kenotariatan, bahwa belum pernah dilakukan penelitian mengenai Peranan Pengadilan Hubungan Industrial Dalam Memberikan Kepastian Hukum Terhadap
Perkara Pemutusan Hubungan Kerja Studi Terhadap Putusan Pemutusan Hubungan Kerja-Pengadilan Hubungan Industrial Pada Pengadilan Negeri Medan. Jadi
penelitian ini adalah asli karena sesuai dengan asas-asas keilmuan, yaitu jujur, rasional, objektif dan terbuka, sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya secara ilmiah.
F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsional 1.
Kerangka Teori
Dalam setiap masyarakat, hukum buatan orang itu akan berkembang untuk mengontrol hubungan-hubungan yang terjadi antara anggota-anggotanya. Peraturan-
peraturan esensial kalau masyarakat bekerja, dan peraturan-peraturan itu akan dijumpai dalam semua bentuk kegiatan yang bergantung kepada suatu bentuk
kerjasama dalam permainan, dalam sekolah, dalam kelompok. Peraturan-peraturan muncul dalam bermacam-macam cara, walaupun dalam kebanyakan hal harus sudah
terjadi persetujuan antara paling sedikit beberapa anggota masyarakat bahwa peraturan-peraturan itu diinginkan. Apabila seseorang atau beberapa orang yang
mempunyai kekuasaan dalam masyarakat melaksanakan peraturan-peraturan, maka
Peranan pengadilan hubungan industrial dalm memberikan kepastian hukum terhadap perkara pemutusan hubungan kerja studi terhadap putusan pemutusan hubungan kerja pengadilan hubungan industrial pada pengadilan negri medan.
USU e-Repository © 2008.
peraturan-peraturan tersebut akan memperoleh status sebagai ”hukum” dalam arti kata diterima secara umum.
20
Apabila pemerintah yang sah mengeluarkan suatu peraturan menurut perundang-undangan yang berlaku, peraturan tersebut ditanggapi sebagai norma yang
berlaku secara yuridis sehingga seorang yang tidak patuh terhadap peraturan tersebut dapat dikritik kelakuannya, bahkan dapat dituntut hukuman melalui pengadilan. Hal
tersebut dikatakan bahwa hukum bersifat normatif.
21
Hukum ditanggapi sebagai kaidah-kaidah legges, wetten yang mengatur hidup bersama, yang dibuat oleh
instansi yang berwenang dan berlaku sebagai norma. Menurut Satjipto Rahardjo, hukum itu tidak ada untuk dirinya sendiri,
melainkan untuk manusia dan masyarakat. Berangkat dari situ maka menjalankan hukum tidak dapat dilakukan secara matematis atau dengan cara yang disebut
”mengeja pasal-pasal undang-undang”. Dengan meneruskan pendapat Radburch, maka dalam hukum tidak hanya ada 1 satu logika, yaitu logika hukum, melainkan
juga logika filosofis dan sosial. Ketiga-tiganya akan selalu berada dalam persaingan satu sama lain.
22
20
S. B. Marsh dan J. Soulsby, Op.Cit, hal 1.
21
Theo Huijbers, Filsafat Hukum, Yogyakarta: Kanisius, 1995, hal. 45, bahwa hukum bersifat normatif tampak dalam perumusan kaidah-kaidah hukum. Bila hukum itu diakui sebagai
normatif, diakui bahwa hukum itu mewajibkan dan harus ditaati. Ketaatan itu tidak dapat disamakan dengan ketaatan suatu perintah. Hukum ditaati bukan karena terdapat suatu kekuasaan dibelakangnya,
melainkan karena mewajibkan yang merupakan hakikat hukum tersebut.
22
Satjipto Rahardjo, Biarkan Hukum Mengalir, Catatan Krisis Tentang Pergulatan Manusia Dan Hukum, Jakarta: Kompas, 2007, hal.87.
Peranan pengadilan hubungan industrial dalm memberikan kepastian hukum terhadap perkara pemutusan hubungan kerja studi terhadap putusan pemutusan hubungan kerja pengadilan hubungan industrial pada pengadilan negri medan.
USU e-Repository © 2008.
Dalam sistem hukum yang disebut kontinental, hukum terjalin dengan prinsip- prinsip keadilan, hukum adalah Undang-Undang yang adil. Pengertian hukum ini
serasi dengan ajaran filsafat tradisional dimana pengertian hukum yang hakiki berkaitan dengan arti hukum sebagai keadilan.
23
Pengertian hukum ini sesuai dengan yang ada pada orang-orang Indonesia bahwa hakikat hukum adalah menjadi sarana
bagi penciptaan suatu aturan masyarakat yang adil. Hakikat hukum ialah membawa aturan yang adil dalam masyarakat rapport du droit, inbreng van recht.
24
Memasuki era reformasi tahun 1998 terjadi perubahan yang sangat mendasar di bidang ketenagakerjaan, diawali dengan diratifikasinya oleh Indonesia konvensi
ILO Nomor 87 Tahun 1948 tentang Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak untuk Berorganisasi menjadi bagian dari peraturan perundang-undangan nasional
melalui Keputusan Presiden Keppres Nomor 80 Tahun 1998. Sebelumnya pada masa orde baru tidak terdapat kebebasan berserikat karena hanya dikenal 1 satu
organisasi pekerja buruh single union, menjadi lebih dari 1 satu organisasi pekerjaburuh multi union pada masa reformasi.
25
Dengan diberikannya kebebasan
23
Theo Huijbers, Op. Cit, hal. 71, bahwa hukum bersifat etis, sebab harus digabungkan dengan keadilan, seperti yang sudah dikemukakan oleh para tokoh filsafat Yunani : Sokrates, Plato dan
Aristoteles, yang kemudian dipertahankan dalam sistem hukum Romawi yang membedakan antara hukum sebagai ius dan hukum sebagai lex. Hukum Romawi itu dengan tanggapan-tanggapan
fundamentalnya menjadi sumber utama hukum perdata Eropa Kontinental. Apabila telah ditetapkan secara prinsipil bahwa undang-undang hanya dapat disebut hukum dan karenanya mewajibkan, bila
sungguh-sungguh adil, jangan ditarik kesimpulan bahwa tiap-tiap orang pada tiap-tiap saat dapat menilai Undang-Undang sebagai tidak adil, dan karenanya tidak sah. Menurut para pemikir yang
menuntut supaya Undang-Undang adil untuk dapat disebut hukum, selalu harus diandaikan bahwa Undang-Undang yang dibentuk oleh instansi yang berwenang adalah adil dan sah,asal saja dasarnya
sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan.
24
Ibid, hal. 77.
25
Thoga M. Sitorus, Op.Cit, hal. 2.
Peranan pengadilan hubungan industrial dalm memberikan kepastian hukum terhadap perkara pemutusan hubungan kerja studi terhadap putusan pemutusan hubungan kerja pengadilan hubungan industrial pada pengadilan negri medan.
USU e-Repository © 2008.
berserikat dan menyampaikan pendapat secara terbuka transparan, hal yang tabu pada masa lalu, para pekerja merasa telah memiliki kembali haknya untuk berserikat,
maka berdirilah SPSB di Indonesia bagaikan jamur di musim hujan. Kondisi perekonomian yang terpuruk telah memaksa pemerintah dan dunia
usaha untuk lebih kreatif dalam menciptakan iklim usaha yang kondusif agar mampu membuka peluang investasi baru dan atau mempertahankanmemajukan usaha-usaha
yang telah ada. Melalui berbagai regulasi, pemerintah telah menciptakan perangkat hukum bagi berkembangnya investasi melalui dunia usaha. Di sisi lain, pengusaha
juga berupaya untuk menangkap setiap peluang bisnis yang ada, baik melalui pemanfaatan berbagai kemudahan usaha yang diberikan pemerintah maupun melalui
upaya-upaya internal, misalnya melakukan efisiensi untuk menghemat biaya operasional.
Menurut Erman Rajagukguk, bahwa penyebab lain krisis ekonomi selain sistem hukum adalah disebabkan penurunan dalam disiplin pasar market dicipline
atau sikap aji mumpung moral hazard di berbagai sektor baik ekonomi, politik dan permasalahan moral hazard itu sudah cukup luas dan mendalam.
26
Untuk membuat sistem hukum yang efektif harus ditujukan pula untuk mengurangi moral hazard yang
berarti sekaligus untuk mengatasi krisis ekonomi. Kalau diperhatikan lebih jauh hukum yang melandasi pembangunan ekonomi masih kurang berfungsi dan
26
Erman Rajagukguk, Peranan Hukum Di Indonesia: Menjaga Persatuan, Memulihkan Ekonomi dan Memperluas Kesejahteraan Sosial, Pidato disampaikan pada Dies Natalis dan Perigatan
Tahun Emas Universitas Indonesia, Depok, Tanggal 5 Februari 2000, hal. 6.
Peranan pengadilan hubungan industrial dalm memberikan kepastian hukum terhadap perkara pemutusan hubungan kerja studi terhadap putusan pemutusan hubungan kerja pengadilan hubungan industrial pada pengadilan negri medan.
USU e-Repository © 2008.
menyebabkan kurang memberi kepastian hukum. Hukum yang dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen akan memberikan keadilan dan kepastian hukum yang
menjadi tujuan dari hukum itu sendiri. Faktor pendidikan baik moral maupun akademis adalah sangat penting untuk memperbaiki budaya hukum di negara
berkembang, misalnya Indonesia. Serangkaian peraturan yang merupakan sumber hukum yang berkaitan dengan
hukum perburuhanhukum ketenagakerjaan bukannya terkodifikasi dalam satu buku, seperti Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, tetapi tersebar dalam berbagai
peraturan perundang-undangan. Dalam era tahun 2000-an ada 3 tiga peraturan perundang-undangan yang dapat dikategorikan sebagai sumber hukum
ketenagakerjaan, antara lain : 1.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat PekerjaBuruh Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3889; 2.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4279;
27
27
Zaeni Asyhadie, Hukum Kerja, Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007, hal.3, bahwa dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 ini mencabut 15 lima belas ordonansi, yaitu: a.
Ordonansi tentang Pengerahan Orang Indonesia Untuk melakukan Pekerjaan di Luar Indonesia Staatsblad Tahun 1887 Nomor 8;
b. Ordonansi tanggal 17 desember 1925 Peraturan tentang Pembatasan Kerja Anak dan Kerja
Malam bagi Wanita Staatsblad Tahun 1925 Mo. 647;
Peranan pengadilan hubungan industrial dalm memberikan kepastian hukum terhadap perkara pemutusan hubungan kerja studi terhadap putusan pemutusan hubungan kerja pengadilan hubungan industrial pada pengadilan negri medan.
USU e-Repository © 2008.
3. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial. Undang-Undang ini mencabut : a.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1957 tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Lembaran Negara Tahun 1957 Nomor 42,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 1227; dan
c. Ordonansi Tahun 1926 Peraturan mengenai Kerja Anak-Anak dan Orang Muda di Atas Kapal
Staatsblad Tahun 1926 Nomor 87; d.
Ordonansi tanggal 4 Mei 1936 tentang Ordonansi untuk mengatur Kegiatan Mencari Calon Pekerja Staatsblad Tahun1936 Nomor 208;
e. Ordonansi tentang Pemulangan Buruh yang Diterima atau Dikerahkan dari Luar Indonesia
Staatsblad Tahun 1939 Nomor 545; f.
Ordonansi Nomor 9 Tahun 1949 tentang Pembatasan Kerja Anak-Anak Staatsblad Tahun 1949 Nomor 8;
g. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya Undang-Undang Kerja
Tahun 1948 Nomor 12 dari Republik Indonesia untuk Seluruh Indonesia Lembaran Negara Tahun 1951 Nomor 2;
h. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1954 tentang Perjanjian Perburuhan antara Serikat Buruh
dan Majikan Lembaran Negara Tahun 1954 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Nomor 589a;
i. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1958 tentang Penempatan Tenaga Kerja Asing Lembaran
Negara Tahun 1958 Nomor 8; j.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1961 tentang Wajib Kerja Sarjana Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 207, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2270;
k. Undang-Undang Nomor 7 Pnps Tahun 1963 tentang Pencegahan Pemogokan danatau
Penutupan Lock Out di Perusahaan Jawatan dan Badan yang Vital Lembaran Negara Tahun 1963 Nomor 67;
l. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga
Kerja Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2912; m.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3702;
n. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1998 tentang Perubahan Berlakunya Undang-Undang Nomor
25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan Lembaran Negara Tahun 1998 Nomor 184, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3791; dan
o. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1998 tentang Perubahan Berlakunya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1997 tentang
Ketenagakerjaan menjadi Undang-Undang Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 240, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4042.
Peranan pengadilan hubungan industrial dalm memberikan kepastian hukum terhadap perkara pemutusan hubungan kerja studi terhadap putusan pemutusan hubungan kerja pengadilan hubungan industrial pada pengadilan negri medan.
USU e-Repository © 2008.
b. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1964 tentang Pemutusan Hubungan
Kerja di Perusahaan Swasta Lembaran Negara Tahun 1964 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2686;
Selain peraturan-peraturan tersebut, ada lagi sumber hukum tertulis yang datangnya dari para pihak yang terikat dalam hubungan kerja, yaitu :
1. Peraturan perusahaan adalah peraturan yang dibuat secara tertulis oleh
pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja dan tata tertib perusahaan; 2.
Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerjaburuh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para
pihak; 3.
Perjanjian Kerja Bersama PKB adalah perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara serikat pekerjaserikat buruh atau beberapa serikat
pekerjaburuh yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha atau beberapa pengusaha atau
perkumpulan pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban kedua belah pihak.
28
Salah satu regulasi yang banyak mendapat sorotan adalah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Meskipun Undang-Undang tersebut
sebagian besar merupakan pembaharuan atau perpanjangan dari Undang-Undang
28
Ibid, hal. 6.
Peranan pengadilan hubungan industrial dalm memberikan kepastian hukum terhadap perkara pemutusan hubungan kerja studi terhadap putusan pemutusan hubungan kerja pengadilan hubungan industrial pada pengadilan negri medan.
USU e-Repository © 2008.
Ketenagakerjaan yang lama, namun karena memuat beberapa ketentuan baru banyak mengundang perdebatan menyangkut kepentingan buruh dan pengusaha. Masalah
ketenagakerjaan ini tak kalah penting karena merupakan salah satu sub sistem dari sistem sosial ekonomi dan selalu menarik untuk dibahas karena menyangkut
kepentingan rakyat banyak, dimana lebih kurang 50 penduduk Indonesia masuk dalam kategori angkatan kerja yang berusia 15 tahun ke atas dan sebagian besar
diantaranya masuk kelompok usia kerja yang potensial untuk bekerja labour force
Antara majikanpengusaha dengan pekerjaburuh membuat suatu perjanjian kerja yang mana perjanjian ini mempunyai manfaat yang besar bagi para pihak yang
membuatnya. Hal ini disadari karena dengan perjanjian kerja yang dibuat dan ditaati dengan itikad baik dapat menciptakan suatu ketenangan kerja dan memberikan
jaminan kepastian hak serta kewajiban bagi para pihak. Pada dasarnya setiap perjanjian harus memenuhi unsur syarat sahnya perjanjian sebagaimana yang diatur
dalam Pasal 1320 KUH Perdata, ya .
29
itu adanya kesepakatan, adanya kecakapan, suatu hal tertentu, dan sebab yang halal.
Perjanjian kerja tanpa adanya kesepakatan para pihak atau salah satu pihak tidak mampu atau tidak cakap melakukan perbuatan hukum, maka perjanjian kerja
tersebut dapat dibatalkan. Sebaliknya, jika dibuat tanpa adanya pekerjaan yang
29
Sehat Damanik, Outsourcing Dan Perjanjian Kerja Menurut UU Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan sebagai Penuntun Untuk Merencanakan-Melaksanakan Bisnis Outsourcing
Dan Perjanjian Kerja, Jakarta: DSS Publishing, 2007, hal.1.
Peranan pengadilan hubungan industrial dalm memberikan kepastian hukum terhadap perkara pemutusan hubungan kerja studi terhadap putusan pemutusan hubungan kerja pengadilan hubungan industrial pada pengadilan negri medan.
USU e-Repository © 2008.
diperjanjikan dan pekerja yang diperjanjikan tersebut bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka perjanjian
tersebut batal dem agi menjadi 2 dua macam:
1. Pasal 60 Undang-
erjaan. 2.
i hukum. Berdasarkan jangka waktunya perjanjian kerja dib
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu PKWT Perjanjian kerja ini diatur dalam Pasal 56 sampai dengan
Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagak Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu PKWTT
Perjanjian kerja ini tersurat pada Pasal 1603 q ayat 1 KUH Perdata yang menyatakan bahwa lamanya hubungan kerja tidak ditentukan baik dalam
perjanjian atau peraturan majikan maupun dalam peraturan perundang- undangan atau pula menurut kebiasaan, maka hubungan kerja itu dipandang
diadakan untuk waktu tertentu. Selanjutnya PKWTT dinyatakan dalam Pasal 57 ayat 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.
Dalam kehidupan sehari-hari PHK antara pekerjaburuh dengan pengusaha dapat terjadi karena
telah berakhirnya waktu tertentu yang telah disepakatidiperjanjikan sebelumnya dan dapat pula terjadi karena adanya
perselisihan antara pekerjaburuh dan pengusaha, meninggalnya pekerjaburuh atau karena sebab lainnya. Dalam praktek, PHK terjadi karena berakhirnya waktu yang
Peranan pengadilan hubungan industrial dalm memberikan kepastian hukum terhadap perkara pemutusan hubungan kerja studi terhadap putusan pemutusan hubungan kerja pengadilan hubungan industrial pada pengadilan negri medan.
USU e-Repository © 2008.
telah ditetapkan dalam perjanjian kerja, tidak menimbulkan permasalahan terhadap kedua belah pihak pekerjaburuh maupun pengusaha karena pihak-pihak yang
bersangkutan sama-sama telah menyadari atau mengetahui saat berakhirnya hubungan kerja tersebut sehingga masing-masing telah berupaya mempersiapkan diri
dalam menghadapi kenyataan itu.
30
Berbeda halnya dengan pemutusan yang terjadi karena adanya perselisihan, keadaan ini akan membawa dampak terhadap kedua
belah pihak lebih-lebih pekerjaburuh yang dipandang dari sudut ekonomis mempunyai kedudukan yang lemah jika dibandingkan dengan pihak pengusaha,
karena PHK bagi pihak pekerjaburuh akan memberi pengaruh psikologis, ekonomis
keluarganya sebelum mendapat pekerjaan yang baru sebagai penggantinya.
dan finansial, sebab : 1.
Dengan adanya PHK, bagi pekerjaburuh telah kehilangan mata pencaharian; 2.
Untuk mencari pekerjaan yang baru sebagai penggantinya, harus banyak mengeluarkan biaya biaya keluar masuk perusahaan, disamping biaya-biaya
lain seperti surat-surat untuk keperluan lamaran dan fotokopi surat-surat lain; 3.
Kehilangan biaya hidup untuk diri dan
Jika PHK terjadi disebabkan karena adanya perselisihan, maka peranan SPSB sangat besar untuk melindungi buruh dan menangani perselisihan yang terjadi
30
Zaeni Asyhadie, Op.Cit, hal. 177.
Peranan pengadilan hubungan industrial dalm memberikan kepastian hukum terhadap perkara pemutusan hubungan kerja studi terhadap putusan pemutusan hubungan kerja pengadilan hubungan industrial pada pengadilan negri medan.
USU e-Repository © 2008.
di perusahaan.
31
Apabila terjadi perselisihan industrial, setiap pengusaha dan pekerja atau SPSB bersama-sama harus menyelesaikan perselisihan dengan jalan
musyawarah untuk mencapai mufakat. Adanya pelanggaran terhadap hak normatif pekerjaburuh, SPSB dapat mengadukan hal tersebut kepada Disnaker guna
dilaksanakannya perundingan. Namun, jika ternyata melalui perundingan yang telah
ya SPSB ini pada hakekatnya sangat menguntungkan karena
32
elisihan dilakukan tidak mencapai kesepakatan, pihak yang berselisih dapat menempuh jalur
penyelesaian melalui pengadilan atau jalur di luar pengadilan. Kalau ditinjau dari segi hukum terutama yang menyangkut ketertiban,
keamanan dan ketenangan kerja dalam perusahaan, baik bagi buruh maupun bagi pengusaha adanya SPSB dalam perusahaan adalah sangat bermanfaat. Bagi
pekerjaburuh adanya SPSB ini merupakan kemanunggalan suara buruh dalam perusahaan, kemanunggalan usaha dan perbuatan yang tertib dan teratur agar
perlindungan dan perbaikan dapat tercapai dengan penuh keberhasilan, sedangkan bagi pengusaha, adan
dapat membantu dalam penyusunan lembaga musyawarah untuk mencapai kesepakatan kerja.
Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tidak mencabut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1964 tentang PHK di Perusahaan Swasta karena Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 1964 merupakan hukum formal atau cara penyelesaian pers
31
Thoga. M. Sitorus, Op.Cit, hal. 73.
32
G. Kartasapoetra, dkk, Hukum Perburuhan Di Indonesia Berlandaskan Pancasila, Jakarta: PT. Bina Aksara, 1985, hal. 202.
Peranan pengadilan hubungan industrial dalm memberikan kepastian hukum terhadap perkara pemutusan hubungan kerja studi terhadap putusan pemutusan hubungan kerja pengadilan hubungan industrial pada pengadilan negri medan.
USU e-Repository © 2008.
PHK di perusahaan swasta. Undang-Undang tersebut baru dicabut dengan Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1964 hanya mengatur masalah PHK di
dalam Pasal 150 ditentukan bahwa ketentuan mengenai PHK yang diatur dalam Undang-Undang tersebut meliputi PHK yang terjadi di badan usaha yang berbadan
hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara, m
perusahaan swasta, sedangkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tersebut
aupun usaha-usaha sosial dan
kan salah satu perwujudan riil dari pemberian mpen
dalam wilayah kekuasaan kehakiman yang usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan
membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. Dengan terjadi PHK terhadap pekerjaburuh, maka timbul permasalahan lain
yaitu mengenai upah. Upah merupa ko
sasi. Bagi perusahaan, upah adalah perwujudan dari kompensasi yang paling besar diberikan kepada tenaga kerja.
Apabila terjadi perselisihan PHK, penanganannya berada di PHI. Lembaga peradilan perburuhanhubungan industrial ini menjadi penting karena realitas
menunjukkan perselisihan antara pekerjaburuh dan pengusaha sulit dihindari. Untuk itulah kehadiran lembaga PHI yang berada
Peranan pengadilan hubungan industrial dalm memberikan kepastian hukum terhadap perkara pemutusan hubungan kerja studi terhadap putusan pemutusan hubungan kerja pengadilan hubungan industrial pada pengadilan negri medan.
USU e-Repository © 2008.
dapat m
Untuk dapat menyelesaikan suatu sengketa atau perkara, hakim harus mengetahui
ktian. Setelah suatu peristiwa dinyatakan terbukti, hakim harus m
34
karena suatu hal tertentu yang enyelesaikan sengketa sesuai dengan prinsip peradilan cepat, murah dan biaya
ringan sangat didambakan.
33
Hakim memegang peranan penting dalam menegakkan hukum dan keadilan.
terlebih dahulu secara lengkap dan objektif tentang duduk perkara yang sebenarnya dapat diketahui dari proses pembu
enemukan hukum dari peristiwa yang disengketakan.
2. Landasan Konsepsional