BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pengaturan asuransi berdasarkan hukum positif di Indonesia dewasa ini
diatur di dalam Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang KUHD yang berbunyi :
“Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung, mengikatkan diri kepada seorang tertanggung dengan
menerima suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan,
yang mungkin akan dideritanya karena sesuatu peristiwa yang tak tentu” dan di dalam Pasal 1 ayat 1 UUP yang berbunyi :
“Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh
perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk : a.
Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan
keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya
suatu peristiwa yang tidak pasti; atau
b. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya
tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan danatau
didasarkan pada hasil pengelolaan dana.” 2.
Perjanjian asuransi kecelakaan lalu lintas antar PT. Jasa Raharja Persero dengan korban kecelakaan lalu lintas berdasarkan iuran wajib yang
dibayarkan penumpang yang sah dari angkutan penumpang umum berdasarkan ketentuan UU-DPWKP dan sumbangan wajib yang dibayarkan
112
Universitas Sumatera Utara
pemilikpengusaha alat angkutan lalu lintas bersamaan dengan pengurusan STNK berdasarkan ketentuan UU-DKLLJ.
3. PT. Jasa Raharja Persero bertanggung jawab dalam menyetujui klaim
kecelakaan lalu lintas jalan raya apabila unsur-unsur penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas jalan raya tersebut sesuai dengan ketentuan undang-
undang dan peraturan pemerintah yang mengaturnya. Ketika klaim disetujui oleh PT. Jasa Raharja Persero maka korban atau ahli warisnya
berhak memperoleh santunan.
B. Saran