Announcement Effect Demand pull inflation yaitu inflasi yang disebabkan oleh terlalu kuatnya

b. pensiun c. tunjangan beras, uang makan d. lain-lain belanja pegawai. Dalam belanja pegawai ini termasuk juga pengeluaran dalam rangka meningkatkan kualitas aparatur pemerintahan, agar pegawai negeri dapat meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.

2.2. Announcement Effect

Announcement effect adalah kejadian yang muncul akibat diumumkannya suatu peristiwa. Efek pengumuman ini bisa bersifat positif dan negatif. Misalnya ketika situasi perekonomian memanas akibat nilai tukar rupiah yang melemah dan pemeritah mengumumkan bahwa cadangan devisa dalam kondisi yang aman, maka masyarakat tidak terpancing untuk menukarkan rupiah yang mereka miliki dengan mata uang asing. Atau saat pemerintah mengumumkan akan ada kenaikan gaji PNS, maka saat itu juga harga barang dan jasa sudah melambung lebih dulu. Announcement effect dalam teori ekonomi moneter menjelaskan perubahan ekspektasi masyarakat sebagai akibat dari diumumkannya kebijakan bank sentral. Pengumuman tersebut tidak hanya mempengaruhi masyarakat di sektor keuangan dan perbankan, tapi juga masyarakat secara keseluruhan. Di Indonesia, gejala announcement effect dapat dilihat pada berbagai kesempatan pemerintah mengumumkan kebijakannya. Misalnya pengumuman kenaikan gaji pegawai negeri senantiasa diikuti dengan ekspektasi bahwa harga akan 12 meningkat, sebuah gejala moneter meskipun penyebabnya belum tentu dari sisi moneter Burhanuddin Abdullah, 2006. 2.3. Investasi 2.3.1. Teori Akselerasi Teori ini mula-mula dikembangkan oleh Bickerdike dan Clark tahun 1910 dan menjadi semakin popular setelah Keynes menerbitkan bukunya The General Theory, Hansen dan Saumelson telah mengembangkan lebih lanjut teori tersebut. Waluyo, 2004. Teori akselerasi merupakan teori investasi yang didasarkan kepada hubungan yang rigid atau kaku antara jumlah barang modal capital stock dengan tingkat pendapatan nasional yang dapat diciptakannya. Menurut teori ini rasio diantara nilai stok modal dengan nilai produksi yang dapat diwujudkannya adalah tetap. Waluyo 2004 mengatakan pandangan utama dari teori akselerasi adalah sebagai berikut: a. Terdapat hubungan yang proporsional diantara jumlah barang modal yang tersedia dengan tingkat produksi nasional yang dapat diwujudkannya. b. Kebutuhan untuk meningkatkan produksi di masa depan memerlukan investasi yang beberapa kali nilainya dari peningkatan produksi yang perlu dilakukan. Pandangan kedua inilah yang menyebabkan teori investasi ini lebih dikenal dengan prinsip akselerasi atau prinsip percepatan acceleration principle. Dan rasio 13 antara nilai stok modal yang diperlukan dengan produksi nasional yang dapat diwujudkan disebut akselerator atau koefisien akselerasi. Investasi merupakan suatu kegiatan untuk menambah barang modal dalam perekonomian. Walau bagaimanapun pada setiap periode investasi tidak akan menambah barang modal sebanyak nilai investasi tersebut. Sebagian dari investasi dilakukan untuk menggantikan barang modal yang telah didepresiasikan dan tidak digunakan lagi. Maka, pertambahan barang modal dalam suatu periode tertentu dapat dihitung dengan menggunakan persamaan: ∆ Kt = It – Dt Dimana : ∆ Kt = pertambahan nilai modal pada tahun t It = nilai investasi pada tahun t Dt = nilai barang modal yang didepresiasikan pada tahun t Biasanya It Dt. Akibatnya investasi yang dilakukan terus menerus pada masa lalu akan menyebabkan suatu akumulasi stok modal tertentu, yaitu pada tahun t nilai stok modal tersebut adalah Kt. Kemampuan stok modal ini akan menghasilkan produksi nasional ditentukan oleh rasio modal produksi, yaitu W. Dengan demikian hubungan diantara stok modal Kt dan produksi nasional yang dapat diciptakan Y p t adalah sebagai berikut: Kt = W Y p t Dimana Y p t adalah nilai maksimum dari pendapatan nasional yang dapat diciptakan oleh barang modal yang bernilai Kt. 14 15 Bagaimana suatu perekonomian perlu melakukan investasi tergantung pada keinginan masyarakat untuk melakukan perbelanjaan di masa depan.

2.3.2. Pandangan Keynes

Keynes dalam Mankiw 2007 mengatakan hal yang sangat menentukan investasi adalah suku bunga, sehingga fungsi investasi adalah I = f r. Persamaan yang mengaitkan antara investasi I pada tingkat bunga riil r adalah sebagai berikut : I = I r Tingkat bunga riil r Kuantitas investasi I Gambar 2.1. Fungsi Investasi Fungsi investasi mengaitkan jumlah investasi pada tingkat bunga riil r. Investasi bergantung pada tingkat bunga riil karena tingkat bunga adalah biaya pinjaman. Fungsi investasi miring ke bawah, ketika tingkat bunga naik, semakin sedikit proyek investasi yang menguntungkan Mankiw, 2007.

2.3.3. Investasi Dalam Konteks Ekonomi Makro

Pengertian investasi dalam teori ekonomi makro lebih banyak kepada investasi fisik, misalnya dalam bentuk barang modal pabrik dan peralatan, bangunan dan persediaan barang inventory. Investasi berarti pembelian dan berarti juga produksi dari kapitalmodal barang-barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang barang produksi. Dengan pembatasan tersebut, maka definisi investasi dapat lebih dipertajam sebagai pengeluaran- pengeluaran yang meningkatkan stok barang modal capital stock. Stok barang modal adalah jumlah barang modal dalam suatu perekonomian pada suatu saat tertentu. Untuk mempermudah penghitungan, umumnya stok barang modal dikalikan harga perolehan per unit barang modal. Dengan demikian barang modal merupakan konsep stok stock concept karena besarnya dihitung pada suatu periode tertentu Rahardja dan Manurung, 2004. Agar tidak terjadi kerancuan dengan kenyataan sehari-hari, perhitungan investasi harus konsisten dengan perhitungan pendapatan nasional. Yang dimasukkan dalam perhitungan investasi adalah barang modal, bangunankonstruksi, maupun persediaan barang jadi yang masih baru. Jika seorang pengusaha membeli pabrik dan bangunan yang pernah dipakai orang, kegiatan tersebut tidak dapat dihitung sebagai investasi, sebab kegiatan tersebut tidak menambah stok barang modal yang baru. Investasi merupakan konsep, karena besarnya dihitung selama satu interval periode tertentu. Tetapi investasi akan mempengaruhi jumlah barang modal yang 16 tersedia pada suatu periode tertentu. Tambahan stok barang modal adalah sebesar pengeluaran investasi satu periode sebelumnya. Untuk lebih jelasnya, investasi juga adalah suatu komponen dari PDB dengan rumus PDB = C + I + G + X-M. Fungsi investasi pada aspek tersebut dibagi pada investasi non-residential seperti pabrik dan mesin dan investasi residential rumah baru. Investasi adalah suatu fungsi pendapatan dan tingkat bunga, dilihat dengan kaitannya I= Y, i. Suatu pertambahan pada pendapatan akan mendorong investasi yang lebih besar, dimana tingkat bunga yang lebih tinggi akan menurunkan minat untuk investasi sebagaimana hal tersebut akan lebih mahal dibandingkan dengan meminjam uang. Walaupun jika suatu perusahaan lain memilih untuk menggunakan dananya sendiri untuk investasi, tingkat bunga menunjukkan suatu biaya kesempatan dari investasi dana tersebut daripada meminjamkan untuk mendapatkan bunga. Investasi dapat berbentuk domestic investment yaitu investasi yang berasal dari dalam negeri dan foreign investment yaitu investasi yang berasal dari luar negeri. 2.4. Jumlah uang beredar 2.4.1. Fungsi Uang Mankiw 2007 mengatakan ada tiga fungsi uang, yaitu: 1. Sebagai penyimpan nilai store of value Uang adalah cara mengubah daya beli dari masa kini ke masa depan. Uang adalah penyimpan nilai yang tidak sempurna; jika harga meningkat, jumlah yang bisa dibeli dengan jumlah uang tertentu akan turun. Namun begitu, orang memegang 17 uang karena mereka bisa membelanjakannya untuk mendapatkan barang dan jasa pada suatu saat di masa depan. 2. Sebagai unit hitung unit of account Uang memberikan ukuran dimana harga ditetapkan dan utang dicatat. Uang adalah ukuran yang digunakan untuk mengukur transaksi ekonomi. 3. Sebagai media pertukaran medium of exchange Uang adalah apa yang kita gunakan untuk membeli barang dan jasa. Uang adalah alat tukar yang sah untuk seluruh transaksi, publik dan perorangan.

2.4.2. Kuantitas Uang

Jumlah uang yang tersedia disebut jumlah uang beredar money supply. Dalam perekonomian dewasa ini pemerintah mengendalikan jumlah uang beredar. Peraturan resmi memberi pemerintah hak untuk memonopoli pencetakan uang. Kontrol atas jumlah uang beredar disebut kebijakan moneter. Aset yang paling jelas dimasukkan dalam kuantitas uang adalah mata uang currency atau disebut juga uang kartal, yaitu jumlah uang kertas dan uang logam yang beredar. Sebagian besar transaksi harian menggunakan mata uang sebagai media pertukaran. Aset yang lain yang digunakan dalam transaksi adalah rekening giro demand deposit, dana yang dipegang orang dalam rekening ceknya. Ketika demand deposit dimasukkan dalam persediaan uang, maka banyak aset lain yang juga bisa dimasukkan misalnya dana dalam rekening tabungan, pasar uang reksadana. Karena sulit menilai secara pasti aset mana yang seharusnya dimasukkan dalam persediaan uang, maka disediakan berbagai 18 ukuran. Dari yang terkecil sampai yang terbesar, aset itu disebut C, M1, M2 dan M3. C adalah mata uang. M1 adalah mata uang ditambah deposito penerimaan, traveller’s check, dan deposito yang dapat diuangkan dengan cek lainnya. M2 adalah M1 ditambah neraaca reksadana pasar uang, deposito tabungan dan deposito berjangka kecil. M3 adalah M2 ditambah deposito berjangka besar, kesepakatan pembelian ulang, dan neraca reksadana pasar uang institusi. Ukuran yang paling umum digunakan untuk mempelajari dampak uang terhadap perekonomian adalah M1 dan M2. Namun, tidak ada konsensus tentang ukuran persediaan uang mana yang terbaik. Mankiw, 2007. Di Indonesia, pengertian uang beredar dikenal dengan terminologi sebagai berikut: Pohan, 2008 1. Uang kartal yaitu uang kertas dan uang logam yang dikeluarkan oleh otoritas moneter. 2. Uang giral yaitu simpanan milik sektor swasta domestik pada Bank Pencipta Uang Giral yang setiap saat dapat ditarik untuk ditukarkan dengan uang kartal sebesar nominalnya. Uang giral terdiri dari rekening giro, kiriman uang transfer, deposito berjangka yang sudah jatuh waktu dan kewajiban segera lainnya. 3. Uang kuasi yaitu simpanan milik sektor swasta domestik pada Bank Pencipta Uang Giral yang dapat memenuhi fungsi-fungsi uang, tetapi untuk sementara waktu kehilangan fungsinya sebagai alat tukar menukar, yaitu terdiri dari 19 Uang kartal ditambah uang giral disebut M1, sedangkan M2 adalah M1 ditambah uang kuasi. Pengaturan jumlah uang beredar dalam masyarakat dilakukan melalui kebijakan moneter yang sejalan dengan perkembangan seluruh sektor ekonomi. Dengan mengatur pertambahan jumlah uang beredar di masyarakat, otoritas moneter akan dapat mempengaruhi nilai uang dan suku bunga sedemikian rupa sehingga perkembangannya akan mampu mendorong perekonomian ke arah yang diinginkan sesuai dengan tujuan pembangunan nasional.

2.4.3. Teori Kuantitas Uang

Fisher dalam Waluyo 2004 dalam teorinya mengenai kuantitas uang menyatakan bahwa aspek moneter adalah faktor yang mempunyai arti penting dalam proses terjadinya inflasi. Teori permintaan uang menurut Fisher memandang uang sebagai alat pertukaran. Menurut Fisher apabila terjadi transaksi diantara penjual dan pembeli maka terjadi pertukaran antara uang dengan barang jasa, sehingga nilai dari uang yang ditukarkan pastilah sama dengan nilai barang jasa yang ditukarkan. Teori kuantitas uang Fisher adalah sebagai berikut : M V = P T .............................................................................................................. 2.1 Dimana: 20 M = money penawaran uang, jumlah uang beredar V = velocity of money kecepatan perputaran uang P = price harga barang dan jasa T = volume transaksi Dalam setiap transaksi selalu ada pembeli dan penjual. Jumlah uang yang dibayarkan pembeli harus sama dengan jumlah uang yang diterima penjual. Hal ini berlaku pula untuk seluruh perekonomian dalam suatu periode tertentu, yaitu nilai barang dan jasa yang dibeli harus sama dengan nilai barang dan jasa yang dijual. Nilai barang yang dijual harus sama dengan nilai volume transaksi dikalikan dengan harga rata-rata dari barang tersebut P. Di sisi lain, nilai dari barang yang ditransaksikan ini harus sama pula dengan volume uang yang ada pada masyarakat M dikalikan frekuensi rata-rata perputaran uang dalam periode tersebut V. Berdasarkan teori ini jumlah uang yang beredar dalam suatu perekonomian menentukan nilai uang, sementara pertumbuhan jumlah uang beredar merupakan sebab utama terjadinya inflasi.

2.4.4. Teori Netralitas Uang

Milton Friedman, tokoh moneteris dari Chicago mengatakan teori mengenai netralitas uang money doesn’t matter. Uang tidak mempengaruhi roda perekonomian. Terdapat dua kelompok besar dari para filosof uang yang tidak percaya pada pentingnya arus dana cash flow dalam menggerakkan roda usaha. Kelompok yang satu percaya bahwa uang bisa mempengaruhi gerak roda 21 perekonomian jangka pendek, tetapi dalam jangka panjang pengaruh uang akan netral. Mazhab yang satu lagi, yang paling banyak ditelan logikanya, mengatakan, dalam jangka pendek pun uang tidak berpengaruh. Dalam literatur ekonomi, hipotesis tentang netralitas uang money neutrality lebih banyak digaungkan oleh ekonom dari aliran klasik. Walaupun aliran klasik tetap bersikukuh bahwa hipotesis ini berlaku baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, terdapat konsensus di antara semua aliran ekonomi bahwa money neutrality adalah fenomena jangka panjang. Adanya peningkatan peredaran uang dan aktivitas di sektor keuangan tidak lagi berkaitan dengan sektor riil. Di sinilah netralitas uang berlaku, kelebihan uang tidak mampu menggerakkan sektor riil.

2.4.5. Pengaturan Jumlah Uang beredar

Aulia Pohan 2008 mengatakan ada beberapa instrumen utama yang digunakan untuk mengatur jumlah uang beredar, yaitu: 1. Reserve Requirement RR Reserve Requirement adalah ketentuan bank sentral yang mewajibkan bank- bank untuk memelihara sejumlah alat-alat likuid reserve sebesar presentase tertentu dari kewajiban lancarnya. Semakin kecil presentase tersebut, semakin besar kemampuan bank memanfaatkan reserve- nya untuk memberikan pinjaman dalam jumlah yang lebih besar kepada masyarakat. Sebaliknya semakin besar persentase, semakin berkurang kemampuan bank untuk 22 memberikan pinjaman. Oleh karena itu, pinjaman perbankan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi uang beredar. Disinilah posisi RR yang dapat menjadi alat untuk menambah atau mengurangi jumlah uang beredar. Saat ini ketentuan mengenai RR yang juga dikenal dengan cadangan wajib atau Giro Wajib Minimum GWM adalah sebesar 5 dari dana pihak ketiga yang diterima bank, yang wajib dipelihara dalam rekening bank yang bersangkutan di Bank Indonesia. 2. Operasi Pasar Terbuka Operasi pasar terbuka adalah kegiatan jual beli surat-surat berharga oleh bank sentral. Dalam kaitan ini penjualan surat-surat berharga oleh bank sentral akan mempunyai dampak kontraksi moneter karena pengurangan alat-alat likuid bank-bank akan memperkecil kemampuan bank-bank memberikan pinjaman. Sebaliknya pembelian surat-surat berharga oleh bank sentral akan membawa dampak ekspansi moneter karena peningkatan alat-alat likuid bank-bank akan memperbesar kemampuannya dalam pemberian pinjaman. Jika ingin mengurangi jumlah uang beredar, maka pemerintah menjual surat- surat berharga open market selling. Dengan demikian uang yang ada di masyarakat menglir ke otoritas moneter, sehingga jumlah uang beredar berkurang. Jika ingin menambah jumlah uang beredar, maka pemerintah membeli kembali surat-surat berharga tersebut guna lebih mengefektifkan operasi pasar terbuka ini. 23 Di Indonesia, operasi pasar terbuka dilakukan dengan menjual atau membeli sertifikat Bank Indonesia SBI dan Surat Berharga Pasar Uang SBPU. Jika ingin mengurangi jumlah uang beredar, pemerintah menjual SBI dan atau SBPU. Melalui penjualan SBISBPU uang yang ada dalam masyarakat ditarik, sehingga jumlah uang beredar berkurang. Bila pemerintah melihat jumlah uang beredar perlu ditambah, agar perbankan lebih mampu memberikan kredit yang akan memacu pertumbuhan ekonomi, maka SBI dan SBPU yang telah dijual dibeli kembali. Melalui pembelian itu pemerintah mengeluarkan uang sehingga menambah jumlah uang beredar. 3. Fasilitas Diskonto Fasilitas diskonto adalah kebijakan moneter bank sentral untuk mempengaruhi jumlah uang beredar melalui penetapan diskonto pinjaman bank sentral kepada bank-bank. Dengan menetapkan tingkat diskonto yang tinggi diharapkan bank-bank akan mengurangi permintaan kredit dari bank sentral, yang pada gilirannya akan mengurangi jumlah uang beredar. Sebaliknya penetapan diskonto yang rendah akan mendorong bank-bank meningkatkan permintaan pinjaman bank sentral yang selanjutnya akan menambah jumlah uang beredar. 4. Foreign Exchange Intervention Intervensi valuta asing adalah kebijakan bank sentral untuk mempengaruhi jumlah uang beredar atau likuiditas di pasar uang melalui jual beli valuta asing atau cadangan devisa. Dalam hal bank sentral ingin mengetatkan 24 likuiditas rupiah di pasar uang, bank sentral akan menjual cadangan devisanya. Sebaliknya, pembelian valuta asing oleh bank sentral akan meningkatkan likuiditas rupiah di pasar uang. 5. Moral Suasion Selain instrumen diatas, bank sentral juga dapat melakukan imbauan kepada bank-bank untuk melakukan kebijakan tertentu. Imbauan ini bersifat tidak mengikat, tetapi sebagai lembaga yang kredibel imbauan bank sentral biasanya memiliki dampak yang cukup efektif dalam kebijakan moneter. 2.5. Teori inflasi 2.5.1. Menurut Keynes Keynes dalam Atmadja 1999 mengatakan dasar pemikiran model inflasi ini adalah bahwa inflasi terjadi karena masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonomisnya, sehingga menyebabkan permintaan efektif masyarakat terhadap barang-barang permintaan agregat melebihi jumlah barang-barang yang tersedia penawaran agregat, akibatnya akan terjadi inflationary gap. Keterbatasan jumlah persediaan barang penawaran agregat ini terjadi karena dalam jangka pendek kapasitas produksi tidak dapat dikembangkan untuk mengimbangi kenaikan permintaan agregat. Oleh karenanya sama seperti pandangan kaum monetarist, Keynesian models ini lebih banyak dipakai untuk menerangkan fenomena inflasi dalam jangka pendek. Dengan keadaan daya beli antara golongan yang ada di masyarakat tidak sama heretogen, maka selanjutnya akan terjadi realokasi barang- 25 barang yang tersedia dari golongan masyarakat yang memiliki daya beli yang relatif rendah kepada golongan masyarakat yang memiliki daya beli yang lebih besar. Kejadian ini akan terus terjadi di masyarakat. Sehingga, laju inflasi akan berhenti hanya apabila salah satu golongan masyarakat tidak bisa lagi memperoleh dana tidak lagi memiliki daya beli untuk membiayai pembelian barang pada tingkat harga yang berlaku, sehingga permintaan efektif masyarakat secara keseluruhan tidak lagi melebihi supply barang inflationary gap menghilang.

2.5.2. Teori Kuantitas

Teori ini juga membahas tentang inflasi, dalam perkembangannya teori ini mengalami penyempurnaan oleh para ahli ekonomi Universitas Chicago, sehingga teori ini juga dikenal sebagai model kaum moneteris monetarist models. Teori ini menekankan pada peranan jumlah uang beredar dan harapan ekspektasi masyarakat mengenai kenaikan harga terhadap timbulnya inflasi. Inti dari teori ini adalah inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang beredar, baik uang kartal maupun giral dan laju inflasi juga ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang beredar dan oleh harapan ekspektasi masyarakat mengenai kenaikan harga di masa mendatang.

2.5.3. Mark-up Model

Pada teori ini dasar pemikiran model inflasi ditentukan oleh dua komponen, yaitu cost of production dan profit margin. Relasi antara perubahan kedua komponen 26 ini dengan perubahan harga dapat dirumuskan sebagai berikut : Price = Cost + Profit Margin ............................................................................... 2.2 Karena besarnya profit margin ini biasanya telah ditentukan sebagai suatu prosentase tertentu dari jumlah cost of production, maka rumus tersebut dapat dijabarkan menjadi : Price = Cost + a x Cost ...................................................................................2.3 Dengan demikian, apabila terjadi kenaikan harga pada komponen-komponen yang menyusun cost of production dan atau penaikan pada profit margin akan menyebabkan terjadinya kenaikan pada harga jual komoditi di pasar Atmadja, 1999.

2.5.4. Teori Struktural : Model Inflasi di Negara Berkembang

Banyak studi mengenai inflasi di negara-negara berkembang, menunjukan bahwa inflasi bukan semata-mata merupakan fenomena moneter, tetapi juga merupakan fenomena struktural atau cost push inflation. Hal ini disebabkan karena struktur ekonomi negara-negara berkembang pada umumnya yang masih bercorak agraris. Sehingga, goncangan ekonomi yang bersumber dari dalam negeri, misalnya gagal panen akibat faktor eksternal pergantian musim yang terlalu cepat, bencana alam, dan sebagainya, atau hal-hal yang memiliki kaitan dengan hubungan luar negeri, misalnya memburuknya term of trade; utang luar negeri; dan kurs valuta asing, dapat menimbulkan fluktuasi harga di pasar domestik. Fenomena struktural 27 yang disebabkan oleh kesenjangan atau kendala struktural dalam perekonomian di negara berkembang, sering disebut dengan structural bottlenecks. Strucktural bottleneck terutama terjadi dalam tiga hal, yaitu : 1.Supply dari sektor pertanian pangan tidak elastis. Hal ini dikarenakan pengelolaan dan pengerjaan sektor pertanian yang masih menggunakan metode dan teknologi yang sederhana, sehingga seringkali terjadi supply dari sektor pertanian domestik tidak mampu mengimbangi pertumbuhan permintaannya. 2. Cadangan valuta asing yang terbatas kecil akibat dari pendapatan ekspor yang lebih kecil daripada pembiayaan impor. Keterbatasan cadangan valuta asing ini menyebabkan kemampuan untuk mengimpor barang-barang baik bahan baku; input antara; maupun barang modal yang sangat dibutuhkan untuk pembangunan sektor industri menjadi terbatas pula. Belum lagi ditambah dengan adanya demonstration effect yang dapat menyebabkan perubahan pola konsumsi masyarakat. Akibat dari lambatnya laju pembangunan sektor industri, seringkali menyebabkan laju pertumbuhan supply barang tidak dapat mengimbangi laju pertumbuhan permintaan. 28 3. Pengeluaran pemerintah terbatas . ........................................................................ Hal ini disebabkan oleh sektor penerimaan rutin yang terbatas, yang tidak cukup untuk membiayai pembangunan, akibatnya timbul defisit anggaran belanja, sehingga seringkali menyebabkan dibutuhkannya pinjaman dari luar negeri ataupun mungkin pada umumnya dibiayai dengan pencetakan uang printing of money. Dengan adanya structural bottlenecks ini, dapat memperparah inflasi di negara berkembang dalam jangka panjang, yang tidak dapat diselesaikan dalam jangka waktu yang pendek. Berbeda dengan kaum monetaris yang memandang inflasi sebagai fenomena moneter, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam sektor moneter akibat dari ekspansi jumlah uang beredar, kaum neo-structuralist menekankan pada struktur sektor keuangan. Dasar pemikiran ini adalah pengaruh uang terhadap perekonomian terutama ditransmisikan dari supply side atau produksi. Menurut pemikiran kaum neo-structuralist, uang merupakan salah satu faktor penentu investasi dan produksi. Bila jumlah uang yang tersedia untuk investasi melimpah, harga uang suku bunga akan murah, volume investasi akan meningkat. Dengan meningkatnya volume investasi, volume produksi juga akan meningkat. Sehingga, penawaran barang meningkat, yang pada gilirannya akan menekan tingkat inflasi. Dengan dasar pemikiran yang seperti ini, timbul pendapat bahwa deregulasi di sektor finansial dan peningkatan jumlah uang beredar akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi seraya menekan inflasi. Kaum strukturalis berpendapat, bahwa 29 selain harga komoditi pangan, penyebab utama terjadinya inflasi di negara-negara berkembang adalah akibat inflasi dari luar negeri imported inflation. Hal ini disebabkan antara lain oleh harga barang-barang impor yang meningkat di daerah asalnya, atau terjadinya devaluasi atau depresiasi mata uang di negara pengimpor.

2.5.5. Inflasi dan Tingkat Bunga

Tingkat bunga adalah harga yang menghubungkan masa kini dan masa depan. Tingkat bunga dibagi menjadi dua yaitu tingkat bunga nominal dan tingkat bunga riil Mankiw, 2007. Tingkat bunga yang dibayar bank adalah tingkat bunga nominal i dan kenaikan daya beli adalah tingkat bunga riil r. Jika adalah inflasi maka hubungan antara tingkat bunga nominal, tingkat bunga riil dan inflasi adalah sebagai berikut : i = r + ................................................................................................................... 2.4 Persamaan diatas disebut persamaan Fisher yang menunjukkan bahwa tingkat infasi bisa berubah karena perubahan dalam tingkat bunga.

2.5.6. Jenis Inflasi

Dalam ilmu ekonomi, inflasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis dalam pengelompokan tertentu, dan pengelompokan yang akan dipakai akan sangat bergantung pada tujuan yang hendak dicapai. 30 Jenis inflasi : 1. Menurut Derajatnya a. Inflasi ringan dibawah 10 single digid b. Inflasi sedang 10 - 30 c. Inflasi tinggi 30 - 100 d. Hyperinflasion di atas 100 Laju inflasi tersebut bukanlah suatu standar yang secara mutlak dapat mengindikasikan parah tidaknya dampak inflasi bagi perekonomian di suatu wilayah tertentu, sebab hal itu sangat bergantung pada berapa bagian dan golongan masyarakat manakah yang terkena imbas yang menderita dari inflasi yang sedang terjadi. 2. Menurut Penyebabnya Rahardja 2004 megatakan ada beberapa penyebab terjadinya inflasi yaitu:

a. Demand pull inflation yaitu inflasi yang disebabkan oleh terlalu kuatnya

peningkatan aggregate demand masyarakat terhadap komoditi-komoditi hasil produksi di pasar barang. Akibatnya, akan menarik pull kurva permintaan agregat ke arah kanan atas, sehingga terjadi excess demand , yang merupakan inflationary gap. Dan dalam kasus inflasi jenis ini, kenaikan harga-harga barang biasanya akan selalu diikuti dengan peningkatan output GNP riil 31 dengan asumsi bila perekonomian masih belum mencapai kondisi full- employment. Pengertian kenaikkan aggregate demand seringkali ditafsirkan berbeda oleh para ahli ekonomi. Golongan moneterist menganggap aggregate demand mengalami kenaikkan akibat dari ekspansi jumlah uang yang beredar di masyarakat. Sedangkan, menurut golongan Keynesian kenaikkan aggregate demand dapat disebabkan oleh meningkatnya pengeluaran konsumsi, investasi, government expenditures, atau net export, walaupun tidak terjadi ekspansi jumlah uang beredar. P AS P 1 P AD 1 AD Y Y 1 Y Gambar 2.2. Demand Full Inflation 32

b. Cost push inflation, yaitu inflasi yang dikarenakan bergesernya aggregate