Dalam hal ini terdapat perbedaan pendapat tentang kebolehan mudharib melakasanakan mudharabah kedua. Menurut madzhab Hanafi hal ini tidak
diperbolehkan kecuali jika modal itu diserahkan kepada pemilik modal. Golongan ini berpendapat bahwa mudharib pertama tidak bertanggung jawab terhadap modal yang
diserahkannya kepada mudharib kedua kecuali jika yang terakhir ini telah benar- benar melaksanakan perniagaan dan mendapatkan keuntungan atau kerugian.
Untuk pembiayaan mudharabah muqayyadah sesuai dengan wawancara dengan bapak Ahadduddin, pihak bank BNI syari’ah Medan mulai dari tahun 2003 sampai
tahun 2008 belum pernah menyalurkan pembiayaan mudharabah muqayyadah. Hal ini terjadi disebabkan permintaan dari pihak debitur yang datang kepada bank BNI
syari’ah Medan hanya menginginkan pembiayaan mudharabah muthlaqah saja. Kemudian bisa di pahami juga dari permintaan tujuan pembiayaan sebahagian lokasi
proyek atau usaha debitur berada di luar kota Medan.
B. Penerapan Bagi Hasil Mudharabah antara Debitur dan Bank BNI Syari’ah Medan
Sistem bagi hasil Mudharabah yang dilaksanakan oleh Bank BNI Syari’ah Medan merupakan sistem yang meliputi pembagian hasil usaha antara bank syari’ah
dengan debitur sebagai pengelola dana, pembagian hasil usaha ini dapat dilihat dari dua faktor, yaitu faktor secara langsung dang faktor tidak langsung.
D iantara yang mempengaruhi faktor secara langsung adalah : 1. Investment rate, yaitu merupakan persentase aktual dana yang diinvestasikan dari
total dana pembiayaan.
Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
2. Jumlah dana pembiayaan yang tersedia, jumlah dana ini tersedia untuk diinvestasikan meruapakan jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia
dan dana tersebut dapat dikalkulasikan dengan menggunakan salah satu metode rata-rata saldo minimum bulanan atau rata-rata total saldo harian, maka
investment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan sehingga akan terlihat hasil dari jumlah dana aktual yang dipergunakan.
3. Salah satu ciri dari mudharabah ini adalah ditentukannya nisbah sebagaimana yang telah disetujui dalam akad atau perjanjian.
4. Nisbah bagi hasil mudharabah dapat berbeda berbeda dari waktu ke waktu dalam satu pembiayaan misalnya bagi hasil bulan pertama dan bulan ketiga berbeda.
5. Nisbah bagi hasil juga dapat berbeda antara satu accout dengan account lainnya sesuai dengn besarnya dana dan jatuh temponya.
Sedangkan faktor tidak langsung terdiri dari : a.
Penentuan angka-angka pendapatan dan biaya pembiayaan mudharabah, dimana bank syari’ah dan debitur melakukan share dalam pendapatan dan biaya
profit sharing, pendapatan yang dibagai hasilkan merupakan pendapatan yang diterima dan dikurangi dari biaya-biaya, dan jika semua biaya ditanggung oleh
bank syari’ah maka hal itu disebut dengan revenue sharing. b. Kebijakan Akuntansi, dalam hal ini bagai hasil secara tidak langsung tidak
terlepas dari berjalannya aktivitas usaha yang dilaksanakan terutama dengan pengajuan dari pendapatan dan biaya.
Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Pada umunya bank syari’ah melaksanbakan sistem bagi hasil dengan cara membagi keuntungan dari hasil pendapatan dan hasil labakeuntungan, tetapi sistem
bagi hasil yang dilaksanakan di bank BNI Syari’ah Medan ini adalah sistem bagi hasil dari hasil keuntungan bukan pendapatan dari keseluruhan bisnis debitur setelah
itu baru dibagi sesuai porsi yang telah disepakati dalam akad kedua belah pihak.
147
Penetapan nisbah bagi hasil keuntungan ditentukan berdasarkan pada perkiraan keuntungan yang diperoleh debitur dibagi dengan referensi tingkat keuntungan yang
telah di tetapkan.
148
Maka tingkat keuntungan bisnisproyek yang dibiayai dihitung dengan mempertimbankan sebagai berikut :
1. Perkiraan penjualan yang meliputi dari volume penjualan setiap transaksi setiap bulan, flluktuasi hasil penjualan, rentang harga penjualan yang dapat
dinegoisasikan dan marjin keuntungan setiap transaksi. 2. Lama cash to cash cycle yang meliputi dari lama proses barang, lama persediaan
dan lamanya piutang. 3. Perkiraan biaya-biaya langsung yaitu biaya langsung yang berkaitan dengan
kegiatan penjualan seperti biaya pengangkutan, biaya pengemasan dan lain-lain. 4. Perkiraan biaya-biaya tidak langsung yaitu biaya yang tidak langsung berkaitan
dengan kegiatan penjualan, seperti biaya sewa kantor, gaji karyawan. Sedangkan penentuan nisbah bagi hasil berdasarkan pendapatan di tentukan
dengan perkiraan pendapatan yang di peroleh nasabah di bagi dengan referensi
147
Wawancara dengan Bapak Ahadduddin bagaian pemasaran di Bank BNI Syari’ah Medan Taggal 07 Agutustus 2008.
148
Adiwarman,A.Karim, Bank Islam Analsis Fiqh dan Keuangan,Op Cit,.hal 287
Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
tingkat keuntungan yang telah ditetapkan. Perkiraan tingkat pendapatan bisnis yang dibiayai dihitung dengan mempertimbangkan perkiraan penjualan, lama cash to cash
cycle dan perkiraan biaya-biaya langsung.
149
Islam menganjurkan manusia untuk selalu berusaha agar ia dapat memenuhi kebutuhan kehidupannya, untuk memulai usaha tersebut diperlukan modal atau dana
dalan menjalankan bisnis yang dimaksud, adakalanya orang mendapatkan modal dari simpanannya atau bisa dari keluarganya dan adapula yang meminjam kepada rekan-
rekannya, maka jika dari semua hal tersebut tidak mampu menolong atau tersedia modal, disinilah peran dari institusi lembaga keuangan syari’ah untuk membantu
mereka yang mau dalam berusaha, karena lembaga keuangan syari’ah yang nota benenya bank syari’ah menyediakan modal bagi para debitur yang membutuhkan
dana tersebut. Hubungan pinjam meminjam tidak dilarang dalam Islam bahkan dianjurkan
agar ending dari perbuatan peminjaman tersebut dapat memberi keuntungan kepada kedua belah pihak. Dalam perbankan syari’ah sebenarnya penggunaan kata pinjam
meminjam kurang tepat digunakan, karena pinjaman merupakan akad sosial bukan akad komersial artinya bila sesorang meminjam sesuatu ia tidak boleh disyaratkan
untuk memberikan sesuatu tambahan atas pokok pinjamannya sehingga yang demikian tersebut tergolong kepada peebuatan riba, hal ini didasarkan kepada surah
Al-Bagarah ayat 275 yang berbunyi sebagai berikut :
149
Ibid, hal.288
Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Orang-orang yang memakan atau mengambil riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syetan lantaran tekanan penyakit gila.
150
Jika seseorang datang kepada bank syari’ah dan ingin memperoleh dana untuk usahanya, maka bank syari’ah dan debitur tersebut dapat menyepakati kerja sama
yang saling menguntungkan, seumpama seorang pedagang yang memerlukan modal untuk berbisnis, ia dapat mengajukan permohonan pembiayaan bagi hasil
mudharabah denmgan cara membuat pleaning bisnis seperti menghitung perkiraan pendapatan yang akan diperoleh dari dagangan atau usahanya tersebut.
Bagi bank BNI Syari’ah Medan menerapkan konsep bagi hasil mudharabah, dengan melihat kepada tujuan dari pembiayaan yang diminta oleh debitur mereka,
artinya penerapan bagi hasil atau keuntungan yang akan diperoleh sangat berpariasi tergantung kepada kesepakatan antara debitur dengan bank BNI Syari’ah tersebut, hal
ini dapat dicontohkan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel .2 Persentase Nisbah Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah
No. Tujuan Pembiayaan Mudharabah Nisbah Bagi Hasil
1. 2.
3. Untuk Usaha Konstruksi, proyek dan
produksi Untuk Usaha Perumahan real estate
Untuk Usaha Distributor barangjasa 60 kepada Debitur dan 40
bagi bank BNI. 90 kepada debitur dan 10
bagi bank BNI 80 kepada debitur dan 20
bagi bank BNI Syari’ah Medan
Sumber data : Hasil wawancara dengan Ahadduddin bagian Pemasaran di Bank BNI Syari’ah Medan
150
Departemen Agama,Op Cit, hal.69.
Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa bank BNI syari’ah Medan menerapkan nisbah bagi hasil ketika dalam proses ada atau perjanjian pembiayaan mudharabah
tergantung kepada tujuan bisnis atau usaha yang akan dijalankan oleh debitur, tentu saja dengan melihat angka atau persentase keuntungan dari prospek dari proyek
tersebut.
C. Hambatan pelaksanaan Bagi Hasil Mudharabah di Bank BNI Syari’ah Medan