BAB III PENGERTIAN TAUHID DAN PERKEMBANGAN ISLAM
A. Pengertian Tauhid dan Perkembangan Islam
Tauhid, sebagai sebuah kata, telah melalui tahapan-tahapan perkembangan makna.
1
Pada tahapan pengertian bahasa, kata tauhid berasal dari kata kerja “wahada yuwahhidu-tauhidan” yang berarti “menyatukan”. Maksudnya adalah
mengesakan, yaitu mengesakan Allah Swt. Dalam lisan al-Arab. Kata tauhid diartikan dengan “percaya kepada Allah Swt. Sebagai satu-satunya Tuhan dan
tidak berbuat syirik terhadap-Nya. “Tauhid adalah bentuk mashdar atau infinif dari kata kerja “wahada” yang merupakan derivasi dari akar kata
“wahdah”.artinya keesaan.
2
Perkataan tauhid berasal dari bahasa Arab itu kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia dengan arti keesaan Allah
3
sehingga kata mentauhidkan berarti mengakui keesaan Allah Swt.
4
Pada tahap berikutnya pengertian tauhid mengalami perluasan makna. Tauhid ketika itu didefenisikan sebagai “mengesakan Allah Swt, sebagai Tuhan
rubûbiyah, sembahan ulûhiyyah, dengan segala nama, sifat, dan perbuatan- Nya.
5
Kata tauhid merupakan kata kerja verbal noun aktif yakin, memerlukan perlengkapan penderita atau objek, sebuah derivasi dari kata “wâhid” yang
1
Ibrahim Muhammad al-Buraikan, Pengantar Studi Aqidah Islam. Ter Jakarta : Rabbani Press, 1998 cet ke-1, h 7
2
Dewan Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam, jilid v, cet Ke-3 h 90
3
Muhammad Ngafenan, Kamus Etologi Bahasa Indoneisa, Semarang : Dahara Priza, 1990 cet ke-2 h. 171
4
Depdikbud, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pusaka, 1990 cet ke-3, h. 907- 098
5
Ibrahim Muhammad al-Buraikan, h 7
35
artinya “satu atau “Esa”. Maka makna harfiah tauhid adalah “menyatukan “ atau :mengesakan” hal-hal yang berserahkan atau terpecah-pecah seperti
penggunaannya dalam bahasa Arab “tauhîd al-kalimah” yang berarti “mempersatukan paham” dalam ungkapan “tauhîd al-quwwah” yang berarti”
mempersatukan kekuatan.
6
Sedangkan dalam Ensiklopedi Islam, Tauhid diambil dari kata “wahada”, yang berarti “mengesakan”, menyatakan atau mengakui Yang Maha Esa. Sebuah
pengakuan atas keesaan Allah Swt. Yang tidak dapat dibagi-bagi, yang mutlak, dan sebagai satu-satunya Yang Maha Nyata.
7
Dalam teologi, kata ini berarti pernyataan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah Swt.
8
Sebagai istilah teknis dalam ilmu kalam yang ciciptakan oleh para mutakalimin atau ahli teologis dialektis Islam, kata-kata tauhid dimaksudkan
sebagai faham “memahaesakan Tuhan” atau lebih sederhananya faham “ketuhanan Yang Maha Esa” atau monoteisme. Meskipun bentuk harfiah kata
tauhid itu sendiri tidak terdapat dalam al-Qur’an yang ada dalam al-Qur’an adalah kata-kata “ahad” atau “wahid” namun istilah ciptaan kaum mutakalimin
itu memang secara tepat mengungkapakan isi pokok ajaran kitab suci itu, yaitu ajaran tentang “memahaesakan Tuhan: Bahkan secara jelas tauhid juga
menggambarkan inti ajaran semua nabi rasul yang diutus untuk setiap kelompok
6
Nurcholis Madjid, Islam, Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah Kritis tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan dan Kemodernan, Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 1992
cet-2, h. 72
7
Cyil Glasse, Ensiklopedia Islam, h, 409
8
B. D. Mc Donald, Tauhid, dalam M TH Housma, et, all. Frist Encylopedia of Islam, leiden E. J. Brill, 1987 vol, 8,h, 704
36
manusia di bumi hingga kelahiran Nabi Muhammad Saw, yaitu ajaran Ketuhanan Yang Maha Esa.
9
Salah satu sumber penyebaran Islam di Indonesia adalah berawal dari berdirinya kerajaan Pasai. Kerajaan ini menjadi sentral penyiaran agama Islam ke
berbagai daerah di sumatera dan pesisir pulau Jawa. Penyebaran Islam di Pulau Jawa, juga berasal dari kerajaan Pasai terutama atas jasa Maulana Malik Ibrahim,
Maulana Ishak dan Ibrahim Asmoro, yang ketiganya adalah abituren Pasai, Melalui keuletan mereka itulah berdirinya kerajaan Islam Demak yang kemudian
menguasai Banten dan Batavia melalui Syarif Hidayatullah.
10
Kemudian perkembangan Islam selanjutnya di jawa di kembangkan oleh para ulama yang
sangat tinggi ilmunya yang lebih kita kenal dengan sebutan Wali Sanga atau wali Sembilan dari gelar tersebut cukuplah kiranya kita menyatakan bahwa mereka
memiliki derajat kewalian yang sangat keramat. Perkembangan Islam di Indonesia memiliki keterkaitan dengan
penyebaran tasawuf di ranah Nusantara, penyebaran Islam di Nusantara tidak dapat dipisahkan dari tasawuf. Bahkan “Islam pertama” yang di kenal di
Nusantara ini sesungguhnya adalah Islam yang disebarkan dengan pendekatan sufistik. Para penyebar Islam di Indonesia itu umumnya para da’i yang memiliki
pengetahuan dan pengalaman tasawuf. Mereka juga banyak yang menjadi pengamal dan penyebaran tarekat di Indonesia.
11
9
Nurcholis Majdjid, Islam, h. 72-73
10
Rosihon Anwar, Akhlak tasawuf, h. 27.
11
M. Solihin, Sejarah dan Pemikiran Tasawuf di Indonesia, h. 19.
37
B. Perkembangan Islam di Bangka