Jadi, dari hasil uji tersebut, model yang dianggap BLUE Best Linier Unbiased Estimator adalah model ketiga, yaitu :
INF
t
= -6,999846 – 0,003852 BPP
t
- BPP
t-1
– 0,000894 INV
t
- INV
t-1
+ 0,000364 JUB
t
- JUB
t – 1
+ INF
t – 1 +
µ t
..……………………………..…... 4.4
4.3. Pembahasan Hasil Estimasi
Dari masing-masing variabel dependen dan variabel independen yang disertakan dalam model estimasi pada model diatas, diperoleh koefisien determinasi
R
2
sebesar 0,6823 yang artinya secara keseluruhan variabel belanja pegawai pemerintah, investasi dan jumlah uang beredar mampu menjelaskan variasi inflasi
sebesar 68,23 selama kurun waktu yang diteliti. Sedangkan sisanya sebesar 31,77 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi.
Bila dilihat secara bersama-sama serentak dari masing-masing variabel bebasnya berarti belanja pegawai pemerintah, investasi dan jumlah uang beredar
mampu memberikan pengaruh yang signifikan pada tingkat keyakinan 99 . Hal ini dapat dilihat dari nilai F-statistik sebesar
12,89 F tabel 4,94 pada 1 . Berikut hasil uji t dari masing-masing variabel bebas.
a. Belanja Pegawai Pemerintah
Hasil estimasi menunjukkan bahwa belanja pegawai pemerintah mempunyai hubungan negatif terhadap inflasi Indonesia. Hal ini berarti bahwa dengan
meningkatnya belanja pegawai pemerintah tidak menyebabkan kenaikan
63
inflasi. Koefisien regresi belanja pegawai pemerintah adalah sebesar – 0,003852 berarti bahwa setiap peningkatan belanja pegawai pemerintah
sebesar 1 milyar, maka menyebabkan inflasi Indonesia turun sebesar - 0,003852 , cateris paribus. Sedangkan nilai elastisitas belanja pegawai
pemerintah adalah = – 0,003852 x 4421,46 12.22 = - 1,39 dimana 4421,46 adalah mean belanja pegawai pemerintah dan 12,22 adalah mean perkiraan
inflasi selama kurun waktu yang diteliti. Dilihat dari nilai elastisitas yang lebih kecil dari satu, belanja pegawai pemerintah bersifat inelastis terhadap
inflasi. Dari hasil pengujian terhadap nilai t-statistik diperoleh nilai absolut 5,039 yang lebih besar dibandingkan dengan t-tabel 1 = 2,518. Hal ini
berarti bahwa variabel belanja pegawai pemerintah berpengaruh signifikan terhadap inflasi Indonesia. Namun dari koefisien regresi yang negatif
menunjukkan bahwa hal ini tidak sesuai dengan hipotesis bahwa belanja pegawai pemerintah berpengaruh positif terhadap inflasi. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Rohman 2005 dimana secara individual variabel pengeluaran pemerintah berpengaruh negatif terhadap
inflasi. b. Investasi
Hasil estimasi menunjukkan bahwa investasi mempunyai hubungan negatif terhadap inflasi Indonesia. Hal ini berarti bahwa dengan meningkatnya
investasi tidak menyebabkan kenaikan inflasi. Koefisien regresi investasi adalah sebesar – 0,000894. Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan investasi
64
sebesar 1 milyar, maka menyebabkan inflasi Indonesia turun sebesar - 0,000894 , cateris paribus. Sedangkan nilai elastisitas investasi adalah = –
0,000894 x 2950,38 12,22 = - 0,22 dimana 2950,38 adalah mean investasi dan 12,22 adalah mean perkiraan inflasi selama kurun waktu yang diteliti.
Dilihat dari nilai elastisitas yang lebih kecil dari satu, investasi bersifat inelastis terhadap inflasi. Dari hasil pengujian terhadap nilai t-statistik
diperoleh nilai absolut 3,478 yang lebih besar dibandingkan dengan t-tabel 1 =2,518. Hal ini berarti bahwa variabel investasi berpengaruh signifikan
terhadap inflasi Indonesia. Koefisien variabel investasi yang negatif menunjukkan bahwa hal ini tidak sesuai dengan hipotesis bahwa investasi
berpengaruh positif terhadap inflasi. Hal ini karena investasi sangat dipengaruhi oleh situasi politik dan perekonomian Indonesia.
b. Jumlah Uang Beredar
Hasil estimasi menunjukkan bahwa jumlah uang beredar mempunyai hubungan positif terhadap inflasi Indonesia. Hal ini berarti bahwa dengan
meningkatnya jumlah uang beredar menyebabkan kenaikan inflasi. Koefisien regresi jumlah uang beredar adalah sebesar 0,000364. Hal ini berarti bahwa
setiap peningkatan jumlah uang beredar sebesar 1 milyar, maka menyebabkan inflasi Indonesia naik sebesar 0,000364, cateris paribus. Sedangkan nilai
elastisitas jumlah uang beredar adalah = 0,000364 x 73638,64 12,22 = 2,19 dimana 73638,64 adalah mean jumlah uang beredar dan 12,22 adalah mean
perkiraan inflasi selama kurun waktu yang diteliti. Dilihat dari nilai elasisitas 65
yang lebih besar dari satu, jumlah uang beredar bersifat elastis terhadap inflasi. Dari hasil pengujian terhadap nilai t-statistik diperoleh nilai 5,600
yang lebih besar dibandingkan dengan t-tabel 1 =2,518 . Hal ini berarti bahwa variabel jumlah uang beredar berpengaruh signifikan terhadap inflasi
Indonesia. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Devi 2006 dan Hamzah 2006 bahwa jumlah uang beredar mempunyai hubungan positif
dan berpengaruh secara signifikan terhadap inflasi. Dan hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis bahwa jumlah uang beredar berpengaruh positif
terhadap inflasi.
4.4. Uji Asumsi Klasik a. Multikolinieritas