Penyelesaian Sengketa Di Bank BNI Syari’ah Medan

ketika keuntungan usaha meningkat pesat, nasabah pun membayar lebih tinggi secara nilai namun tetap secara nisbah. 3. Karena kondisi alam dan situasi ekonomi yang tidak stabil, sehingga modal pembiayaan yang diperkiran semula dalam pleaning bisnis bisa lari dan jauh dari pada apa yang direncanakan.

D. Penyelesaian Sengketa Di Bank BNI Syari’ah Medan

Dalam hukum perikatan Islam penyelesaian sengketa pada prinsipnya boleh dilaksanakan dengan tiga jalan, yaitu: 1. Dengan jalan perdamaian sulhu Dalam fiqh Islam pengertian penyelesaian sengketa dengan jalan perdamaian sulhu adalah akad untuk menyelesaikan suatu masalah atau perselisihan sehingga menjadi perdamaian, 151 atau dengan pengertia lain suatu jenis akad itu mengakhiri perlawanan antara dua orang yang saling berlawanan atau untuk mengakhiri sengketa. 152 maka ketika debitur mengalami perselisihan dengan pihak bank syari’ah maka pihak debitur dan bank dapat melakukan sulhu tanpa menyelesaikan masalah melalui jalur hukum. Ada beberapa cara yang ditawarkan fiqh Islam dalam penyelesaian secara sulhu, yaitu : 151 Hasballah Thaib,Op Cit,.hal. 146. 152 Gemala Dewi,dkk, Hukum Perikatan Islam Di Indonesia ,Op Cit,.hal 80. Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 a. Dengan Ibra’ yaitu dengan cara membebaskan atau melepaskan atau menghilangkan utang seorang debitur oleh pihak bank syri’ah, menurut jumhur ulama ibra’ diterima dalam keadaan sebagai berikut : 1. Apabila Ibra’ tersebut diberlakukan dalam masalah pengalihan hutang. 2. Apabila orang yang berutang meminta utangnya digugurkan, lalu diqabulkan oleh pihak yang memberi utang. 3. Apabila sebelumnya orang yang berutang telah menerima pernyataan Ibra’ dan pemberi utang. 153 Pada hakekatnya penyelesaian sengketa dengan jalan perdamaian atau musyawarah merupakan suatu penyelesaian yang sesuai dengan kultur kita sebagai orang yang beradat dan orang timur, tetapi pada kenyataannya mungkin akan begitu sulit untuk mewujudkannya, hal ini disebabkan pada umunya para pihak menganggap remeh terhadap hal-hal yang kelihatannya sepele, tapi para pihak tidak menyadari hal yang dianggap begitu sepele terkadang akan membawa perkara dibelakang hari. 2. Dengan Atbitrase Tahkim Penyelesaian sengketa dengan jalan tahkim adalah suatu penyelesaian dengan cara penunjukan seseorang atau lebih sebagai wasit atau juru damai oleh dua orang atau lebih yang bersengketa gua menyelesaikan perkara yang mereka perselisihkan secara damai. 154 Pengertian tahkim disini boleh menunjuk dengan suka rela seseorang 153 Hasballah Thaib, Op Cit,.hal.147. 154 Gemala Dewi,dkk, Hukum Perikatan Islam Di Indonesia ,Op Cit,.hal 80. Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 atau lembaga yang dianggap mampu adil dalam menyelesaikan perselisihan diantara dua belah pihak yang bersengketa. Dalam Al-Qur’an surah An Nisa ayat 35 menyatakan : Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan hakam dari keluarga perempuan, jika kedua hakam itu bermaksud mengadakan pebaikan nicaya Allah memberi taufik kepada suami istri itu, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. 155 Juga dalam surah Al-Hujarat ayat 9 disebutkan sebagai berikut: Dan Jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin yang berperang maka damaikanlah antara keduanya, jika salah satu dari dua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan golongan yang lain, maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah, jika golongan itu telah kembali maka damaikanlah diantara kedaunya dengan adil dan berlaku adillah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. 156 Maka ketika para pelaku ekonomi syari’ah dalam menjalankan kegiatannya berdasarkan syari’ah dengan serta merta akan melangsungkan hubungan kemitraan dengan sistem syari’ah pula, dan bila mana hubungan tersebut terjadi atau berakhir dengan sebuah kecedaraan prilaku salah satu pihak dalam istilah lain perselisihan maka kedua belah pihak bias memusyawarahkannya terlebih dahulu sebagaima yang 155 Al-Qur’an dan Terjemahannya, Op Cit,.hal 69. 156 Ibid,. hal 1972. Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 disebutkan di atas, dan jika hal teersebut juga tidak tercapai kesepakatan maka kedua belah pihak dapat menunjuk seseorang atan lembaga yang diyakini mampu untuk adil dalam perkara mereka. Sebagaimana di ketahui bahwa pelaku bisnis juga manusia biasa yang tidak terlepas dari apa yang di kenal dengan masalah, maka masalah yang bisa berawal dari diri mereka sendiri atau bisa juga berawal dari pihak rekan atau mitra bisnis mereka, untuk itu kedua belah pihak membutuhkan solusi agar ketenangan hidup yang didambakan oleh setiap manusia dalam bermasyarkat dapat terwujud. 157 Supaya masalah yang terjadi tidak di adili oleh pengadilan, para pihak yang mempunyai perkara dalam keterikatan perjanjian bila mereka menginginkan dapat diadili secara tahkim dalam istilah sekarang dengan jalan Arbitrase, dan hal ini bisa dilakukan oleh para pihak dengan cara : a. Membuat suatu perjanjian tersendiri yang khusus menyetakan keinginan para pihak tersebut untuk menyerahkan masalahnya diadili secara arbitrase, perjanjian khusus ini ada dibuat setelah perjanjian pokok disebut sebagai akta kom promis. b. Mencantumkan dalam perjanjian pokoknya suatu bagaian atau kalusula yang berisi tentang keinginan para pihak untuk menyerahkan masalah yang timbul dan perjanjian tersebut diselesaikan secara arbitrase. 158 Di Indonesia memberikan peluang dan jalan terhadap penyelesaian sengketa syari’ah selain di pengadilan yaitu di badan Arbitrase Syari’ah Nasional 157 Abdul Ghofur Anshori, Pokok-pokok Hukum Perjanjian Islam Di Indonesia, Op Cit,.hal 143. 158 Hasballah Thaib, Op cit, hal.148. Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 BASYARNAS, dengan syarat bahwa kedua belah pihak telah sepakat untuk menyelesaikan masalah mereka di BASYARNAS tersebut, tapi jika salah satu tidak setuju maka persolaan atau sengketa tersebut tidak bisa dengan jalan Arbitrse yang dimaksud. BASYARNAS adalah lembaga parmanen yang didirikan oleh MUI Indonesia yang berfungsi menyelesaikan kemungkinan terjadinya sengketa muamalah yang timbul dalam perdagangan, industri, keuangan, untuk itu lemabaga ini harus menampilkan kemampuan dalam menyelesaikan persengketaan secara baik dan memuaskan. Dalam PBI7462005 juga terkait dengan penyelesaian sengketa dalam perbankan syari’ah, hal itu diatur dalam ketentuan Bab II Pasal 20 tentang penyelesaian sengketa bank dengan nasabah, yaitu: Dalam hal salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana diperjanjikan dalam akad atau jika terjadi perselisihan di antara bank dan nasabah maka penyelesaian dilakukan dengan musyawarah, dalam musyawarah dimaksud tidak tercapai kesepakatan, maka penyelesaian lebih lanjut dapat dilakukan melalui alternative penyelesaian sengketa atau badan arbitrase syari’ah. 159 Dengan demikian penyelesaian sengketa denga jalan arbitrase boleh dilakukan oleh para pihak yang berselisih, karena selain penyelesaiannya relative 159 . Abdul Ghofur Anshori, Pokok-pokok Hukum Perjanjian Islam Di Indonesia, Op Cit,.hal 153. Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 cepat, kerahasian para pihak yang bersengketa tetap terjaga mengingat sidang arbitrase adalah tertutup untuk umum. Mengenai manfaat dalam penyelesaian sengketa melali arbitrase adalah sebagi berikut : 1. Hakim partikulir adalah pilihan para pihak dan sudah merupakan orang yang ahli dalam masalahnya. 2. Prosesnya cepat apabila dibandingkan dengan peradilan Negara, karena umumnya merupakan keputusan yang sudah final dan mengikat dan menurut Pasal 620 reglement op de burgeijk rechts vorering RV paling lama 6 bulan harus sudah diselesaikan. 3. Putusan arbitrase ini dapat dilaksanakan eksekusi di luar negeri. 160 Namun jika para pihak tidak menyebutkan di dalam perjanjian atau akad mereka bahwa BASYARNAS adalah tempat penyelesaian sengketa bila terjadi, maka secara singkat dapat dikatakan bahwa lembaga yang berwenang dalam menyelesaikan sengketa di bidang perekonomian syari’ah adalah Pengadilan Agama berdasarkan keputusan No.3 tahun 2006 tentang perubahan UU No. 7 Tahun 1984 Tentang Peradilan Agama. Sesuai Undang-undang No.3 Tahun 2006 Pasal 49 poin i menyebutkan bahwa Peradilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang perkawinan, waris, wasiat, hibah, zakat, infaq, shadaqah dan ekonomi syari’ah. 160 Hasballah Thaib, Op Cit,.hal.150. Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 Berdasarkan isi pasal tersebut di atas telah memasukkan perkara ekonomi syari’ah menjadi wewenang Peradilan Agama untuk menyelesaikannya. Maksud ekonomi syari’ah di sini adalah perbuatan atau kegiatan usaha yang dilaksankan menurut prinsip syari’ah yang meliputi dari bank syari’ah. 161 Ekonomi syari’ah dapat dilihat dalam dua disiplin ilmu yaitu ilmu ekonomi Islam dan ilmu hukum ekonomi Islam. Dengan demikian alasan disiplin ilmu ini merupakan salah satu kenapa ekonomi syari’ah dalam pasal 49 poin i menjadi wewenang lembaga Peradilan Agama. Kemudian karena berhubungan dengan ilmu hukum ekonomi para hakim di lingkungan Peradilan Agama harus lebih memperdalaminya lebih lanjut. 162 Selain alasan ekonomi syari’ah di atas sebenarnya tidak sulit di pahami kenapa Peradilan Agama yang berwenang menangani kasus sengketa di bank Syari’ah. Hal ini dapat di analisa bahwa orang-orang yang berada di lingkungan Peradilan Umum bukan ahlinya di bidang syari’ah. Kemudian para hakimnya pun tidak berlatar belakang pendidikan syari’ah. Oleh sebab itu sudah tepat bila terjadi gugatan syari’ah di serahkan ke Peradilan Agama yang pada umumnya para hakimnya mempunyai latar belakang pendidikan syari’ah. 163 161 http:pa-pangkalpinang.pta-tabel-netimagesstoriesartikelmakalah20abdul20manan. pdf.di akses pada hari rabu tanggal 9 Juli 2008. 162 http:pa-pangkalpinang.pta-tabel-netimagesstoriesartikelmakalah20abdul20 manan. pdf.di akses pada hari rabu tanggal 9 Juli 2008. 163 http:syari’ah-online.orgruutanggapan-terhadap-usulan-pemerintah-naskah-ruu-perbankan -syariE28090ahdefault.asp. Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 Dengan terjadinya hal seperti ini tentu dengan sendirinya akan meresahkan masyarakat terutama bagi dunia bisnis, sebab bagi pelaku bisnis penyelesaian yang menimbulkan permusuhan akan dapat mengganggu kenerja pebisnis dalam menggerakkan roda perekonomian mereka. 164 Untuk itu diperlukan suatu institusi baru yang lebih efesien dan efektif dalam menyelesaikan sengketa dan melahirkan kesepakatan yang bersifat win-win solution menjaga kerahasain para pihak dan menyelesaikan masalah secara komperehensif di dalam kebersamaan dengan tetap menjaga hubungan baik. 165 3. Dengan Proses Peradilan al-Qhada Ulama fiqhiyah mengartikan al-qhada dengan kalimat memutuskan atau menetapkan, lebih lanjut disebutkan bahwa al-qhada adalah menetapkan hukum syara’ pada suatu peristiwa atau sengketa untuk menyelesaikan secara adil dan mengikat. 166 Islam sebagai agama yang diturunkan melalui wahyu merupakan agama yang komperehensif dan way of life bagi setiap diri muslim, yang tentu saja dalam ajaran agama ini telah megatur bagaimana langkah-langkah yang seharusnya ditempuh oleh setiap ummat Islam ketika menghadapi perselisihan atau sengketa dengan orang lain, untuk itu Islam mengenalkan tiga model kekuasaan penegak hukum dalam memutuskan perkara. 164 Wirdyaningsih, Op Cit, hal 274. 165 Ibid, hal 275. 166 Gemala Dewi,dkk, Hukum Perikatan Islam Di Indonesia ,Op Cit,.hal 89. Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 Pertama, Al-qadla yaitu kekuasaaan yang berwenang menyelesaikan masalah- masalah al-ahwal asy-syakhsiyah masalah keperdataan termasuk masalah keluarga, masalah jinayat pidana, dan tugas tambahan lainnya. Kedua, Al-hisbah yaitu merupakan lembaga resmi negara yang berwenang untuk menyelesaikan masalah-masalah berupa pelanggaran ringan yang menurut sifatnya tidak memerlukan proses peradilan, seumpama sengketa pengurangan timbangan yang terjadi dalam sengketa jual beli. Ketiga, Al-mudzalim yaitu badan yang dibentuk oleh pemerintah khusus untuk membela orang-orang yang teraniaya akibat sikap semena-mena penguasa negara, juga masalah suap dan korupsi. 167 Penyelesaian sengketa melalui peradilan berarti melewati beberapa proses, salah satunya adalah proses yang dianggap penting yaitu proses pembuktian, dalam hal ini alat bukti adalah: 1. Ikrar yaitu pengakuan tentang tindakan dari debitur 2. Shahadat penyaksian c. Yamin sumpah 3. Diddah murtad 4. Muktabah yaitu bukti-bukti tertulis, seperti akte. 5.Tabayyun yaitu upaya perolehan kejelasan yang dilakukan oleh pemeriksaan mejelis peradilan. 168 167 Abdul Ghofur Anshori, Pokok-pokok Hukum Perjanjian Islam Di Indonesia, Op Cit,.hal 143. Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 Sedangkan alat bukti dalam Hukum Perdata, sesuai dengan pasal 164 HIR, yaitu: Alat bukti tertulis yaitu akta autentik dan akta bawah tangan. a. Keterangan saksi b. Pengakuan c. Pengetahuanpersangkaan hakim. Secara umum alat bukti dalam hukum Islam dan hukum perdata hampir sama, cuma perbedaannya adalah terletak pada fungsi alat bukti yamin sumpah, yang berlafazkan seperti, Demi Allah kalimat awalnya, sedangkan pada hukum positif adalah pengakuan saja. Sebenarnya konflik akan terjadi bila dua pihak atau lebih dihadapkan pada perbedaan kepentingan yang kemudian berkembang menjadi sebuah sengketa baik pihak yang merasa dirugikan karena merasa tidak puas atas keprihatinannya baik secara langsung terhadap pihak yang dianggap atau penyebab kerugianya tersebut. Sepintas sebenarnya penyelesaian melalui peradilan masih dianggap sebahagian orang dapat memberikan keputusan yang adil, namun bagi sebahagian lainnya menganggap peradilan belum mampu merangkul kepentingan bersama, bahkan cenderung menimbulkan masalah baru, lambat dalam penyelesaian, membutuhkan biaya yang mahal, tidak responsif dan memumbuhkan kembangkan permusuhan diantara para pihak yang bersengketa. 168 Gemala Dewi,dkk, Hukum Perikatan Islam Di Indonesia ,Op Cit,.hal 89. Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 Akan tetapi pada prinsipnya penegakan hukum hanya dapat dilakukan salah satunya dengan kekuasaan kehakiman judical power yang dilembagakan secara konstitusional yang lazim disebut dengan badan yudikatif, dengan demikian wewenang memeriksa, mengadili sengketa hanya badan peradilan yang berwenang sesuai dengan kekuasaan kehakiman yang juga merupakan derivate dari Mahkamah Agung Republik Indonesia. 169 Hal tersebut telah ditegaskan dalam Undang-undang No. 4 Tahun 2004 Pasal 2 tentang kekuasaan kehakiman yang menyebutkan bahwa yang berwenang dan berfungsi melaksanakan peradilan hanya badan peradilan, baik di lingkungan Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, Peradilan Tata Usaha Negara dan Peradilan Mahkamah Konstitusi. Maka diluar itu dianggap bertentangan dengan under the outhority of law. Dalam Undang-Undang No.4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman tidak disebutkan ke peradilan mana sengketa syari’ah tersebut ditugaskan. Bahkan Undang- undang ini justru menjadi alas pijak lahirnya Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama yang mengamanhkan supaya menangani persoalan ekonomi syari’ah. Walaupun demikian masih tetap terjadi tarik menarik wewenang terhadap penyelesaian sengketa syari’ah ini, dengan bukti masih banyak bank syari’ah yang belum mamakai jasa Peradilan Agama sebagai tempat penyelesaian sengketa mereka yang seharusnya di tuangkan dalam akad atau kontrak pembiayaan di maksud. 169 Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam Di Indonesia,Op Cit,.hal 208. Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 Untuk itu ada beberapa alas an yang menyebabkan Peradilan Umum masih dianggap sebagai institusi penyelesaian sengketa syari’ah, yaitu sebagai berikut : 1. Bahwa realisasi dari kontrak bisnis di lembaga keungan syari’ah sebahagiannya masih mengaju kepada ketentuan Bab III KUH Perdata, yang merupakan terjemahan dari burgelijk wetboek BW sehingga untuk memulai suatu transaksi secara syari’ah tidak terlepas dai pada KUH Perdata yang ada. 170 2. Wewenang Pengadilan Umum juga menangani di bidang bisnis, maka pada Pengadilan umum tersebut dapat disediakan kamar yang memeriksa kasus bisnis syari’ah seperti Pengadilan Niaga yang berada di bawah pengadilan Umum. 3. Menghindari gesekan-gesekan politis yang masih a priori terhadap Islam sehingga memperlambat lajunya pelaksanaan sistem ekonomi syari’ah. Namun pada pengadilan Umum ini juga terdapat kelemahan, jika penyelesaian sengketa syari’ah di berikan kepada badan ini, yaitu : a.Para aparatur hukum belum tentu mengusai permasalahan syari’ah b.Belum ada hukum materil yang khusus menyangkut bisnis syari’ah yang bisa dijadikan patokan para hakim di Pengadilan Umum. Dari hal tersebut di atas sebagai rujukan dalam penyelesaian sengketa yang terjadi di dalam perbankan syari’ah, bagi bank BNI syari’ah Medan jika harus mendapat persoalan atau sengketa antara debitur dengan mereka tentang hal yang 170 http:agustianto.nirlah.com20080403 peradilan-agama-dan-sengketa-ekonomi-syariah, di akses pada hari Rabu tanggal 9 bulan Juli 2008. Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 tercantum dalam akad mereka, pihak BNI syari’ah Medan lebih mengedapankan penyelesaian secara musyawarah dan mufakat, karena dengan musyawarah lebih mencerminkan keIslamian dan melahirkan hasil yang memuaskan bagi para pihak yang bersengketa. Jika tida ada kata sepakat antara debitur dan bank BNI syari’ah Medan, maka persoalan tentang yang disengketakan mereka dapat menghunjuk Badan Arbitrase Syari’ah Nasional yang ada di daerah, dan jika juga tidak dapat terselesaikan hal ini baru diselesaikan melalui Pengadilan Niaga yang berada di bawah naungan pengadilan Negeri Medan. 171 Dengan demikian penyelesaian sengketa di bank BNI syari’ah Medan masih berpatokan kepada aturan yang lama bukan kepada Undang-undang No 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama yang sudah di beri wewenang untuk menyelesaikan perkara ekonomi syari’ah yang termasuk kategori perkara di bank-bank syari’ah. 171 Hasil wawancara dengan bapak Ahadduddin di bank BNI Syari’ah Medan. Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008. USU e-Repository © 2008

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Baku Pembiayaan Murabahah Pada Bank Syari’ah (Studi Pada Bank Syari’ah Mandiri Pematangsiantar

3 60 112

Analisa Prinsip Bagi Hasil (Mudharabah) pada Bank Perkreditan Rakyat Syariah Gebu Prima Medan

0 18 101

Evaluasi Efektifitas Sistem Pembiayaan Mudharabah pada Bank BNI Syariah

0 17 130

Asas Perlindungan Nasabah Debitur Berdasarkan Sistem Bank Syari''ah

0 13 5

Analisis Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan Dengan Prinsip Mudharabah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan

4 77 167

Analisis perbandingan kinerja antara bank konvensional dan bank syari'ah

0 4 51

PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL PROGRAM TABUNGAN MUDHARABAH, DEPOSITO MUDHARABAH, SERTA GIRO WADI’AH Penerapan Sistem Bagi Hasil Program Tabungan Mudharabah, Deposito Mudharabah, Serta Giro Wadi’ah (Studi Kasus Di Bank Syariah Bukopin, Bank Muamalat, Dan Ban

0 4 13

PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL PROGRAM TABUNGANMUDHARABAH, DEPOSITO MUDHARABAH, SERTA GIRO WADI’AH Penerapan Sistem Bagi Hasil Program Tabungan Mudharabah, Deposito Mudharabah, Serta Giro Wadi’ah (Studi Kasus Di Bank Syariah Bukopin, Bank Muamalat, Dan Bank

0 1 17

HUBUNGAN SISTEM BAGI HASIL DI LEMBAGA KEUANGAN SYARI’AH DENGAN KEINGINAN NASABAH UNTUK BERINVESTASI HUBUNGAN SISTEM BAGI HASIL DI LEMBAGA KEUANGAN SYARI’AH DENGAN KEINGINAN NASABAH UNTUK BERINVESTASI DIPERBANKAN SYARIAH (SURVEY PADA BANK SYARI’AH DI SUR

1 2 12

PERJANJIAN BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUSYARAKAH ANTARA NASABAH DENGAN BANK PADA PT BANK BNI SYARIAH CABANG PADANG.

0 1 21