Rabies Ganas Tanda Rabies Pada Manusia a

Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010. Secara alami dan yang sering terjadi, pola penyebaran rabies adalah seperti gambar di bawah ini: Gambar 2.1. Pola Penyebaran Rabies di Lapangan Departemen Pertanian, 2003

2.1.4. Tipe dan Tanda-Tanda Penyakit Rabies Pada Hewan dan Manusia 1. Tipe Rabies

Tipe rabies pada hewan penular rabies ada dua tipe dengan gejala-gejala sebagai berikut:

a. Rabies Ganas

Gejala-gejalanya adalah: Tidak menuruti lagi perintah pemilik, air liur keluar berlebihan, hewan menjadi ganas, menyerang atau menggigit apa saja yang ditemukan dan ekor dilengkungkan ke bawah perut di antara dua paha, kejang- kejang kemudian lumpuh, biasanya mati setelah 4-7 hari sejak timbul gejala atau paling lama 12 hari setelah penggigitan.

b. Rabies Tenang

Gejala-gejalanya adalah: Bersembunyi di tempat yang gelap dan sejuk, kejang-kejang berlangsung singkat bahkan sering tidak terlihat, kelumpuhan, tidak mampu menelan, mulut terbuka dan air liur keluar berlebihan, kematian terjadi dalam waktu singkat. ANJING LIAR MANUSIA ANJING PELIHARAAN ANJING PELIHARAAN MENJADI LIAR Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.

2. Tanda Rabies Pada Anjing dan Pada Manusia a. Tanda Rabies Pada Anjing

Tanda rabies pada anjing: Menggonggong, menyerang secara tiba-tiba anjing tidak lagi kenal tuannya, banyak mengeluarkan air liur, menggigit segala sesuatu, kesulitan melihat, berjalan tanpa arah, rahang turun, tidak mampu menelan, makan tanah dan batang kayu, sukar bernafas, muntah, susah berjalan, kelumpuhan, ekor menggantung terletak di antara kedua kaki belakang Hiswani, 2003.

b. Tanda Rabies Pada Manusia a

Stadium Prodromal Gejala awal berupa demam, sakit kepala, malaise, sakit, kehilangan nafsu makan, mual, rasa nyeri di tenggorokan, batuk, dan kelelahan luar biasa selama beberapa hari 1-4 hari. Gejala ini merupakan gejala yang spesifik dari orang yang terinfeksi virus rabies yang muncul 1-2 bulan setelah gigitan hewan penular rabies. b Stadium Sensoris Penderita merasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada bekas luka gigitan dan secara bertahap terus berkembang menyebar ke anggota badan yang lain, kemudian disusul dengan gejala cemas dan reaksi yang berlebihan terhadap rangsangan sensorik. c Stadium Eksitasi Tonus otot-otot dan aktivasi simpatik menjadi meninggi dengan gejala hiperhidrosis, hipersalivasi, hiperlakrimasi, dan pupildilatasi. Bersama dengan stadium eksitasi ini penyakit mencapai puncaknya. Keadaan yang Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010. khas pada stadium ini adalah adanya macam-macam fobia, yang sangat sering diantaranya adalah hidrofobia ketakutan terhadap air. Kontraksi otot faring dan otot-otot pernafasan dapat pula ditimbulkan oleh rangsangan sensorik seperti meniupkan udara ke wajah penderita atau menjatuhkan sinar ke mata atau dengan menepuk tangan di dekat telinga penderita. d Stadium Paralisis Predisposisi terjadinya ragam gejala klinis rabies pada manusia dipengaruhi antara lain oleh perbedaan galur virus yang menginfeksi, jenis hewan penular, dan letak gigitan di anggota badan Budi Tri Akoso, 2007. Ditinjau dari segi jumlahnya, stadium paralisis rabies pada manusia dijumpai kurang lebih hanya sekitar seperlima dari kasus yang terjadi, tetapi untuk hewan merupakan gejala paling sering dijumpai sebelum terjadi kematian. Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium eksitasi. Kadang-kadang ditemukan juga kasus tanpa gejala eksitasi, melainkan gejala-gejala paresis, yaitu otot-otot yang bersifat progresif. Hal ini karena gangguan sumsum tulang belakang yang memperlihatkan gejala paresis otot-otot yang bersifat asenden, yang selanjutnya meninggal karena kelumpuhan otot-otot pernafasan Depkes RI, 2000. Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.

2.1.5. Tindakan Pencegahan dan Pemberantasan Kasus Rabies

Menurut Levi 2004, tindakan pencegahan dan pemberantasan kasus rabies yang dapat dilakukan adalah: a. Anjing peliharaan, tidak boleh dilepas berkeliaran, harus didaftarkan ke kantor Kepala Desa atau Kelurahan atau Petugas Dinas Peternakan setempat. b. Anjing harus diikat dengan rantai yang panjangnya tidak lebih dari 2 meter. c. Anjing yang hendak dibawa keluar halaman harus diikat dengan rantai yang panjangnya tidak lebih dari 2 meter dan moncongnya harus menggunakan berangus berongsong. d. Pemilik anjing harus memvaksinasi anjingnya. e. Anjing liar atau anjing yang diliarkan harus segera dilaporkan kepada petugas Dinas Peternakan atau pos kesehatan hewan untuk diberantas atau dimusnahkan. f. Kurangi sumber makanan ditempat terbuka untuk mengurangi anjing liar atau anjing yang diliarkan. g. Daerah yang terbebas dari penyakit rabies harus mencegah masuknya anjing, kucing, kera, dan hewan sejenis dari daerah tertular rabies. h. Masyarakat harus waspada terhadap anjing yang diliarkan dan segera melaporkan kepada petugas Dinas Peternakan atau posko rabies. 2.2. Kebijakan Program dan Strategi Pemberantasan Rabies 2.2.1. Pemberantasan Rabies secara Nasional