Hasil Estimasi HASIL DAN PEMBAHASAN

pertumbuhan jumlah uang beredar terus meningkat sehingga di akhir tahun 2007 mencapai Rp. 1,643,203 milyar rupiah. Selengkapnya perkembangan jumlah uang beredar di Indonesia tahun 1985 sampai dengan tahun 2007 dapat dilihat pada gambar 4.4. berikut ini. Gambar 4.4. Perkembangan Jumlah Uang Beredar Tahun 1985 – 2007

4.2. Hasil Estimasi

Untuk menguji hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini, maka dilakukan estimasi dengan model Ordinary Least Square OLS untuk data time series 23 tahun dengan menggunakan program eviews 5.1. Analisis regresi terhadap model estimasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan data inflasi, belanja pegawai pemerintah, investasi dan jumlah uang beredar. 56 Hasil estimasi dengan OLS disusun sebagai berikut : Tabel 4.1. Hasil Estimasi Pengaruh Belanja Pegawai Pemerintah, Investasi dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Inflasi di Indonesia Model Linier INF = - 12,457– 0,0017 BPP + 1,69E-07 INV + 8,75E-05 JUB Std Err : 0,000744 1,54E-07 3,75E-05 t-stat : -2,297 1,101 2,334 R 2 : 0,2233 F-stat : 1,82 Prob : 0,1775 Sumber : Hasil Penelitian 2009 data diolah Terhadap model tersebut kemudian dilakukan uji asumsi klasik. Berikut hasil uji multikolinieritas. Tabel 4.2. Hasil Estimasi Uji Multikolinieritas Model Linier Variabel Nilai R 2 INF = fBPP, INV,JUB 0,2233 BPP=fINV, JUB 0,9768 INV=fBPP, JUB 0,4938 JUB=fBPP, INV 0,9737 Sumber : Hasil Penelitian 2009 data diolah Dari hasil estimasi tersebut diperoleh hasil R 2 INF, BPP, INV, JUB = 0,2233 lebih rendah dibandingkan R 2 BPP, INV, JUB = 0,9768, R 2 INV, BPP, JUB = 0,4938, R 2 JUB, BPP, INV, = 0,9737. Berdasarkan uji multikolinieritas, dalam model terdapat multikolinieritas. 57 Selain diuji dengan uji multikolinieritas, pada model dilakukan uji autokorelasi. Hasil DW hitung = 2,199 lebih besar daripada 4 – du = 2,6 dan berada di area tidak dapat diambil keputusan. Oleh karena itu model kemudian dirubah dalam bentuk lin log, yaitu sebagai berikut : INF t = bo + b1 LBPPt + b2 LINVt + b3 LJUB t + µ t ……………………...… 4.1 Hasil estimasi dengan OLS atas model yang baru adalah sebagai berikut : Tabel 4. 3. Hasil Estimasi Pengaruh Belanja Pegawai Pemerintah, Investasi dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Inflasi di Indonesia Model Log INFt = - 96,069 – 33,987 LBPPt – 21,828 LINVt + 50,822 LJUBt Std Err : 9,357 3,514 8,163 t-stat : -3,632 -6,212 6,226 R 2 : 0,7258 F-stat : 16,767 Prob : 0,000014 Sumber: Hasil Penelitian 2009 data diolah Keterangan : = signifikan pada 1 Terhadap model tersebut kemudian dilakukan uji asumsi klasik. Hasil uji multikolinieritas adalah sebagai berikut : Tabel 4.4. Hasil Estimasi Uji Multikolinieritas Model Log Variabel Nilai R 2 INF = fLBPP, LINV, LJUB 0,7258 LBPP=fLINV, LJUB 0,9637 LINV=fLBPP, LJUB 0,9043 LJUB=fLBPP, LINV 0,9748 Sumber : Hasil Penelitian 2009 data diolah 58 Dari hasil estimasi tersebut diperoleh hasil R 2 INF, LBPP, LINV, LJUB = 0,7258 lebih rendah dibandingkan R 2 LBPP, LINV, LJUB = 0,9637, R 2 LINV, LBPP, LJUB = 0,9043, R 2 LJUB, LBPP, LINV, = 0,9748. Berdasarkan uji multikolinieritas, dalam model terdapat multikolinieritas. Selain diuji dengan uji multikolinieritas, pada model dilakukan uji autokorelasi dengan menggunakan Durbin – Watson d test. Dari hasil regresi model, diperoleh nilai DW – stat = 1,96 berada diantara du dan 4 – du, yang artinya dalam model tidak terdapat autokorelasi. Melalui Breusch – Godfrey Serial Correlation LM test, diketahui bahwa nilai ObsR-square x 2 hitung = 0,615 x 2 tabel = 28,9 atau probability = 0,735 0,05 sehingga dalam model regresi tidak terdapat autokorelasi. Karena dalam model melanggar asumsi klasik multikolinieritas, maka upaya yang dilakukan penulis untuk mengatasi masalah multikolinieritas berdasarkan aturan ekonometri adalah sebagai berikut Supranto, 2004: a. Adanya informasi sebelumnya Berdasarkan teori yang ada, setiap variabel yang dipakai dalam penelitian ini diyakini tidak mengandung multikolinieritas. Hal ini karena setiap variabel berasal dari sektor yang berbeda. Belanja pegawai pemerintah dari sektor fiskal pemerintah, investasi dari sektor riil dan jumlah uang beredar dari sektor moneter. Jadi informasi sebelumnya menyatakan bahwa setiap variabel diyakini tidak mengandung multikolinieritas. 59 b. Menggabungkan data time series dan cross section. Dari variabel bebas yang digunakan terdapat kesulitan untuk mendapatkan data secara cross section. Sehingga untuk langkah ini tidak dapat dilakukan. c. Mengeluarkan satu variabel atau lebih Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak tiga buah. Sehingga kalau dikeluarkan satu atau lebih , maka tidak ada lagi variabel pembanding yang digunakan sebagai variabel bebas. Oleh karena itu, langkah ini tidak dapat dilakukan. d. Transformasi variabel Langkah ini dilakukan dengan membuat transformasi atau perubahan bentuk menjadi perbedaan pertama first difference form dari fungsi semula. Oleh karena itu, model penelitian adalah sebagai berikut : INF t - INF t - 1 = bo + b1 BPP t - BPP t-1 + b2 INV t - INV t-1 + b3 JUB t - JUB t – 1 + µ t ………………………………………...4.2 Persamaan diatas kemudian diubah menjadi : INF t = bo + b1 BPP t - BPP t-1 + b2 INV t - INV t-1 + b3 JUB t - JUB t – 1 + INF t - 1 + µ t …………………………..………………...4.3 60 Tabel 4. 5. Hasil Estimasi Pengaruh Belanja Pegawai Pemerintah, Investasi dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Inflasi di Indonesia Model Bentuk Perbedaan Pertama INF t = -6,999846 – 0,003852 BPP t - BPP t-1 – 0,000894 INV t - INV t-1 + 0,000364 JUB t - JUB t – 1 + INF t - 1 + µ t Std Err : 0,000764 0,000257 6,49E-05 t-stat : -5,0399 -3,478 5,600 R 2 : 0,6823 F-stat : 12,88 Prob : 0,000098 Sumber : Hasil Penelitian 2009 data diolah Keterangan : = signifikan pada 1 Terhadap model ini kemudian dilakukan uji asumsi klasik. Dari hasil estimasi uji multikolinieritas tersebut, maka diketahui hasilnya sebagai berikut: Tabel 4.6. Hasil Uji Multikolinieritas Model Bentuk Perbedaan Pertama Variabel Nilai R 2 INF t = fBPP t - BPP t-1 , INV t - INV t-1 , JUB t - JUB t – 1 0,6823 BPP t - BPP t-1 =fINV t - INV t-1 , JUB t - JUB t – 1 0,5874 INV t - INV t-1 = fBPP t - BPP t-1 , JUB t - JUB t – 1 0,0439 JUB t - JUB t – 1 = fBPP t - BPP t-1 , INV t - INV t-1 0,5981 Sumber : Hasil Penelitian 2008 data diolah Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai R 2 INF t , BPP t - BPP t-1 , INV t - INV t-1 , JUB t - JUB t – 1 = 0,6823 lebih besar dibandingkan dengan nilai R 2 dalam regresi parsial, R 2 BPP t - BPP t-1 =fINV t - INV t-1 , JUB t - JUB t – 1 = 0,5874, R 2 61 INV t - INV t-1 = fBPP t - BPP t-1 , JUB t - JUB t – 1 = 0,0439 , R 2 JUB t - JUB t – 1 = fBPP t - BPP t-1 , INV t - INV t-1 = 0,5981. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam model empiris INF t - INF t - 1 = fBPP t - BPP t-1 , INV t - INV t-1 , JUB t - JUB t – 1 tidak ditemukan adanya multikolinieritas. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dalam model penelitian ini dilakukan uji Lagrange Multiplier Test LM test. Berikut ini hasil dari uji LM test sebagaimana ditampilkan pada tabel. Tabel 4.7. Hasil Uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.571499 Probability 0.575792 ObsR-squared 1.466835 Probability 0.480265 Sumber : Hasil Penelitian 2009 data diolah Melalui Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test dari program eviews 5.1. diketahui bahwa nilai ObsR-squared x 2 hitung=1,4668 x 2 tabel = 28,9 . Atau nilai probability = 0,48 0,05 sehingga dalam model regresi tidak terdapat autokorelasi. Selain itu, untuk mengetahui adanya autokorelasi juga bisa menggunakan Durbin- Watson d test. Nilai distribusi tabel DW dimana jumlah variabel bebas = 3, observasi n = 22, d L =0,83, d U = 1,40 . Dari hasil regresi model, diperoleh nilai DW- stat = 1,578 berada diantara d L dan 4 - d U, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model yang diestimasi tidak terdapat autokorelasi. 62 Jadi, dari hasil uji tersebut, model yang dianggap BLUE Best Linier Unbiased Estimator adalah model ketiga, yaitu : INF t = -6,999846 – 0,003852 BPP t - BPP t-1 – 0,000894 INV t - INV t-1 + 0,000364 JUB t - JUB t – 1 + INF t – 1 + µ t ..……………………………..…... 4.4

4.3. Pembahasan Hasil Estimasi