Risiko Dalam Perjanjian Sewa Menyewa

Pasal 1564 KUHPerdata menyebutkan pihak penyewa berkewajiban dan bertanggung jawab untuk segala kerusakan-kerusakan yang diterbitkan oleh pihak penyewa sendiri pada barang yang disewanya selama berlangsungnya waktu sewa terkecuali apabila pihak penyewa dapat membuktikan bahwa terjadinya kerusakan tersebut adalah di luar kesalahan atau dengan kata lain kerusakan itu terjadi dengan suatu keadaan yang memaksa. Pasal 1583 KUHPerdata mewajibkan penyewa melakukan pembetulan- pembetuan kecil sehari-hari. Pasal ini juga memberikan contoh dari perbaikan kecil seperti perbaikan pada lemari toko, penguncian jendela dan lain sebagainya. Ini berarti bahwa penyewa harus bertanggung jawab penuh dalam menjaga dan memelihara objek yang disewanya selama masa sewa berlangsung, apabila terdapat kerusakan atas objek sewa, maka penyewa harus melakukan perbaikan, karena kerusakan tersebut bukan merupakan tanggungan pemilik barang.

3. Risiko Dalam Perjanjian Sewa Menyewa

Risiko dalam perjanjian sewa menyewa diatur dalam Pasal 1553 KUHPerdata yang menentukan apabila barang yang disewa itu sama sekali musnah karena suatu peristiwa yang di luar kesalahan salah satu pihak, maka perjanjian sewa menyewa gugur demi hukum. Misalnya ketika terjadi bencana alam seperti tsunami yang pernah menimpa sebagaian wilayah Indonesia, menyebabkan banyak rumah yang hancur. Hal tersebut terjadi diluar kehendak para pihak oleh karenanya perjanjian gugur demi hukum. Budi Hermanto : Tinjauan Hukum Atas Pengakuan Kepemilikan Hak Atas Tanah Oleh Penyewa Studi Kasus Di Kampung Jawa Banda Aceh, 2009 Perkataan gugur demi hukum inilah disimpulkan bahwa masing-masing pihak sudah tidak dapat menuntut sesuatu apa dari pihak lawannya, hal mana berarti bahwa kerugian akibat musnahnya barang yang disewakan dipikul sepenuhnya oleh pihak yang menyewakan, dan hal ini memang suatu peraturan resiko yang setepatnya, karena pada asasnya seiap pemilik barang wajib menanggung segala resiko atas barang miliknya. 81 Pasal 1553 KUHPerdata menyatakan juga bahwa bila barang yang disewakan hanya sebagian saja yang musnah, maka si penyewa dapat memiih antara pembatalan persewaan atau pengurangan harga sewa, akan tetapi ganti kerugian tidak dapat dituntut. Misalnya apabila terjadi suatu kebakaran yang berasal dari rumah tetangga yang terbakar sehingga merembet dan memusnahkan sebagian dari rumah yang menjadi objek sewa menyewa, maka baik pemilik rumah ataupun penyewa tidak dapat menuntut ganti rugi, karena kejadian terebut bukan merupakan kesengajaan yang dibuat, namun penyewa mempunyai hak untuk membatalkan atau meminta pengurangan sebagian harga sewa. Dalam Pasal 1552 ayat 1 KUHPerdata menentukan apabila terhadap objek sewa terdapat cacat yang berakibat penyewa terhalang memakai objek sewa, maka pihak yang menyewakan harus menanggung walaupun pada saat persetujuan sewa menyewa diadakan pemilik barang tidak tahu adanya cacat itu. Pasal 1552 ayat 2 KUHPerdata menegaskan, apabila si penyewa mendapat rugi sebagai akibat dari cacat itu, maka pihak yang menyewakan harus memberi ganti kerugian. Pasal diatas merupakan pasal yang melindungi kepentingan pihak penyewa, karena sebagai penyewa tidak selamanya ia mengetahui secara detil atas objek yang 81 Ibid, hlm 44 Budi Hermanto : Tinjauan Hukum Atas Pengakuan Kepemilikan Hak Atas Tanah Oleh Penyewa Studi Kasus Di Kampung Jawa Banda Aceh, 2009 akan di sewa, adakalanya setelah sewa berlangsung selama beberapa waktu barulah kelihatan kekurangan atau cacat dari objek sewa, cacat mana mungkin saja sangat merugikan penyewa, sehingga merupakan tanggung jawab pemilik rumah untuk memberi ganti rugi kepada penyewa karena telah mengeluarkan biaya sewa. Dalam perjanjian sewa menyewa pengaturan masalah resiko adalah apabila terjadi sesuatu peristiwa atas barang yang disewa, bisa saja terjadi karena disebabkan kelalaiannya atau karena keadaan yang memaksa di luar kesanggupan dan jangkauan salah satu pihak. Apabila terjadi suatu peristiwa yang menyebabkan rusaknya atau tidak dapat dipergunakan sebagai mana mestinya dikarenakan kesengajaan dari salah satu pihak, maka dalam hal ini resiko atas terjadinya peristiwa tersebut dikarenakan kesalahan pihak yang menyewakanlah yang harus bertanggung jawab atas resiko yang terjadi dan jika pihak penyewa yang melakukan kesalahan terebut maka pihak penyewalah yang harus menanggung resiko. Tetapi apabila terjadinya suatu peristiwa telah menimpa barang yang disewa disebabkan oleh suatu keadaan yang memaksa, misalnya karena bencana alam, maka dalam hal ini pihak penyewa terhindar dari tanggung jawab dan pihak yang menyewakan tidak dapat meminta tanggung jawab resiko kepada pihak penyewa.

4. Berakhirnya Perjanjian Sewa Menyewa