BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Ada beberapa alasan dan kondisi tertentu yang menyebabkan dapat berakhirnya
putusnya hubungan kerja, baik yang terletak pada diri pekerjaburuh maupun pengusaha. Apabila melihat dari putusan-putusan hakim PHI mengenai kasus-
kasus PHK, maka ada beberapa penyebab terjadinya PHK tersebut, antara lain: a.
Adanya Kinerja yang tidak baik; b.
Adanya penolakkan pekerjaburuh untuk menandatangani surat kontrak; c.
Karena kesalahan berat yang dilakukan pekerjaburuh; d.
Adanya tuntutan dari pekerjaburuh untuk diangkat menjadi pekerja tetap; e.
Adanya efisiensi yang dilakukan oleh perusahaan yang menyebabkan terjadinya PHK.
2. PHK selalu memiliki akibat hukum, baik terhadap pengusaha maupun terhadap
pekerjaburuh itu sendiri. Akibat hukum dimaksud adalah bentuk pemberian kompensasi upah kepada pekerjaburuh yang hubungan kerjanya terputus dengan
pengusaha. Berdasarkan putusan-putusan yang dianalisis dalam tesis ini, maka terhadap kompensasi upah yang harus diberikan pengusaha kepada pekerjaburuh
Peranan pengadilan hubungan industrial dalm memberikan kepastian hukum terhadap perkara pemutusan hubungan kerja studi terhadap putusan pemutusan hubungan kerja pengadilan hubungan industrial pada pengadilan negri medan.
USU e-Repository © 2008.
akibat terjadinya PHK, hakim berusaha bertindak adil dalam pertimbangan- pertimbangannya yang dituangkan dalam ”pokok perkara”, sehingga dapat
mencapai dasar penyelesaian sengketa. Yang menjadi dasar pertimbangan hakim PHI dalam pemberian kompensasi upah kepada pekerjaburuh yang di PHK
adalah adanya perbuatan melawan hukum,maka majelis hakim memutuskan pembayaran upah yang wajib dipenuhi oleh pihak pengusaha harus sesuai dengan
ketentuan UMPUMK di Sumatera Utara, kemudian dihitung berdasarkan ketentuan Pasal 156 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Terhadap
kekurangan-kekurangan upah pekerjaburuh, pengusaha juga berkewajiban untuk membayarkannya. Untuk perkara No. 101G2006PHI Medan, pengusaha harus
membayar upah cutimelahirkan pekerjanya dan dalam perkara No. 110G2006 PHI Medan, pengusaha wajib membayar upah pekerja selama ia diskorsing. Akan
tetapi, terhadap perkara No. 139G2006PHI Medan, pemberian kompensasi yang diputuskan oleh hakim adalah sisa upah pekerjaburuh setelah ia di PHK,
kemudian hakim memutuskan agar pengusaha mempekerjakan kembali pekerjanya tersebut.
3. Peranan hakim PHI dalam memberikan kepastian hukum terhadap kasus-kasus
PHK terlihat dalam setiap putusannya. Kepastian hukum dapat berarti keharusan adanya suatu peraturan. Walaupun peraturan-peraturan mengenai hukum
ketenagakerjaan tidak terhimpun dalam suatu kodifikasi, peraturan tersebut tetap dapat memberikan suatu kepastian hukum. Terkecuali Undang-Undang tidak ada
Peranan pengadilan hubungan industrial dalm memberikan kepastian hukum terhadap perkara pemutusan hubungan kerja studi terhadap putusan pemutusan hubungan kerja pengadilan hubungan industrial pada pengadilan negri medan.
USU e-Repository © 2008.
mengaturnya, maka hakim harus menemukan hukumnya sesuai dengan ketentuan Pasal 16 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 4 tahun 2004. Selain itu, kepastian
hukum dapat juga berarti memberikan perlindungan terhadap individu yang disewenang-wenangkan oleh individu lain. Dalam perkara No. 92G2006PHI
Medan, perkara No. 101G2006PHI Medan, perkara No. 110G2006PHI Medan, perkara No. 139G2006PHI Medan, dan perkara No. 147G2007PHI
Medan dapat dilihat dalam putusan akhirnya, bahwa setiap tindak-tanduk individu yang sewenang-wenang, seperti salah satunya ialah PHK secara sepihak tanpa
membayarkan hak-hak nomatif pekerja, maka hakim berupaya untuk mengabulkan tuntutan dari individu pekerjaburuh yang terlanggar, walaupun
ada ketentuan hakim PHI tidak dapat memutuskan lebih atau kurang dari apa yang dituntut olehnya.
B. Saran