Hak dan Kewajiban Para Pihak

2. Memberikan kepada seseorang untuk memperoleh sesuatu hak setelah lewat jangka tertentu sesuai dengan yang ditetapkan Undang-Undang. Apabila dilihat dari segi yuridis lampau waktu merupakan suatu tanggapan hukum wetttelijk vermoeden. Dengan lampaunya waktu tertentu dianggap perjanjian telah hapus, sehingga debitur terbebas dari kewajiban pemenuhan prestasi. Disamping itu dapat pula dianggap seseorang telah memperoleh hak milik atas sesuatu setelah lewat jangka waktu tertentu. Hal ini sesuai dengan yang diatur dalam pasal 1946 KUHPerdata yang menyatakan bahwa daluarsa adalah suatu alat untuk memperoleh sesuatu atau untuk dibebaskan dari suatu perikatan dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan atas syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-undang.

6. Hak dan Kewajiban Para Pihak

Setiap debitur mempunyai kewajiban menyerahkan prestasi kepada kreditur. Dalam istilah hukum disebut ‘schuld’. Disamping itu, debitur juga mempunyai tanggung jawab bahwa ia menjamin akan memenuhi prestasi atau hutangnya dengan seluruh harta benda kekayaannya. Tanggung jawab ini disebut dengan “haftung”. 72 Apabila debitur tidak memenuhi kewajibannya dalam suatu perjanjian, ia dikatakan ingkar janji atau disebut “wanprestasi”. Seseorang dapat dikatakan wanprestasi apabila ia tidak memenuhi prestasi atau kewajibannya. Ada 2 kemungkinan yang menyebabkan tidak terpenuhinya prestasi : 1. Kesalahan debitur, baik karena kesengajaan maupun kelalaian. 72 R Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta, 1970, hlm 64. Budi Hermanto : Tinjauan Hukum Atas Pengakuan Kepemilikan Hak Atas Tanah Oleh Penyewa Studi Kasus Di Kampung Jawa Banda Aceh, 2009 Dalam hal ini, ada 4 keadaan untuk menentukan apakah seorang debitur itu dikatakan sengaja atau lalai tidak memenuhi prestasi,yaitu : a. Debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali. b. Debitur memenuhi prestasi tetapi tidak baik atau keliru c. Debitur memenuhi prestasi tetapi tidak tepat pada waktunya. d. Debitur melakukan sesuatu yang tidak diperbolehkan menurut perjanjian. 2. Karena adanya keadaan yang memaksa overmacht Yang dimaksud dengan keadaan memaksa adalah tidak dapat dipenuhinya prestasi oleh debitur karena terjadinya suatu peristiwa bukan karena kesalahannya, peristiwa mana tidak dapat diduga akan terjadi pada waktu membuat perjanjian 73 Terhadap debitur yang wanprestasi kreditur berhak untuk menuntut : a. Pemenuhan perjanjian b. Ganti Rugi c. Pemenuhan perjanjian disertai dengan ganti rugi d. Pembatalan perjanjian e. Pembatalan perjanjian dengan ganti rugi. 74 Dalam suatu perjanjian ada juga yang disebut dengan “resiko” yaitu kewajiban untuk memikul kerugian jika ada suatu kejadian diluar kesalahan salah satu pihak yang menimpa benda yang diperjanjikan. Risiko ini dapat dibedakan kedalam: 1. Risiko pada perjanjian sepihak 73 Abdulkadir Muhammad,Hukum Perikatan, Alumni, Bandung, 1997, hlm. 20 74 R Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta, 1970, hlm 75. Budi Hermanto : Tinjauan Hukum Atas Pengakuan Kepemilikan Hak Atas Tanah Oleh Penyewa Studi Kasus Di Kampung Jawa Banda Aceh, 2009 Dalam Pasal 1237 KUHPerdata dinyatakan bahwa dalam hal adanya perikatan untuk memberikan sesuatu, dari sejak perikatan itu dilahirkan risiko ditanggung oleh kreditur. Pasal 1237 KUHPerdata kemudian diperluas oleh Pasal 144 KUHPerdata, dimana ditentukan bahwa apabila dalam perikatan sepihak terjadi ingkar janji wanprestasi diluar kesalahan debitur, maka risiko ada pada pihak kreditur. 2. Risiko pada perjanjian timbal balik. Pada masalah ini para sarjana hukum mencari penyelesaian yang dibuktikan dengan suatu azas kepatutan. Menurut azas kepatutan, dalam perjanjian timbal balik risiko ditanggung oleh mereka yang melakukan prestasi Pasal 1339 KUHPerdata 75

7. Asas-Asas Dalam Hukum Perjanjian