Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
2.1.5. Tindakan Pencegahan dan Pemberantasan Kasus Rabies
Menurut Levi 2004, tindakan pencegahan dan pemberantasan kasus rabies yang dapat dilakukan adalah:
a. Anjing peliharaan, tidak boleh dilepas berkeliaran, harus didaftarkan ke kantor
Kepala Desa atau Kelurahan atau Petugas Dinas Peternakan setempat. b.
Anjing harus diikat dengan rantai yang panjangnya tidak lebih dari 2 meter. c.
Anjing yang hendak dibawa keluar halaman harus diikat dengan rantai yang panjangnya tidak lebih dari 2 meter dan moncongnya harus menggunakan
berangus berongsong. d.
Pemilik anjing harus memvaksinasi anjingnya. e.
Anjing liar atau anjing yang diliarkan harus segera dilaporkan kepada petugas Dinas Peternakan atau pos kesehatan hewan untuk diberantas atau dimusnahkan.
f. Kurangi sumber makanan ditempat terbuka untuk mengurangi anjing liar atau
anjing yang diliarkan. g.
Daerah yang terbebas dari penyakit rabies harus mencegah masuknya anjing, kucing, kera, dan hewan sejenis dari daerah tertular rabies.
h. Masyarakat harus waspada terhadap anjing yang diliarkan dan segera melaporkan
kepada petugas Dinas Peternakan atau posko rabies.
2.2. Kebijakan Program dan Strategi Pemberantasan Rabies 2.2.1. Pemberantasan Rabies secara Nasional
Program pemberantasan rabies di Indonesia dilaksanakan melalui kegiatan terpadu secara lintas sektoral antara Departemen Kesehatan, Departemen Pertanian,
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
dan Departemen Dalam Negeri berdasarkan SKB antara Menteri Kesehatan RI, Menteri Pertanian RI, Menteri Dalam Negeri No.279SKVIII1978,
No.522KPTSUM878, No.143 Tahun 1978 tentang peningkatan pemberantasan penanggulangan rabies.
Langkah operasional pembebasan rabies garis besarnya telah dituangkan dalam surat keputusan bersama tiga Direktur Peternakan, PUOD, dan PPM PLP
yang mencakup antara lain: a
Vaksinasi dan eliminasi hewan penular rabies. b
Penyuluhan dan peningkatan peran serta masyarakat. c
Pengamatan, penyelidikan, observasi, dan diagnosa hewan tersangka. d
Penertiban dan pengawasan pemeliharaan hewan penular rabies serta pengawasan lalu lintas hewan.
e Pertolongan orang yang digigit hewan penderita rabies.
f Peningkatan kerjasama pemberantasan antara negara tetangga Depkes RI, 2003.
2.2.2. Upaya Pemberantasan Rabies di Sumatera Utara
Kebijakan pemberantasan rabies dilakukan dengan alasan utama untuk perlindungan kehidupan manusia dan mencegah penyebaran ke hewan lokal dan
satwa liar. Hal ini dapat dicapai dengan menjalankan gabungan atau kombinasi strategi di bawah ini:
1. Karantina dan pengawasan lalu lintas terhadap hewan penular penyakit.
2. Pemusnahan hewan tertular dan hewan yang kontak untuk mencegah sumber
virus rabies yang paling berbahaya.
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
3. Vaksinasi semua hewan yang dipelihara di daerah tertular untuk melindungi
hewan terhadap infeksi dan mengurangi kontak terhadap manusia. 4.
Penelusuran dan surveilans untuk menentukan sumber penularan dan arah pembebasan dari penyakit.
5. Kampanye peningkatan kesadaran masyarakat public awareness untuk
memfasilitasi kerjasama masyarakat terutama dari pemilik hewan dan komunitas yang terkait Depkes RI, 2000.
2.2.3. Program Pencegahan dan Pemberantasan Rabies oleh Direktorat Kesehatan Hewan Departemen Pertanian
Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Peternakan adalah sebagai berikut:
1. Hindari kejadian penggigitan
a. Anjing peliharaan diikat dengan rantai yang panjangnya tidak boleh lebih dari
2 meter. b.
Anjing peliharaan diikat dengan rantai yang panjangnya tidak boleh lebih dari 2 meter dan moncongnya diberangus ketika hendak dibawa keluar rumah.
c. Anjing peliharaan tidak boleh dibiarkan lepas berkeliaran.
2. Vaksinasi rabies pada anjing, kucing, keramonyet peliharaan secara teratur setiap
tahun. 3.
Memberantas, memusnahkan atau mengeliminasi anjing liar atau yang berkeliaran dengan menggunakan umpan, misalnya bakso atau ikan yang diberi
racun.
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
4. Dilakukan penangkapan anjing liarberkeliaran di tempat umum selanjutnya
dilakukan pembunuhan Deptan, 2006.
2.2.4. Program Pencegahan Rabies oleh Direktorat Jenderal PPM PL Departemen Kesehatan
Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan adalah sebagai berikut:
1. Vaksinasi Anti Rabies pada manusia korban kasus gigitan hewan tersangka
rabies melalui pemberian Vaksin Anti Rabies VAR atau kombinasi VAR dan Serum Anti Rabies SAR di Puskesmas dan Rumah Sakit.
2. Melaksanakan penyuluhan dan follow up pengobatan melalui kunjungan
petugas Puskesmas ke tempat penderita. 3.
Melakukan pelacakan kasus gigitan tambahan melalui Penyelidikan Epidemiologi PE, dan melakukan rujukan penderita rabies ke Rumah Sakit
guna perawatan intensif 4.
Apabila terjadi kasus gigitan, diharapkan masyarakat dapat melakukan pertolongan pertama dengan:
a. Mencuci luka gigitan dengan sabun atau detergen, dengan air mengalir
selama 10-15 menit. b.
Luka gigitan jangan diikat. Kemudian segera ke PuskesmasRS terdekat dan laporkan kasus gigitan ke desakelurahan Depkes RI,
2003.
Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.
2.3. Penatalaksanaan Kasus Gigitan Hewan Tersangka Rabies