Perjanjian Mudharabah Pada Bank BNI Syari’ah Medan

BAB IV MEKANISME PELAKSANAAN PERJANJIAN

BAGI HASIL MUDHARABAH ANTARA DEBITUR DENGAN BANK BNI SYARI’AH MEDAN.

A. Perjanjian Mudharabah Pada Bank BNI Syari’ah Medan

Perjanjian mudharabah merupakan salah satu produk bagi hasil yang dilaksanakan oleh bank BNI syari’ah Medan. Berdasarkan prinsip syari’ah pada umumnya bank BNI syari’ah Medan lebih menekankan kepada pembiayaan mudharabah terhadap konstruksi atau proyek, produksi, perumahan real estate dan distributor barang atau jasa, namun tetap tidak mengesampingkan pembiayaan terhadap usaha-usaha yang lain sepanjang tidak bertentangan dengan syari’at Islam. 121 Secara umum perjanjian pembiayaan mudharabah di bank syari’ah terdiri dari beberapa unsur yaitu : 1. Bank syari’ah bertindak sebagai shahibul mall secara penuh dan debitur atau mudharib sebagai pengelola kegiatan dalam usaha. 2. Jangka waktu pembiayaan, yaitu masa pengembalian dana dan pembagian keuntungan berdasrkan yang disepakati dalam akadkontrak. 3. Bank syari’ah tidak ikut serta dalam pengelolaan usaha debitur atau mudharib. 4. Pembiayaan yang diberikan dalam bentuk uang dan dinyatakan jumlahnya. 121 Wawancara dengan Kabid.Pemasaran Bank BNI Syari’ah Bapak Ahaddudin Medan, pada hari senin tanggal 16 juni 2008. 64 Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 5. Pembagian keuntungan dari pengeloaan dana dinyatakan dalam bentuk nisbah yang disepakti bersama. 6. Nisbah bagi hasil yang disepakati tidak dapat diubah sepanjang waktu investasi, kecuali atas dasar kesepakatan kedua belah pihak dan tidak berlaku surut. 7. Bank syari’ah meminta jaminan atau ada orang yang menjaminkan untuk mengatasi resiko apabila nasabah debitur atau mudharib tidak memenuhi kewajiban dengan niat curang atau lalai. 122 Sesuai dengan jenis-jenis pembiayaan mudharabah yang terdapat dalam fiqh Islam, bank BNI syari’ah Medan juga menerapkan prinsip pembiayaan mudharabah kepada dua jenis, yaitu pembiayaan mudharabah muthlaqah dan pembiayaan mudharabah muqayyadah. a. Pembiayaan Mudharabah Muthlaqah. Pada jenis pembiayaan mudharabah muthlaqah bank BNI syari’ah Medan memberikan fasilitas dan otoritas serta hak sepenuhnya kepada mudharib atau debitur untuk melakukan usaha dan mengelola dana yang diperoleh dari pembiayaan mudharabah ini sesuai dengan yang dinginkannya dan hal tersebut akan disebutkan dalam perjanjian atau akadkontrak yang disepakati oleh kedua belah pihak. Untuk pembiayaan mudharabah muthlaqah ini pihak bank BNI syari’ah Medan membaginya kepada dua kelompok mudharib, yaitu Mudharib perorangan dan Mudharib badan usaha 122 Abdul Ghofur Ansory, Op Cit,. hal.66. Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 Pada perjanjian atau akad pembiayaan mudharabah muthlaqah pada umunya memuat tentang hal-hal sebagai berikut : 1. Menerangkan pihak-pihak yang hendak berakadberkontrak. 123 Pada tahap ini akan diterangakan dengan jelas pihak-pihak yang akan berakad yaitu bank BNI syari’ah Medan yang akan diwakili oleh pimpinan atau perwakilan dari direksi bank, dan debitur sebagai orang atau badan usaha yang disebut sebagai penerima pembiayaan. Penjelasan tentang pihak-pihak yang berkontrak dalam akad merupakan salah satu unsur pokok dalam sebuah perjanjian pembiayaan mudharabah yang mempunyai hubungan kepada klausula akad sesudahnya. 124 Artinya melalui penyebutan siapa- siapa yang akan menikatkan diri dalam kontrak akan memberikan gambaran terhadap tujuan dari pada pembiayaan mudharabah yang di berikan. Peristiwa tentang mengikatkan diri oleh pihak-pihak yang ingin berakad menimbulkan konsekuwensi hukum yang hampir senada dengan hukum positif, yaitu adanya kebebasan para pihak untuk membuat satu jenis akad dan mengakhirinya. Secara umum kebebasan berkontrak mengandung lima 5 makna, sebagai berikut : a. Kebebasan bagi para pihak untuk mengawali dan mengakhiri kontrak b. Kebebasan untuk menentukan dengan siapa para pihak akan membuat kontrak. c. Kebebasan bagi para pihak untuk menentukan bentuk kontrak 123 DrafKonsep Akad Pembiayaan Mudharabah di Bank BNI Syari’ah Medan, hal 1. 124 Lihat Unsur-Unsur Perjanjian Dalam Hukum Islam di Bab III. Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 d. Kebebasan bagi para pihak untuk menentukan isi kontrak e. Kebebasan bagi para pihak untuk menentukan cara pembuatan kontrak 125 2. Menerangkan tentang maksimum dari pembiayaan. 126 Pada tahap ini akan dijelaskan bank BNI Syari’ah Medan akan menyediakan dana pembiayaan dalam bentuk uang kepada debitur dengan jumlah yang telah disepakati kedua belah pihak, biasanya bank BNI syari’ah Medan tidak memberikan batasan jumlah pembiyaaan, namun untuk nilai minimal dalam pembiayaan mudharabah ini adalah Rp. 50.000.000 ,- lima puluh juta rupiah. Sedangkan untuk jumlah maksimumnya bank BNI syari’ah Medan tidak membatasinya, tetapi disesuaikan dengan nilai jaminan yang diberikan oleh debitur. Seperti jaminannya adalah sertifikat tanah, jika nilai harga dari tanah tersebut adalah 50.000.000,- maka batas maksimal dana yang akan diperoleh debitur adalah nilai harga tanah dikali 75 , maka dari hasil tersebut menjadi batas maksimal bagi pembiayaan mudharabah ini. 3. Tujuan dari pembiayaan. 127 Dalam hal ini akan dijelaskan tentang tujuan dari pembiayaan yang diberikan apakah untuk proyek atau dagang atau untuk usaha yang lainnya, tetapi pada bank BNI syari’ah Medan lebih cenderung atau lebih banyak memberikan pembiayaan mudharabah kepada tujuan proyek seperti konstruksi bangunan dan jalan, industri dan lain-lain. 125 Abdul Ghofur Ansory, Op Cit,. hal.3 126 DrafKonsep Akad Pembiayaan Mudharabah di Bank BNI Syari’ah Medan, hal 2. 127 Ibid, hal.2. Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 Tabel .1 Peningkatan Pembiayaan Mudharabah Bank BNI Syari’ah Medan No. Tahun Pembiayaan Jumlah Debitur 1. 2. 3. 4. 5. 6. 2003 2004 2005 2006 2007 2008 1 2 5 10 15 15 Sumber data : Hasil wawancara dengan Ahadduddin bagian Pemasaran di Bank BNI Syariah Medan 4. Jangka waktu pembiayaan 128 Pada klausula akad pembiayaan mudharabah tentang jangka waktu sebenarnya diserahkan kepada pihak debitur, artinya tergantung kemauan dan kemampuan debitur dalam mengemban amanah modal yang diberikan kapan debitur tersebut sanggup menyelesaikan kewajibannya. Pihak debitur bebas menentukan batas waktu pengembalian pembiayaan ini, tetapi biasanya jangka waktu ini dapat dilihat dari sektor usaha yang dikelola debitur, seperti pada proyek pembangunan perumahan atau real estate dalam pembiayaan ini mempunyai jangka waktu yang cukup lama yaitu 5 lima tahun, sedangkan dalam proyek pengadaan atau distribusi barang pupuk misalnya hanya membutukan jangka waktu 2 dua bulan, jadi dalam jangka waktu ini melihat kepada tujuan pembiayaan yang diberikan. Kemudian dalam klusula ini juga dijelaskan kapan berakhirnya pembiayaan dan pengembalian modal yang diberikan bank BNI syari’ah Medan kepada debitur. 128 Ibid, hal.3 Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 5. Realisasi pembiayaan 129 Pada realisasi pembiayaan dapat dilakukan dengan cara sekaligus atau bisa juga dengan bertahap, dengan catatan harus ada persetujuan sebelumnya dari pihak bank dan debitur, jika dilihat dari tujuan pembiayaan di dalam bank BNI Syari’ah Medan yang condong terhadap proyek lebih dominan realisasi dana pembiayaan tersebut dengan sekaligus. 6. Menerangkan nisbah bagi Hasil Pihak bank BNI syari’ah Medan dan pihak debitur harus menyepakati terlebih dahulu tentang berlakunya nisbah bagi hasil atau pembagian keuntungan berdasarkan dengan akad mudharabah di dalam perjanjian. Artinya dalam tahap ini dijelaskan berapa persen bahagian yang akan diperoleh bank sebagai pemilik modal dan seberapa pula bahagian debitur. Pada umumnya yang terjadi dalam pembagian keuntungan dapat dilihat bahwa bahagian debitur selalu lebih banyak ketimbang dari pihak bank BNI syari’ah Medan. Pembagian keuntungan merupakan hal yang paling urgen dalam satu pembiayaan selain dari pengembalian pokoknya, maka pembayaran nisbah keuntungan dilakukan pada tiap-tiap bulan dengan menyebutkan tanggal pembayaran dan cara pembayarannya, apakah dengan menyetor langsung ke bank atau melalui transfer tergantung kesepekatan yang dibangun. Satu hal yang terpenting dalam hal ini adalah bahwa nisbah bagi hasil ini dapat berubah sewaktu-waktu artinya pada bulan pertama dengan bulan ketiga misalnya 129 Ibid, hal.3 Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 bisa berbeda. Hal ini disebabkan keuntungan yang didapat debitur pada bulan ini belum dapat dipastikan sama dengan bulan yang akan datang, sebagaimana dalam akad atau kontrak pembiayaan mudharabah bank BNI syari’ah pada Pasal 7 poin 3 tentang Nisbah bagi hasil yang berbunyi : Ketentuan Nisbah Bagi Hasil sebagaimana disebutkan dalam ayat 1 Pasal ini adalah berdasarkan hasil usaha sesuai dengan laporan keuangan Penerima Pembiayaan, dan perhitungan Nisbah bagi hasil ini dapat diubah sewaktu- waktu sesuai dengan kesepakatan Para Pihak. 130 Melihat tujuan pembiayaan mudharabah yang disalurkan bank BNI Syari’ah Medan kepada usaha proyek atau konstruksi, usaha produksi porsi bagi hasil antara bank BNI Syari’ah Medan dengan debitur adalah 60 dari hasil keuntungan untuk pihak pengusaha atau debitur dan 40 bahagian bank. Dan untuk usaha perumahan real estate porsi bagi hasil keuntungannya adalah 90 untuk debitur 10 untuk bank, untuk usaha distributor barangjasa nisbah bagi hasil diantara mereka adalah 80 untuk debitur 20 bagian bank BNI Syari’ah Medan. 131 Dari praktek pembagian keuntungan antara bank BNI syari’ah Medan pada hakekatnya lebih memberikan keuntungan yang lebih banyak kepada pengusaha atau debitur. Pemberian keuntungan yang lebih besar kepada pihak debitur merupakan pengamalan dari prinsip syari’ah tentang keadilan dan asas tolong menolong dan 130 DrafKonsep Akad Pembiayaan Mudharabah di Bank BNI Syari’ah Medan, hal 3. 131 Wawancara dengan bapak Ahadduddin di Bank BNI Syari’ah Medan tanggal 16 Juli 2008. Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 memberikan kepentingan utama kepada nilai-nilai norma persaudaraan manusia dan keadilan sosial ekonomi. 132 7. Menerangkan tentang denda atau ganti rugi Dalam hal denda dapat berlaku ketika debitur terlambat mengembalikan pokok pembiayaan dengan denda 5 pertahun dan hasil yang diperoleh dari denda ini akan disalurkan untuk kegiatan sosial.hal ini bisa dipahami dari pasal 9 ayat 1 dan 2 tentang denda dang anti rugi yang menyebutkan: Pada ayat 1 : Apabila Penerima Pembiayaan tidak atau terlambat melakukan pengembalian pokok pembiayaan dan bagi hasil sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat 2 dan Pasal 8 ayat 1 Akad ini, maka Penerima Pembiayaan dikenakan denda sebesar 5 pertahun dan harus dibayar lunas oleh Penerima Pembiayaan kepada Bank yang selanjutnya akan digunakan untuk kepentingan sosial. 133 Pada ayat 2 : Apabila Penerima Pembiayaan dengan sengaja atau karena kelalaian terlambat atau tidak melakukan pembayaran nisbah bagi hasil yang merupakan bagian keuntungan Bank maka Penerima Pembiayaan dikenakan ganti rugi sebesar 100 seratus persen dari jumlah kerugian riil yang diderita Bank . 132 Bismar Nasution, Pengembangan Ekonom Islam Dan Kualitas Hukum Konvensional, makalah disampaikan pada Seminar Nasional dengan tema ‘Signifikansi Hukum Islam Dalam Merespon Issu-issu Global”, di Pascasarjana IAIN SU Medan, tanggal 19 juni 2004. hal 2. 133 DrafKonsep Akad Pembiayaan Mudharabah di Bank BNI Syari’ah Medan, hal 4. Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 Jika denda yang dikenakan demi menjamin kemanan dan ketertiban pembayaran atau pengembalian modal terhadap apa yang menjadi kewajiban debitur dalam melaksanakan pembagian keuntungan atau nisbah bagi hasil adalah hal yang lumrah, akan tetapi bila dilihat dari sisi lain ketika denda yang di kenakan kepada debitur hanya akibat dari satu kali keterlambatan dalam pengembalian pokok dan nisbah bagi hasil dan bukan karena kesengajaan yang dibuat-buat. Maka prinsip syari’ah tentang tolong menolong dan keadilan dalam ajaran Islam yang di pakai bank BNI syari’ah tidak terlaksana bahkan menurut penulis itu sama halnya dengan sistem semi riba yang menyalahi aturan pembiayaan dalam Islam. 8. Agunan atau jaminan dalam pembiayaan 134 Agunan atau jaminan pada dasarnya tidak dibolehkan dalam pembiayaan mudharabah, karena pada prinsipnya pembiayaan yang diberikan oleh pemilik modal atau shahibul mall adalah untuk membantu sesama. Akan tetapi mengingat bahwa dana yang akan diberikan oleh bank BNI syari’ah Medan kepada debitur tersebut masih termasuk dari dana deposan yang menyimpan uangnya di bank tersebut. Kemudian agunan atau jaminan ada agar debitur tidak melakukan penyimpangan. 135 Selanjutnya demi menjaga kepercayaan yang diberikan deposan kepada bank BNI syari’ah maka bank BNI syari’ah Medan dibenarkan untuk meminta jaminan dari pihak debitur, mengenai bentuk jaminan yang diberikan debitur 134 Ibid, hal.4 135 Himpunan Fatwa Dewan Syri’ah Nasional, Op Cit. hal 45. Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 kepada bank bisa berupa sertifikat tanah, bangunan, kenderaan, mesin, satuan barang dan lain-lain. Hal ini dapat dilihat dalam akad pembiayaan mudharabah Pasal 10 ayat 1 sebagai berikut : Pada ayat 1 dijelaskan: Guna lebih menjamin ketertiban pengembalian pembiayaan dan nisbah bagi hasil dalam menjalankan amanah berdasarkan Akad Pembiayaan ini dan untuk mengantisipasi risiko apabila Penerima Pembiayaan tidak dapat memenuhi kewajiban sebagaimana diatur dalam Akad Pembiyaan ini karena kecurangan, lalai atau menyalahi Akad Pembiayaan ini sehingga mengakibatkan kerugian usaha maka Penerima Pembiayaan memberikan Agunan. 136 9. Asuransi barang yang diagunkan 137 Dalam klausula ini harus dijelaskan bahwa barang yang dijadikan agunan atau jaminan tersebut harus diasuransikan oleh debitur dan menyebutkan pihak asuransi yang berprinsip syari’ah. 10. Beban biaya sewaktu pembuatan kontrak 138 Untuk memperoleh pembiayaan mudharabah di bank BNI syari’ah Medan tentu tidak terlepas dari perbuatan yang berakibat hukum. Dengan kata lain dalam proses pembuatan akad atau kontrak diperlukan bukti notaris dan saksi-saksi, maka beban 136 DrafKonsep Akad Pembiayaan Mudharabah di Bank BNI Syari’ah Medan, hal 5. 137 Ibid, hal.5 138 . Ibid, hal.6 Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 biaya terhadap hal-hal tersebut akan dibebankan kepada pihak debitur, supaya pembebanan biaya tersebut jelas dan tidak saling mengover tanggung jawab. Beban biaya dalam pembuatan kontrak tidak seharusnya dibebankan kepada pihak debitur semata tetapi juga kepada pihak bank BNI syari’ah Medan, sebab yang akan mendapat pembagian keuntungan dalam pembiayaan mudharabah tidak hanya untuk debitur saja tetapi juga pihak bank. Untuk itu beban biaya tersebut semestinya dibagi sesuai dengan porsi keuntungan yang akan di sepakati dan yang akan dicapai dalam akad pembiayaan mudharabah tersebut. 11.Hak dan kewajiban bank dan debitur 139 Adapun hak bank BNI Syari’ah Medan dalam pembiayaan mudharabah ini adalah sebagai berikut : a. Memperoleh kembali dana pembiayaan dan nisbah bagi hasil sesuai dengan ketentuan dalam akad pembiayaan ini. b. Mengawasi dan membina jalannya usaha Penerima Pembiayaan baik langsung maupun melalui jasa Pihak Ketiga, dalam hal menggunakan jasa Pihak Ketiga seluruh biaya yang timbul menjadi beban Penerima Pembiayaan. Pada klausula ini biaya jasa pihak ketiga yang di bebankan kepada debitur mempunyai gambaran bahwa prinsip dasar tentang keadilan dalam pembiayaan ini tidak terlaksana. Dan seharusnya beban jasa pihak ketiga tersebut di tangggung 139 Ibid, hal.7 Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 bersama sesuai dengan porsi nisbah keuntungan yang di sepakati antara bank BNI syari’ah Medan dengan debitur. c. Menagih nisbah bagi hasil dan pengembalian dana pembiayaan d. Melakukan penilaianreview terhadap Laporan Keuangan yang disampaikan Penerima Pembiayaan, selambat-lambatnya pada hari ke 10 kesepuluh sesudah Bank menerima Laporan Keuangan tersebut, disertai dengan data dan bukti-bukti lengkap dari Penerima Pembiayaan e. Menolak atau menyetujui hasil perhitungan usaha yang telah dilakukan penilaianReview oleh Bank kepada Penerima Pembiayaan selambat- lambatnya pada hari ke 10 sepuluh setelah Bank menerima Laporan Keuangan dari Penerima Pembiayaan . f. Mengelolamengambilalih jalannya usaha apabila Penerima Pembiayaan tidak menjalankan usahanya sesuai dengan Akad Pembiayaan ini. g. Mengakhiri Akad Pembiayaan ini secara sepihak apabila Penerima Pembiayaan dalam menjalankan usahanya telah lalai, tidak jujur Curang, wanprestasi dan atau melanggar ketentuan-ketentuan dalam Akad Pembiayaan ini g. Menerima pengembalian dana pembiayaan dan nisbah bagi hasil yang belum dibayar Penerima Pembiyaan dari hasil penjualan eksekusi barang agunan dalam hal Penerima Pembiayaan lalai, curang, dan atau wanprestasi. h. Bank tidak bertanggungjawab terhadap akibat hukum dari hubungan bisnis antara Penerima Pembiayaan dengan Pihak lainnya dalam bentuk apapun. Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 i. Memeriksa pembukuan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan itu baik secara langsung atau tidak langsung terhadap usaha yang dikelola Penerima Pembiayaan . j. Melakukan penyelesaian pembiayaan baik melalui eksekusi agunan maupun upaya hukum lainnya . k. Meneliti keabsahan dokumen dan surat-surat lainnya yang berkaitan dengan Akad Pembiayaan ini. Kemudian kewajiban bank adalah merealisasikan pembiayaan sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati. Dan menanggung kerugian usaha, kecuali apabila kerugian tersebut terjadi karena Penerima Pembiayaan tidakjujur, lalai, curang, wanprestasi dan atau karena tidak melaksanakan atau melanggar ketentuan- ketentuan dalam Akad Pembiayaan ini, maka seluruh kerugian menjadi beban Penerima Pembiayaan. Adapun hak debitur adalah dalam pembiayaan mudharabah ini adalah Menerima pembiayaan sebagaimana yang telah disepakati dan Mendapatkan Nisbah bagi hasil sesuai kesepakatan. Sedangkan kewajiban debitur adalah: 1. Melakukan kegiatan usaha sesuai dengan Akad Pembiayaan ini berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan cara se-efektif dan se- efisien mungkin dan dengan praktek usaha yang etis dan benar. 2. Menjaga eksistensi dan kelangsungan usahanya dan tidak akan melakukan perubahan kepemilikan tanpa persetujuan terlebih dahulu dari Bank . Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 3. Menanggung biaya operasional perusahaan 4. Bertanggung jawab terhadap segala akibat hukum dari hubungan bisnis dengan Pihak lainnya. 5. Menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan usaha yang sehat, jujur, hati-hati, beriktikad baik, bertanggungjawab dan profesional untuk mencapai keuntungan usaha yang maksimal. 6. Membayar nisbah bagi hasil sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. 7. Mengembalikan seluruh jumlah dana pembiayaan kepada Bank , sesuai dengan yang disyaratkan dalam Akad Pembiayaan ini. 8. Menyerahkan Laporan Keuangan tiap-tiap bulan, atas usaha yang dibiayai dengan akad pembiayaan ini selambat- lambatnya hari ke 10 kesepuluh bulan berikutnya. 9. Membayar denda apabila terlambat melakukan pembayaran kembali dana pembiayaan dan Nisbah bagi hasil pada Bank . 10. Menanggung seluruh kerugian yang timbul apabila melakukan kecurangan, lala, tidak jujur dan atau wanprestasi dalam menjalankan usahanya 11. Jika pada akhir jangka waktu akad pembiayaan ini, Penerima Pembiyaan belum melunasi dana pembiayaan, Penerima Pembiayaan wajib tetap membayar nisbah bagi hasil keuntungan sampai dengan dilunasinya dana pembiayaan tersebut oleh Penerima Pembiayaan . 12. Memenuhi permintaan Bank, apabila pada saat Akad Pembiayaan ini berakhir, sedangkan sebagian dana pembiayaan masih dalam bentuk barang Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 danatau dalam bentuk hutang Pihak Ketiga, dan Bank meminta barang tersebut dijual untuk melunasi dana pembiayaan yang telah diserahkannya atau meminta pihak ketiga untuk segera melunasi hutangnya 13. Mengelola dan menyelenggarakan administrasi pembukuan secara jujur dan benar dengan iktikad baik dalam pembukuan tersendiri . 14. Segera memberitahukan kepada Bank tentang : a. Adanya perkara yang terjadi antara Penerima Pembiayaan dengan pihak lain. b. Adanya kerusakan, kerugian atau kemusnahan atas harta kekayaan Penerima Pembiayaan serta barang agunan. 15. Menyampaikan dalam bentuk dan dengan perincian yang dapat diterima oleh Bank : a. Neraca dan Perhitungan Rugi Laba periodik berikut penjelasannya yang telah disahkan oleh Direksi Perusahaan secepat mungkin tetapi tidak lebih lambat dari 30 tiga puluh hari sejak akhir masanya. b. Neraca dan Perhitungan Rugi Laba dari Perusahaan Penerima Pembiayaan secepat mungkin, akan tetapi tidak lebih lama dari 30 tiga puluh hari sejak penutupan tahun buku. c. Laporan aktivitas usaha dalam bentuk Laporan Rugi-Laba bulanan guna penentuan pembayaran nisbah bagi hasil sesuai Akad Pembiayaan ini. 16. Memenuhi kewajiban membayar seluruh pajaknya. Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 17. Mengirimkan setiap keterangan atau dokumen-dokumen yang diminta oleh Bank 18. Mengijinkan Bank atau wakilnya pada setiap waktu apabila dianggap perlu untuk memeriksa seluruh fasilitas-fasilitas, kegiatan-kegiatan, pembukuan dan catatan-catatan Penerima Pembiayaan dan semua biaya yang timbul menjadi beban Penerima Pembiayaan . Salah satu unsur terpenting dalam akad pembiayaan mudharabah ini adalah menjelaskan apa-apa yang menjadi kewajiban debitur terhadap bank dalam pengembalian pokok pembiyaan dan hasil keuntungan usaha. Untuk itu keuntungan yang akan diperoleh bank BNI Syari’ah Medan sangat berpengaruh kepada pelaporan yang benar dan jujur dari pihak debitur. Kejujuran debitur dalam pembiayaan mudharabah ini bisa di identikkan atau hampir sama dengan prinsip keterbukaan yang dilakukan dalam pasar modal, 140 dimana keterbukaan dari hasil keuntungan yang diperoleh debitur harus dilaporkan sesuai dengan perjanjian yang telah di akadkan. 12. Pembatasan terhadap penerima pembiayaan Pada klausula ini ada perbedaan antara pembiayaan mudharabah muthlaqah perorangan dengan pembiayaan mudharabah badan usaha, yaitu untuk pembiayaan mudharabah muthlaqah terhadap kelompok perorangan dan badan usaha pada prinsipnya hampir sama, akan tetapi pada kedua akad ini mempunyai perbedaan pada 140 Bismar Nasution, Pelaksanaan Prinsip Keterbukaan di Pasar Modal, makalah yang disampaikan pada loka karya Pengelolaan Perusahaan corporate governance, kerja sama program Pascasarjana Universitas Indonesia dan University of Soulth Carolina, di Jakarta tanggal 4 Mei tahun 2000. hal.3. Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 beberapa poin sebagimana yang tertera dalam badan usaha pernyataan dan jaminan penerima pembiayaan yang berbunyi sebagai berikut : Pada Penerima Pembiayaan dengan ini menyatakan dan menjamin mengenai kebenaran hal-hal sebagai berikut : a. Semua dokumen, data dan keterangan yang telah diberikan oleh Penerima pembiayaan adalah lengkap dan benar. Untuk poin nomor satu sama terdapat kesamaan antara usaha perorangan dan badan usaha, namun yang membedakannya adalah pada poin nomor 2, 141 yaitu sebagai berikut : b. Perusahaan penerima pembiayaan adalah badan usaha yang didirikan dengan sah menurut hukum Indonesia. Sedangkan pada usaha perorangan adalah sebagai berikut : Penerima Pembiayaan pada waktu ini tidak tersangkut dalam perkara dan sengketa berupa apapun juga yang dapat mengancam harta kekayaan Penerima Pembiayaan. 142 c. Anggaran dasar perusahaan dan perubahan-perubahannya adalah sebagaimana termaktub di dalam komparisi penerima pembiayaan sebagaimana disebutkan pada awal Akad Pembiayaan ini yang fotocopynya telah disampaikan kepada Bank. 141 Lihat DrafKonsep Akad Pembiayaan Mudharabah di Bank BNI Syari’ah Medan 142 Ibid, hal 9. Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 d. Penerima Pembiayaan pada waktu ini tidak tersangkut dalam perkara dan sengketa berupa apapun juga yang dapat mengancam harta kekayaan Penerima Pembiayaan e. Penerima Pembiayaan pada saat membuat dan menandatangani Akad Pembiayaan ini telah memenuhi syarat-syarat serta ketentuan yang ditetapkan dalam anggaran dasar perusahaannya. Pembatasan terhadap debitur dalam pembiayaan mudharabah mutlaqah pada hakekatnya tidak diperkenankan, sebab dalam pembiayaan mudharabah muthlaqah ini semua masalah pengelolaan dana tidak boleh dibatasi oleh pihak bank syari’ah. 143 Jika pembatasan ini dilakukan oleh pihak bank BNI syari’ah Medan maka sama artinya bank BNI Syari’ah Medan hanya memberikan pembiayaan mudharabah muqayyadah yang memang telah ditentukan beberapa persyaratan sebelum diberikan dana pembiayaan. 144 Kemudian yang menjadi perbedaan selanjutnya antara perorangan dan badan usaha dalam pembiayaan mudharabah adalah tentang peristiwa cidera janji wanprestasi yang menyebutkan bahwa penerima pembiayaan dianggap telah cidera janji wanprestasi jika melanggar dan atau menyimpangi salah satu peristiwa berdasarkan Akad Pembiayaan ini jika: 143 Pada konsep fiqhiyah Pembiayaan mudharabah muthlaqah tidak dibenarkan shahibul mall memberikan syarat-syarat tertentu terhadap debitur, pihak debitur bebas mengelola dana tersebut tanpa ada campur tangan dari pihak bank. 144 Lihat Pengertian Pembiayaan Mudharabah Muqayyadah di bab III Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 1. Penerima Pembiayaan menggunakan pembiayaan diluar tujuan sebagaimana yang telah di akadkan dalam Pembiayaan ini. 2. Penerima Pembiayaan tidak membayar jumlah kewajiban pembiayaan sesuai dengan ketentuan dalam Akad Pembiayaan ini atau jumlah lain yang harus dibayar berdasarkan Akad Pembiayaan ini dan atau dokumen lainnya yang dibuat berdasarkan Akad Pembiayaan ini 3. Laporan Keuangan yang disampaikan kepada Bank tidak benar. 4. Penerima Pembiayaan lalai memenuhi atau tidak memenuhi syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan lain dalam akad pembiayaan ini dan atau suatu penambahan, perubahan, pembaharuan atau penggantinya dan atau terjadinya pelanggaran terhadap danatau kealpaan menurut syarat-syarat yang tertera dalam perjanjian agunan yang dibuat berkenaan dengan Akad Pembiayaan ini. 5. Penerima Pembiayaan melakukan pengalihan usahanya dengan cara apapun termasuk penggabungan, konsolidasi ataupun akuisisi dengan pihak lain. 6. Seluruh kekayaan Penerima Pembiayaan disita oleh Pemerintah atau Pengadilan . 7. Ijin atau persetujuan yang diberikan atau dikeluarkan oleh instansi yang berwenang terhadap Penerima Pembiayaan dicabut atau dinyatakan tidak berlaku, sehingga Penerima Pembiayaan tidak berhak untuk membangun atau menyelesaikan pembangunan atau melaksanakan proyek.. Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 8. Terjadinya perubahan yang mendasar atas Usaha Penerima Pembiayaan yang meliputi bidang usaha, perijinan dan susunan pemegang saham, yang dapat mempengaruhi kemampuan Penerima Pembiayaan untuk memenuhi kewajibannya berdasarkan Pembiayaan ini. Dalam poin ke delapan di atas yang menjadi perbedaan antara pembiayaan mudharabah bagi perorangan dan badan usaha, sedangkan dalam point dari pertama dan selanjutnya adalah sama. 9. Penerima Pembiayaan tidak mematuhi salah satu ketentuan dalam akad pembiayaan ini atau Penerima Pembiayaan lalai melaksanakan atau mematuhi syarat-syarat atau kewajiban-kewajiban lain dalam Akad Pembiayaan ini atau dokumen transaksi lainnya. Apabila terjadi salah satu peristiwa Cidera Janji oleh Penerima Pembiayaan, maka bank berhak untuk : a. Menarik kembali dana pembiayaan dan semua jumlah uang yang harus dibayar berdasarkan Akad Pembiayaan ini secara seketika dan sekaligus karena Akad Pembiayaan ini menjadi jatuh tempo, tanpa pemberitahuan lebih lanjut dan tanpa diperlukan adanya putusan dari Basyarnas atau pengadilan. b. Melakukan upaya hukum untuk melaksanakan hak Bank dalam Akad Pembiayaan ini, tidak terbatas pada mengambil pelunasan, melakukan eksekusi agunan serta upaya-upaya hukum lainnya untuk kepentingan pelunasan pembiayaan. Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 13. Menerangkan penyelesaian sengketa. Ada tiga pilihan yang ditawarkan oleh bank BNI syari’h Medan dalam menyelesaikan sengketa dengan debitur, yaitu : a. Dengan jalan musyawarah atau mufakat. b. Dengan jalan memperoleh keadilan melalu BASYARNAS c. Dengan jalan Peradilan Negeri atau Peradilan Niaga. Apabila tidak tercapainya kata mufakat melalui jalan musyawarah dan sesudah menempuh jalan BASYARNAS pihak bank BNI Syari’ah Medan masih mempergunakan Peradilan UmumPeradilan Niaga sebagai jalan terakhir untuk memutuskan sengketa syari’ah di antara mereka. Maka Setelah dikeluarkannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syari’ah dan Undang- Undang No. 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama seharusnya Pihak Bank BNI Syari’ah Medan sudah menyerahkan perkara sengketa mereka ke Peradilan Agama Medan. Untuk itu dalam klausula ini semestinya sudah diganti poin nomor 3 tentang pilihan dalam menyelesaikan sengketa yang memuat peradilan Negeri atau Peradilan Niaga menjadi Peradilan Agama. Sesuai dengan pasal 49 poin i Undang-Undang No.3 Tahun 2006 Tentang Peradilan Agama yang menegaskan bahwa Peradilan Agama mempunyai wewenang untuk memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara di bidang ekonomi syari’ah yang termasuk di dalamnya bank syari’ah. Jika wewenang untuk menangani perselisihan dan sengketa syari’ah di selesaikan di Peradilan Negeri atau Peradilan Niaga yang nota bene belum bisa Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 dianggap sebagai hukum syari’ah, sebab Peradilan Negeri atau Peradilan Niaga biasa di sebut sebagai peradilan konvensional, maka sangat aneh jika masalah sengeka syari’ah di selesaikan secara konvensional bukan dengan syari’ah. 145 2. Pembiayaan Mudharabah Muqayyadah Pembiayaan mudharabah muqayyadah atau disebut juga dengan istilah retrected mudharabahspecifed mudharbah, yaitu kebalikan dari pembiayaan mudharabah mutlaqah, dalam pembiayaan ini si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, tempat usaha. 146 Jenis mudharabah ini pada akadnya dicantumkan persyaratan-persyaratan tertentu misalnya hanya boleh digunakan untuk usaha tertentu, di kota tertentu, dan dalam waktu tertentu. Ikatan-ikatan ini membuat akad mudharabah menjadi terikat dan sempit sehingga disebut mudharabah muqayyadah restricted mudharabah. Pengertian jenis pembiayaan mudharabah kedua ini adalah bahwa ia selain melakukan akad mudharabah dengan shaibul maal maka ketika ia membuat perjanjian dengan pihak lain dimana kedudukan ia sebagai shahibul maal maka ia dikatakan melaksanakan mudharabah kedua. Praktek seperti ini banyak dijumpai dalam bisnis perbankan syariah dimana pihak bank mudharib dalam perniagaannya melakukan akad mudharabah kembali kepada orang lain dengan modal yang ia telah terima dari nasabah bank shahibul maal. 145 http:agustianto.nirlah.com20080403 peradilan-agama-dan-sengketa-ekonomi-syariah, di akses pada hari Rabu tanggal 9 bulan Juli 2008. 146 Antonio, Muhammad Syafi’I,Bank Syari’ah Wacana Ulama Dan Cendekiawan,.hal 173. Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 Dalam hal ini terdapat perbedaan pendapat tentang kebolehan mudharib melakasanakan mudharabah kedua. Menurut madzhab Hanafi hal ini tidak diperbolehkan kecuali jika modal itu diserahkan kepada pemilik modal. Golongan ini berpendapat bahwa mudharib pertama tidak bertanggung jawab terhadap modal yang diserahkannya kepada mudharib kedua kecuali jika yang terakhir ini telah benar- benar melaksanakan perniagaan dan mendapatkan keuntungan atau kerugian. Untuk pembiayaan mudharabah muqayyadah sesuai dengan wawancara dengan bapak Ahadduddin, pihak bank BNI syari’ah Medan mulai dari tahun 2003 sampai tahun 2008 belum pernah menyalurkan pembiayaan mudharabah muqayyadah. Hal ini terjadi disebabkan permintaan dari pihak debitur yang datang kepada bank BNI syari’ah Medan hanya menginginkan pembiayaan mudharabah muthlaqah saja. Kemudian bisa di pahami juga dari permintaan tujuan pembiayaan sebahagian lokasi proyek atau usaha debitur berada di luar kota Medan.

B. Penerapan Bagi Hasil Mudharabah antara Debitur dan Bank BNI Syari’ah Medan

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Baku Pembiayaan Murabahah Pada Bank Syari’ah (Studi Pada Bank Syari’ah Mandiri Pematangsiantar

3 60 112

Analisa Prinsip Bagi Hasil (Mudharabah) pada Bank Perkreditan Rakyat Syariah Gebu Prima Medan

0 18 101

Evaluasi Efektifitas Sistem Pembiayaan Mudharabah pada Bank BNI Syariah

0 17 130

Asas Perlindungan Nasabah Debitur Berdasarkan Sistem Bank Syari''ah

0 13 5

Analisis Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan Dengan Prinsip Mudharabah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan

4 77 167

Analisis perbandingan kinerja antara bank konvensional dan bank syari'ah

0 4 51

PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL PROGRAM TABUNGAN MUDHARABAH, DEPOSITO MUDHARABAH, SERTA GIRO WADI’AH Penerapan Sistem Bagi Hasil Program Tabungan Mudharabah, Deposito Mudharabah, Serta Giro Wadi’ah (Studi Kasus Di Bank Syariah Bukopin, Bank Muamalat, Dan Ban

0 4 13

PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL PROGRAM TABUNGANMUDHARABAH, DEPOSITO MUDHARABAH, SERTA GIRO WADI’AH Penerapan Sistem Bagi Hasil Program Tabungan Mudharabah, Deposito Mudharabah, Serta Giro Wadi’ah (Studi Kasus Di Bank Syariah Bukopin, Bank Muamalat, Dan Bank

0 1 17

HUBUNGAN SISTEM BAGI HASIL DI LEMBAGA KEUANGAN SYARI’AH DENGAN KEINGINAN NASABAH UNTUK BERINVESTASI HUBUNGAN SISTEM BAGI HASIL DI LEMBAGA KEUANGAN SYARI’AH DENGAN KEINGINAN NASABAH UNTUK BERINVESTASI DIPERBANKAN SYARIAH (SURVEY PADA BANK SYARI’AH DI SUR

1 2 12

PERJANJIAN BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUSYARAKAH ANTARA NASABAH DENGAN BANK PADA PT BANK BNI SYARIAH CABANG PADANG.

0 1 21