Kembali ke Indonesia Riwayat Hidup dan Perjuangannya

mengajar di Masjidil Haram dengan ilmu yang ia dapatkan selama belajar di sana. 14

4. Kembali ke Indonesia

Kurang lebih dua tahun ia mengajar di masjidil haram Mekkah, beliau mengambil keputusan kembali ke tanah air Indonesia. Mengingat di Indonesia pada masa itu masih terasa kekurangan guru agama, sedang di Mekkah sudah cukup banyak orang alim. Beliau berpendapat bahwa bila ilmu yang ia dapatkan selama di tanah suci akan lebih besar manfaatnya bila diamalkan di tanah air sendiri. Apalagi banyak dorongan sahabat- sahabat di tanah air untuk kembali ke tanah air dalam rangka melawan penjajahan Belanda yang bertujuan untuk memecahkan akidah ummat Islam. 15 Dalam kepulangannya ke tanah air sebagian sahabatnya kurang setuju, terutama Syaikh Ahmad Khatib. Setelah selang beberapa waktu terjadilah keduanya saling tukar pikiran bagaimana menyingkapi akan hal ini sehingga mereka berdua bersepakat untuk kembali ketanah air. Setiba di Jakarta keduanya berpisah menuju daerahnya masing-masing. Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq menuju Kalimantan Selatan Martapura. Sedangkan Syaikh Ahmad khatib menuju ke kota padang. 16 Setelah delapan bulan berada di Kalimantan Selatan, Syaikh ‘Abdurrahman 14 Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq, Sejarah Hidup, diakses pada 10 juli 2010, dari: http;zuljamalie,blogdetik. Com2009071736. 15 Syafie ‘Abdullah, Riwayat Hidup dan Perjuangan Ulama Syaikh H. A Rahman Shiddik Mufti Indragiri, h. 21. 16 Syafie ‘Abdullah, Riwayat Hidup dan Perjuangan Ulama Syaikh H. A Rahman Shiddik Mufti Indragiri, h. 21. Shiddîq berangkat ke Batavia atau Betawi. Selama tiga bulan di sana. Kepergian dia kesana untuk menemui beberapa tokoh Sarikat Islam seperti H. Samanhudi dan ‘Umar said Cokroaminoto dalam rangka menjalin kerja sama dalam perjuangan meningkatkan martabat bangsa dan perjuangan memperoleh kemerdekaan melalui dakwah di daerah pedalaman dan terbelakang walaupun dia sendiri tidak menjadi anggota organisasi tersebut. 17 Kemudian ia pergi ke Martapura Kalimantan Selatan. Kurang lebih delapan bulan. Selama berada di Martapura beliau mengunjungi makam kakeknya H. Muhammad Arsyad sekaligus mengunjungi sanak famili dan handai taulan. Setelah sekian bulan ia tinggal di Martapura Kalimantan Selatan ia melanjutkan perjalanan ke Jakarta 1898 waktu itu Jakarta masih bernama Batavia. Ia menetap di Jakarta sekitar tiga bulan dan tinggal di rumah Syaikh Usman, beliau ditawarkan kedudukan mufti oleh Syaikh Usman untuk mengantikan kedudukan beliau. Namun tawaran ini ditolaknya karena ingin menetap di Bangka bersama ayahanda dan famili beliau. 18

5. Berjuang dan Berdakwah di Bangka