Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tauhid adalah salah satu ajaran pokok Islam yang diwahyukan Tuhan kepada Nabi Muhammad SAW. Bahkan, umum dikatakan bahwa ajaran tauhid merupakan dasar dari segala dasar kebenaran, serta merupakan akar tunggang dari ajaran Islam. 1 Tauhid juga merupakan suatu kumpulan kepercayaan atau keyakinan. Adapaun pokok-pokok keyakinan adalah iman kepada Allah SWT dan Rasul- Nya, iman kepada malaikat-malaikat-Nya, iman kepada kitab-kitab Rasul, iman kepada adanya Hari Kebangkitan, serta iman kepada qadla dan qadar. 2 secara historis, paham ketauhidan pada dasarnya sudah ada semenjak diturunkannya Nabi Adam as ke muka bumi ini. Namun demikian, seiring berjalanannya proses dialektika sejarah kehidupan manusia, konsep tauhid ini pun secara berangsur-angsur mengalami sebuah distori pemahaman yang tentunya bertentangan dengan apa yang telah diajarkan dan dimaksudkan oleh Nabi Adam as. 3 oleh karena itu, hadirnya Nabi Muhammad ke muka bumi ini sebagai utusan Tuhan yang terakhir berupaya menyempurnakan konsep tauhid tersebut berdasarkan nilai-nilai ajaran yang telah diwahyukan Tuhan 1 M. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Tafsir al-Azhar Sebuah Telaah atas Pemikiran Hamka dala Teoligi Islam Jakarta: Paramadina, 1990,h4 2 Ibn Taymiyyah, al-Aqidah al-wasathiyyah, Beirut, Dar al-Arabiyyah wa an-Nasrhr, tthh.5 3 Taib Tahir Abd Muin, Ilmu Kalam Jakarta: Penerbit Widjaya, 1975, cet., ke-3, h.15 1 kepada-Nya yang belakangan terdokumentasikan dalam sebuah “kitab suci” atau al-Quran. 4 Dalam agama Islam, ada ajaran yang jelas dan tegas yaitu ajaran ketuhanan Yang Maha Esa. Agama ini selalu menjelaskan bahwa seluruh semangat ajarannya berpusat pada paham ketuhanan Yang Maha Esa, yang secara spesifik disebut dengan istilah tauhid. Sepanjang ajaran Islam, tauhid itulah ajaran ketuhanan Yang Maha Esa secara sebenarnya, yang pengajarannya secara sistem dimulai dari Nabi Ibrahim, nenek moyang bangsa Israel Yahudi dan bangsa Arab terutama Quraysy. 5 Awalnya, tauhid yang merupakan pokok keyakinan bagi muslim tersebut bersumber pada nash yang bersifat naqli. Namun dalam perkembangannya, tauhid sebagai sebuah ilmu berkembang tidak hanya terbatas pada kawasan dalil naqli belaka, tetapi juga menambah kawasan dalil aqli. Perkembangan ilmu tauhid yang menggunakan landasan rasional tersebut terkadang disebut pula sebagai ilmu kalam, ilmu tauhid ilmu kalam tersebut juga memberikan suatu jalan bagi alasan rasional dan logis tentang pokok-pokok kepercayan Islam terhadap argumentasi yang dikeluarkan oleh para perusak aqidah Islam, seperti para orientalis yang berusaha mengaburkan konsep tauhid dengan tujuan agar umat Islam memiliki keraguan terhadap doktrin tauhid, sehingga diharapkan mereka menjadi murtad. 4 Taib Tahir, Ilmu kalam, h.16 5 Nurcholis Madjid, Cita-cita Politik Islam era Reformasi, Jakarta: Paramadina, 199, h.xvi. Dalam urusan menganut sebuah paham keislaman. Islam tidak membolehkan ada pemaksaan dalam bentuk apapun. Tugas Islam adalah menyeru kepada kebaikan, sepanjang ajaran Islam adalah berarti memenuhi konsekuensi paham tauhid secara benar, menurut keyakinan Islam, Tuhan yang Maha Esa sendiri mengajarkan, melalui wahyu-Nya, yaitu al-Quran, bahwa kita harus menganut prinsip tidak boleh ada paksaan dalam agama. 6 Tauhid merupakan bidang kajian penting dalam Islam yang mengupas pokok- pokok agama ushul ad-din. Hal tersebut mencakup kumpulan kepercayaan aqaid yang harus diimani oleh setiap Muslim. Dengan katalain, tauhid merupakan aspek penting bagi ummat Islam. Tauhid memiliki hubungan yang erat dengan aspek Ibadah. Ibadah dalam arti sebagai suatu penghambaan diri kepada Allah SWT dengan menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Hal tersebut juga merupakan hakikat dari agama Islam, karena makna Islam adalah penyerahan diri kepada-Nya dengan penuh rasa kerendahan diri dan penuh rasa cinta. Ibadah juga berarti segala perkataan dan perbuatan, baik secara lahir maupun batin, yang dicintai dan diridhai oleh Allah SWT. 7 Berangkat dari hal tersebut, perlu kiranya kita mengetahui masuknya Islam di Indonesia agar kita dapat memahami perkembangan dan penyebaran Islam di ranah Indonesia yang kita tempati ini. Ada beberapa pendapat mengatakan bahwa yang membawa masuknya Islam ke Indonesia adalah 6 Nurcholis Madjid, Cita-cita Politik Islam era Reformasi, h. 77 7 Muhammad ibn Abd al-Wahhab, kitab at-Tauhdi allazi huwa haq allah ala al-Abid, Riyadl : Departemen Urusan Agama Islam, Dakwah, dan Irsyad, 1995. h. 11 orang-orang India, ada yang mengatakan orang Persia, ada yang mengatakan orang Arab. Masing-masing pandangan memiliki argumentasi yang layak diperiksa dan teliti. Oleh karena permasalahan kita adalah masuknya tasawuf yang terkait dengan para pelopor dakwah Islam yang pertama itu, maka kita perlu memiliki informasi mengenai ini, baik kebangsaan mereka, aliran keagamaan, maupun tarekat, dan metode yang digunakan untuk memperkenalkan Islam kepada para penduduk di wilayah itu. 8 Sedangkan dalam perkembangan studi-studi Islam di Indonesia, terdapat kecenderungan yang kuat bahwa dikotomi Islam tradisional-modern digunakan sebagai alat analisis. Tidak jarang, kajian Islam tradisional cenderung dikesampingkan atau paling tidak, kurang mendapat perhatian yang profesional. Padahal, dalam kenyataan, meskipun tidak ditemui data statistiknya, jumlah penganut Islam tradisonal di Indonesia jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah penganut Islam Modern. Ironisnya lagi, penelitian tentang Islam tradisional seringkali menggunakan perspektif dan standard ukuran Islam Modern sehinga melahirkan kekeliruan dan kesalahpahaman mengenai Islam tradisonal itu sendiri terkhusunya penyebaran agama Islam di kepulauan Bangka. 9 Meskipun beberapa studi tentang Islam tradisonal sudah dilakukan tetapi kebanyakannya masih berpendirian bahwa Islam tradisonal itu merupakan entitas yang monolik, tanpa menunjukkan variasi yang terdapat di 8 Alwi Shihab, Akar Tasawuf di Indonesia,terj,, Depok, Pusataka IIMaN, 2009,hl 13. 9 Zulkifli, Kontinuitas Islam Tradisional di Bangka, Sungailiat, Shiddiq Press, 2007, hl 20. dalamnya. Hal ini menunjukkan kekurangan nuansa analisis sehingga Islam tradisional hanya menunjukan kepada suatu pemahaman dan praktik keagamaan yang kontradiksi dengan Islam modern. Padahal, perbedaan kondisi sosiokultural suatu masyarakat akan melahirkan corak Islam tradisional tersendiri. Dari sini perlu kiranya penulis mengkaji Konsep Tauhid Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq serta pengembangan Islam di Bangka. Dapat dilihat begitu besar pengaruh ajaran tasawuf Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq bagi masyarakat kepulauan Bangka. Hal tersebut dapat dilihat dengan berlangsungan kegiatan keagamaan di Bangka. Dalam hal ini penulis sedikit menguraikan tentang konsep Tauhid Syaikh Abdurraman Shiddik dalam kitab Amal Ma’rifah tasawuf yang beliau terapkan dalam metode dakwahnya. Tokoh ulama yang bernama Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq al-Banjari cukup dikenal di kalangan masyarakat Kalimantan terkhususnya di kepulaun Bangka, sebab beliau merupakan salah seorang zuriat ulama besar Kalimantan Syaikh Muhammad ‘Arsyad al-Banjari, dan salah satu ulama yang masuk dalam entri Ensiklopedi Islam Indonesia. Beliau adalah seorang da‘i yang gigih, pendidik yang giat, mufti yang aktif, penerjemah, ulama yang warâ’, sufi yang tawadhu, dan juga penyair kondang yang pertama sekali memperkenalkan tasawuf di tanah Melayu terkhususya di Bangka. Syair-syair yang beliau susun mampu memukau orang-orang di zamannya, sehingga melalui syair-syair itu beliau juga berdakwah dan berusaha meluruskan aliran kalam dan pemahaman tauhid yang cenderung menyimpang, disebabkan para tokohnya yang tidak memiliki dasar agama yang kuat dan hanya bertumpu pada khayalan dan alam kebatinan saja. Selain aktif berdakwah, ‘Abdurrahman Shiddîq juga aktif menulis, di antara karyanya yang terkenal adalah Amal Ma’rifah dan Syajaratul Arsyadiyah. 10 Latar belakang ditulisnya kitab Amal Ma’rifah ini berangkat dari banyaknya orang yang menuntut ilmu ke berbagai wilayah Nusantara guna mencari ilmu-ilmu “kesempurnaan” dalam rangka mencapai martabat seorang muslim yang betul-betul taat kepada Allah SWT. Namun pada saat itu banyak aliran kalam dan tasawuf yang cenderung menyimpang, karena tidak menempatkan porsi syari’ah secara benar sehingga masyarakat cenderung menjadi fatalis Jabari, Kurangnya pemahaman suatu ajaran atau gagasan dari sebuah kitab tersebut, dapat merusak cara pemahaman mengenai paham tasawuf seseorang yang telah mereka konsepkan, bila saja pemahamanya salah maka akan berdampak negatif padahal konsep tasawuf yang mereka jadi rujukan tidak terlepas dari al-Qur‘an dan Hadits. Oleh karena itu, isi kitab tersebut perlu dikaji lebih menyeluruh lagi, sehingga diperoleh kejelasan yang lebih agar dapat dipertanggungjawabkan, dan terhindar dari kesalahan dalam memvonis ajaran seorang ulama. Karena bila hal ini sampai terjadi akan rusaklah reportasi seorang ulama di hadapan manusia. 10 M. Arrafie Abduh, Corak Tasawuf Abdurrahmad Shiddîq dalam Syair-Syairnya, Jurnal Penelitian Kutubkhanah. IAIN Sultan Syarif Qasim Pekanbaru Riau tahun 20002001. Telah tertulis dalam kitab Amal Ma’rifah nampaknya bahwa Syaikh ‘Abdurrahman Shiddîq mengemukakan tentang konsep tauhid dan sufistik yang bernuansa Akhlaki ‘Amali paling jauh sampai kepada wahdah al-syuhûd, akan tetapi tidak sampai kepada wahdah al-wujûd meskipun ada sejumlah ungkapan yang mendekati ke arah itu. Hal ini karena pada saat itu setting sosial masyarakat banyak diwarnai paham wahdah al-wujûd, yang terlihat dengan banyaknya ajaran-ajaran yang mengarah kepada paham tersebut di masyarakat. 11 Karena itu melalui penulisan skripsi ini, penulis berusaha untuk memaparkan kehidupan ‘Abdurrahman Shiddîq, kemudian naskah kitab yang menjadi objek penelitian, ajaran-ajarannya serta konsep tauhid sufistik dan tasawuf yang terkandung dalam risalah Amal Ma’rifah tersebut. Kajian seperti ini sepengetahuan penuli sangat sedikit sekali orang untuk menggali kilasan sejarah perjuangan ulama lokal dan memiliki kemampuan yang luar biasa seperti halnya ulama-ulama nusantara yang menyebarkan dakwahnya di ranah negeri yang memiliki corak ragam suku dan memiliki budaya yang berbeda-beda.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah