terhadap kreditur lain. Jaminan Fidusia juga memberikan hak kepada Pemberi Fidusia untuk tetap menguasai benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia berdasarkan
kepercayaan. Pada Pasal 4 UUJF menyebutkan bahwa, “Jaminan Fidusia merupakan
perjanjian ikutan dari suatu perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu prestasi.”
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Jaminan Fidusia yang sifatnya ikutan accessoir lahir dari perjanjian pokok yaitu perjanjian yang menimbulkan
hutang-piutang sebagai jaminan pelunasan. Hubungan hutang-piutang dapat timbul dari perjanjian yang menimbulkan hutang-piutang atau perjanjian kredit. Perjanjian
pokok ini dapat dibuat dengan akta di bawah tangan atau akta otentik, tergantung para pihak yang menginginkannya.
BAB IV PERANAN NOTARIS DALAM PERJANJIAN KREDIT ANGSURAN
SISTEM FIDUSIA PADA PERUM PEGADAIAN
A. Deskripsi Perum Pegadaian 1. Sejarah Lembaga Pegadaian
Dari negara Romawi, pegadaian berkembang ke seluruh Eropah dan melalui negara Eropah inilah lembaga pegadaian masuk ke Indonesia. Wilayah
perkembangan pegadaian mengambil arah dari Eropah ke Indonesia melalui
Herly Gusti Meliana Siagian : Peranan Notaris Dalam Perjanjian Kredit Angsuran Sistem Fidusia Pada Perum Pegadaian Studi Di Kantor Perum Pegadaian Cabang Medan Utama, 2009
USU Repository © 2008
perdagangan dan penjajahan. Tentang gadai di masa Hukum Romawi tentunya berbeda dengan pegadaian yang diatur oleh KUHPerdata. Perbedaan ini adalah
pengaruh perkembangan yang terjadi dalam masyarakat dari abad ke abad. Menurut Mariam Darus Badrulzaman, mengatakan sampai dewasa ini
pegadaian telah mengalami 5 lima periode pemerintahan, yaitu : 1.
Periode VOC 1746-1811. 2.
Periode Penjajahan Inggris 1811-1816. 3.
Periode Penjajahan Belanda 1816-1952. 4.
Periode Penjajahan Jepang 1942-1945. 5.
Periode Kemerdekaan.
79
Ad.1. Periode VOC 1746-1811 Lahirnya Lembaga Pegadaian di Indonesia ditandai dengan berdirinya Bank
Van Leening pada masa VIC Verenigde Oost Indische Compagnie pada tanggal 20 Agustus 1746 di Jakarta, berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal Van
Imholf. Bank Van Leening nama lembaga gadai pada masa itu, selain memberikan pinjaman gadai, juga bertindak sebagai wessel bank.
63
Pada mulanya lembaga ini merupakan perusahaan campuran antara pemerintah VOC dan swasta dengan perbandingan modal 23 modal VOC dan 13
79
Mariam Darus Badrulzaman, Op. Cit., hal.98.
Herly Gusti Meliana Siagian : Peranan Notaris Dalam Perjanjian Kredit Angsuran Sistem Fidusia Pada Perum Pegadaian Studi Di Kantor Perum Pegadaian Cabang Medan Utama, 2009
USU Repository © 2008
modal swasta. Namun sejak tahun 1794 usaha patungan itu dihapuskan, Bank Van Leening menjadi monopoli pemerintah dan diusahakan sepenuhnya oleh pemerintah.
Ad.2. Periode Penjajahan Inggris 1811-1816 Pada tahun 1811 terjadi peralihan kekuasaan dan pemerintah Belanda kepada
pemerintahan Inggris yang dipimpin oleh Raffles. Pada masa penjajahan Inggris, Bank Van Leening dihapuskan karena menurut Raffles sebagai penguasa pada waktu
itu tidak menyetujui adanya Bank Van Leening yang dikelola oleh pemerintah. Sebagai akibatnya dikeluarkan peraturan yang menyatakan bahwa setiap orang dapat
mendirikan badan perkreditan asal mendapat ijin dari penguasa. Peraturan ini dikenal dengan sebutan Licentie Stensel. Dalam perkembangannya ternyata Licentie Stelsel
tidak menguntungkan pemerintah, melainkan menimbulkan kerugian terhadap masyarakat karena timbulnya penarikan bunga yang tidak wajar.
Pada tahun 1814 Licentie Stelsel dihapuskan dan diganti dengan Pacht Stelsel, dimana anggota masyarakat umum dapat menjalankan usaha gadai dengan syarat
sanggup membayar sewa kepada pemerintah. Ad.3. Periode Penjajahan Belanda 1816-1942
Pada tahun 1816 Belanda kembali menguasai Indonesia. Pacht Stelsel semakin berkembang, baik dalam arti perluasan wilayah maupun jumlahnya. Akan
tetapi ternyata para pachters penerima gadai banyak yang sewenang-wenang dalam menetapkan bunga, tidak membayar uang kelebihan kepada yang berhak. Akibatnya
pada tahun 1870 Pachts Stelsel dihapuskan dan diganti dengan Licentie Stelsel dengan maksud untuk mengurangi pelanggaran-pelanggaran yang merugikan
Herly Gusti Meliana Siagian : Peranan Notaris Dalam Perjanjian Kredit Angsuran Sistem Fidusia Pada Perum Pegadaian Studi Di Kantor Perum Pegadaian Cabang Medan Utama, 2009
USU Repository © 2008
masyarakat dan pemerintah. Tetapi usaha inipun tidak berhasil karena ternyata penyelewengan masih terus berjalan tanpa menghiraukan peraturan yang berlaku,
sehingga timbullah kehendak pemerintah untuk menyelenggarakan sendiri monopoli badan perkreditan gadai ini, yaitu dengan mengeluarkan peraturan tentang
monopoli diantaranya Stbl. No. 794 Tahun 1915 dan Stb. No. 131 tanggal 12 Maret 1901, didirikanlah pegadaian pertama di Sukabumi, Purworejo, Bogor, Tasikmalaya,
dan Bandung pada tahun 1902. Pada tahun 1917 semua pegadaian di Jawa dan Madura sudah ditangani
seluruhnya oleh pemerintah dan pegadaian negara yang dikuasai seluruhnya oleh pemerintah ini berkembang dengan baik. Menjelang akhir periode penjajahan, usaha
gadai merupakan monopoli pemerintah dengan status jawatan dalam lingkungan kantor besar keuangan. Baru pada tahun 1930 berdasarkan Stb No. 226 tahun 1930,
pegadaian negara tersebut diubah statusnya menjadi perusahaan negara, dimana harta kekayaan pegadaian negara dipisahkan dari harta kekayaan negara pemerintah.
Ad.4. Periode Penjajahan Jepang 1942-1965 Pada periode penjajahan Jepang, pegadaian masih merupakan instansi
pemerintah dengan status jawatan, pimpinan dan pengawasan kantor besar keuangan. Akan tetapi pada masa periode ini lelang dihapuskan dan barang berharga seperti
emas, intan dan berlian di pegadaian diambil oleh pemerintah Jepang. Ad.5. Periode Kemerdekaan
Perjuangan melawan penjajahan sudah selesai. Penetapan menyeluruh baik ideologi, sistem kenegaraan maupun ekonomi terus diupayakan. Dalam penataan
Herly Gusti Meliana Siagian : Peranan Notaris Dalam Perjanjian Kredit Angsuran Sistem Fidusia Pada Perum Pegadaian Studi Di Kantor Perum Pegadaian Cabang Medan Utama, 2009
USU Repository © 2008
ekonomi dimana pembangunan sampai saat ini pegadaian mengalami perubahan status bentuk perusahaan yaitu :
1 Status perusahaan negara
Peraturan pengganti undang-undang Perpu Nomor 19 Tahun 1960 dari Pemerintah dijadikan perusahaan-perusahaan negara yang bentuknya beraneka
ragam hanya menjadi bentuk saja. Sejalan dengan Perpu tersebut, maka dengan Peraturan Pemerintah Nomor 178 Tahun 1961 Jawatan Pegadaian diubah
statusnya menjadi Perusahaan Negara Pegadaian. 2
Status perusahaan jawatan Instruksi Presiden Nomor 17 Tahun 1967 diwujudkan dengan dikeluarkannya
Perpu Nomor 1 Tahun 1969 yang diundangkan dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1969. Undang-undang ini mengatur bentuk usaha negara menjadi 3 tiga
bentuk yaitu Perjan, Perum dan Persero. Sejalan dengan ketentuan dalam Undang-undang tersebut maka dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun
1969 yang mencabut Peraturan Pemerintah 178 Tahun 1961 dan menyatakan mulai 1 Mei 1969 status Perusahaan Negara Pegadaian ditetapkan menjadi
Perusahaan Jawatan Pegadaian. 3
Status perusahaan umum Sejak April 1990 status hukum dialihkan dari Perjan menjadi Perusahaan
Umum melalui Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1990 tanggal 10 April 1990. Peraturan Pemerintah ini mengatur perubahan bentuk Perjan Pegadaian
menjadi Perum Pegadaian Lembaran Negara 1990 No.14 dengan perubahan
Herly Gusti Meliana Siagian : Peranan Notaris Dalam Perjanjian Kredit Angsuran Sistem Fidusia Pada Perum Pegadaian Studi Di Kantor Perum Pegadaian Cabang Medan Utama, 2009
USU Repository © 2008
status hukum tersebut perusahaan dikelola layaknya seperti Perseroan terbatas, hanya saja modal tidak terdiri dari saham, tapi berbentuk penyertaan modal
Pemerintah. Masa status Perum ini terus berlangsung hingga sekarang dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No.103 Tahun 2000 tentang Perum
Pegadaian.
2. Jaringan Kerja dan Unit Usaha Perum Pegadaian
Pada saat ini unit-unit usaha Lembaga Pembiayaan Pegadaian Perum mempunyai jaringan unit kerja yang tersebar di wilayah Republik Indonesia yang
terdiri dari 14 Kantor Daerah dan 716 kantor cabang. Adapun pembagian kantor cabang berdasarkan wilayah kantor daerah
khususnya untuk kantor daerah Sumatera Utara dan NAD, terdiri dari 43 empat puluh tiga kantor cabang, maka jaringan kerja dan unit usahanya dapat dibagi
menjadi sebagai berikut :
Tabel 4.1 Kantor-kantor Cabang Perum Pegadaian di Kantor Wilayah Sumut – NAD
No. Nama Kantor No.
Nama Kantor
1. Kantor Cabang Langsa
2. Kantor Cabang Kuala simpang
3. Kantor Cabang Banda Aceh
4. Kantor Cabang Lhokseumawe
5. Kantor Cabang Bireun
6. Kantor Cabang Sigli
7. Kantor Cabang Idi
8. Kantor Cabang Peureulak
9. Kantor Cabang Meulaboh
10. Kantor Cabang Tapaktuan
11. Kantor Cabang Meureudu
12. Kantor Cabang Takengon
23. Kantor Cabang Medan Sunggal
24. Kantor Cabang Tarutung
25. Kantor Cabang Serbelawan
26. Kantor Cabang T.Balai Asahan
27. Kantor Cabang Tebing Tinggi
28. Kantor Cabang Kisaran
29. Kantor Cabang Labuhan Bilik
30. Kantor Cabang Labuhan Ruku
31. Kantor Cabang Rantau Prapat
32. Kantor Cabang Simpang Limun
33. Kantor Cabang Binjai
34. Kantor Cabang Kabanjahe
Herly Gusti Meliana Siagian : Peranan Notaris Dalam Perjanjian Kredit Angsuran Sistem Fidusia Pada Perum Pegadaian Studi Di Kantor Perum Pegadaian Cabang Medan Utama, 2009
USU Repository © 2008