pengislamisasi di Bangka. Peran penting ini diambil alih Sultan Agung Tirtayasa 1665-1692 dari
Banten kemudian di tunjuklah Bupati Nusantara sebagai Raja Muda yang berkedudukan di Bangkakota. Degan demikikan Bangkakota kembali menjadi
pusat pemerintahan, penyebaran Islam dan pengaturan masalah-masalah social kemasyarakatan di Bangka walaupun pada waktu itu pusat pemerintah sempat
dipindahkan oleh Raja Harimau Garang. Berikutnya adalah jalur keempat yaitu Palembang. Setelah Bupati
Nusantara wafat pada tahun 1671, Putrinya Khatijah yang menjadi isteri Sultan ‘Abdurrahman mewarisi pulau Bangka dan sekitarnya. Pada masa Sultan
‘Abdurrahman memegang kekuasaan tersusunlah hukum adat yang dinamakan Undang-Undang Simbur Cahaya. Sedangkan untuk daerah Bangka terbitlah dan
diberlakukan hukum adat uyang dinamai Undang-Undang Sindang Mardika
15
. Adapun kedudukanya ada di kota Muntok hukum ini hak penuh di pegang oleh
Rangga, Rangga adalah gelar yang diberikan kepada seseorang yang mengepalai
14
Zulkifli, Translitersi dan Kandungan, Fath al-Alim Fi Tartib al-Ta’lim, Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq, h. 10.
15
Zulkifli, Translitersi dan Kandungan, Fath al-Alim Fi Tartib al-Ta’lim, Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq, h 13.
40
41 41
hukum tersebut. Hukum ini dapat berlaku bagi masarakat setempat dan hukum ini tidak hanya sebatas masalah perkara agama saja namun hukum ini memilki
kekuatan untuk menentukan sampai kepada tututan kematian. Inilah awal berkembangnya islamisasi di Bangka.
Peroses islamisasi di Bangka tampak jelas setelah kedatangan ulama- ulama dari Banjar Kalimantan Selatan. Pada jalur kelima inilah proses islamisasi
berjalan intensif sejak pertengahan abad XIX. Salah satu tokoh ulama Banjar yang datang ke pulau Bangka adalah H. Muhammad Afif, namun data tak menemukan
kapan beliau datang ke Bangka, dikisahkan banyaknya ulama Banjar merantau ke berbagai pelosok daerah karena pemerintahan Belanda ingin menghapus kesultan
Banjar sehingga banyaklah terjadi pemberontakan. Pemberontakan yang dilakukan oleh masarakat Banjar selalu dapat dilumpuhkan oleh pemerintah
Hindia Belanda sehingga sektor ekonomi lumpuh total dan keadaan semakin tidak aman.
H. Muhammad Afif adalah salah seorang ulama Banjar yang ikut pindah dan meneruskan dakwahnya untuk menyebarkan syi’ar-syi’ar Islam. Dan
seterusnya dilanjutkan oleh anaknya yang lebih kita kenal dengan Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq tokoh yang tulis kaji konsep ajaran tasawufnya pada
skripsi ini.
16
16
http;Bangka, Syaikh Abd. Siddik Com2009071736, diakses pada 10 juli 2010.
BAB IV POKOK-POKOK TAUHID SYAIKH ‘ABDURRAHMAN SHIDDÎQ