Pengertian Pembiayaan Mudharabah Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil (Mudharabah) Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah (Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan)

BAB III PEMBIAYAAN BAGI HASIL MUDHARABAH

DALAM BANK SYARI’AH

A. Pengertian Pembiayaan Mudharabah

Pembiayaan dalam Islam bukan merupakan penemuan dari gerakan politik para ekstrimis Islam abad ini, tetapi merupakan gerakan dari perintah dalam Al-Qur’an dan ucapan dari Nabi Muhammad S.A.W, jadi hukum Islam berasal dari teks yang terungkap dari sebuah norma yang saling berhubungan yang melarang kegiatan pengambilan keuntungan intrest making dan kegiatan spekulatif yang tidak pantas. 76 Mudharabah berasal dari kata dharb, yang artinya memukul atau berjalan, pengertian memukul atau berjalan lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usahanya. 77 Sedangkan mudharabah secara umum yang terdapat dalam kitab fiqhiyah dan perbankan syariah yaitu sistem pendanaan operasional realitas bisnis, 78 dimana baik sebagai pemilik modal biasanya disebut shahibul mall dengan menyediakan modal 100 kepada pengusaha sebagai pengelola disebut sebagai mudharib untuk melakukan aktivitas produktif dengan syarat bahwa keuntungan yang dihasilkan akan dibagi di antara mereka sesuai dengan kesepakatan yang disebutkan dalam akad 76 Bismar Nasution, Hukum dan Ekonom, makalah disampaikan pada Seminar Nasional dengan tema ‘Signifikansi Hukum Islam Dalam Merespon Issu-issu Global”, di Pascasarjana IAIN SU Medan, tanggal 19 juni 2004. hal 11. 77 Antonio, Muhammad Syafi’I, Bank Syari’ah dari Teori Ke Praktek,Op Cit,.hal 65 78 Ibid, hal.114. 38 Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 mereka. 79 dan jika ada mengalami kerugian setelah adanya pengelolaan usaha oleh mudharib bukan karena kelalaian yang disengaja atau terjadi kerugian di luar kontrol enterpreneur maka investor akan menanggung seluruh kerugian tersebut, karena kegiatan investasi ini lazim di lakukan oleh investment banking bukan kegiatan yang dilakukan commercial banking. 80 Dengan demikian pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan lembaga keuangan syari’ah kepada pihak lain untuk usaha yang produktif. 81 Dalam kegiatan penyaluran dana oleh bank syari’ah melakukan investasi dan pembiayaan, disebut investasi karena prinsip yang digunakan adalah prinsip penanaman dana atau penyertaan dan keuntungan yang diperoleh bergantung kinerja enterpreuner dan usaha yang menjadi objek penyertaan tersebut sesuai dengan nisbah bagi hasil yang telah disepakati sebelumnya. Selanjutnya disebut pembiayaan karena bank syari’ah menyediakan dana guna membiayai kebutuhan debitur atau mudharib yang membutuhkan dan layak untuk memperoleh pembiayaan tersebut. Maka mekanisme daripada pembiayaan mudharabah pada dasarnya terletak pada kerja sama yang baik antara bank syari’ah dan mudharib. Dengan demikian pembiayaan mudharabah yang disalurkan oleh bank syari’ah kepada debitur, terutama pengusaha kecil diharapkan akan mampu meningkatkan dan membesarkan usaha mereka sehingga manfaat yang diperoleh dari pembiayaan 79 Ascaya Diana Yunita, Bank Syari’ah: Gambaran Umum Jakarta: PPSK BI,2005, hal.21. 80 Zulkarnain Sitompul, Kemungkinan penerapan Universal Banking Syari’ah Di Indonesia, Kajian Dari perspektip Bank Syari’ah, Jurnal Hukum Bisnis. Vol.20, Agustus-September 2002. hal.4 81 Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional, Op Cit, hal. 40. Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 mudharabah dapat dirasakan oleh kedua belah pihak,baik pihak bank syari’ah maupun para pengusaha tersebut. Tugas pokok bank syari’ah sebagaiman pada umumnya memberikan fasilitas atau intermediary dengan menumpulkan dana dari uang masyarakat dan memberikan pembiayaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang memerlukan, maka sistem pembiayaan pada bank syari’ah merupakan suatu kerangka dari prosedur- prosedur yang berhubungan dengan proses penyediaan uang berdasarkan kesapakatan atau persetetujuan dari kedua belah pihak. Pada bank BNI Syari’ah Medan menerapkan system pembiayaan mudharabah terhadap usaha-usaha yang dianggap akan memberikan keuntungan, baik terhadap bank maupun kepada pengusahanya. Untuk itu bank BNI Syari’ah Medan lebih cenderung memberikan pembiayaan mudharabah yang tujuan usahanya sebagai berikut : 1. Usaha konstruksi atau Proyek 2. Usaha Produksi 3. Usaha Perumahan real estate 4. Usaha Distributor barangjasa Tetapi secara umum pembiayaan dalam bank syari’ah menurut sifat pengguanaannya dibagi kepada dua bagian sebagai berikut : a. Pembiayaan Produktif Pembiayaan produktif merupakan pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas yaitu, untuk peningkatan usaha, baik usaha Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 produksi, perdagangan maupun investasi. 82 Dan menurut keperluannya pembiayaan produktif ini dibagai menjadi dua hal yaitu : 1. Pembiyaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan sebagai berikut : a. Peningkatan produksi baik secara kuantitatif maupun kualitatif. b. Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan Utility of place dari suatu barang. Pembiayaan modal kerja yang dilaksanakan oleh bank syari’ah dalam rangka memenuhi kebutuhan modal kerja nasabah bukan dengan meminjamkan uang tunai, tetapi dengan menjamin hubungan partnership dengan nasabah. 83 Bank bertindak sebagai penyandang dana sedangkan pengusaha sebagai pengelola. Hal ini dapat disebut dengan sistem pembiayaan mudharabah atau dalam istilahnya trust financing. Fasilitas ini dapat diberikan untuk jangka waktu tertentu, sedangkan bagi hasilnya secara periodik dengan nisbah wajar yang disepakati dalam akad. Setelah jatuh tempo nasabah debitur mengembalikan sejumlah dana tersebut beserta porsi bagi hasil yang belum dibagikan. 2. Pembiayaan investasi, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan barang- barang modal serta fasilitas-fasilitas yang berkaitan dengan hal tersebut. Pembiayaan investasi diberikan kepada nasabah debitur untuk keperluan investasi, yaitu keperluan penambahan modal guna mengadakan rehabilitasi 82 Antonio, Muhammad Syafi’I, Bank Syari’ah dari Teori Ke Praktek,Op Cit,.hal 160. 83 Ibid,. hal 162. Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 perluasan usaha, yang pada umumnya pembiayaan ini diberikan dalam jumlah besar dan pengendapan dana ini agak cukup lama. Dengan demikian perlu disusun proyeksi arus kas projectedcas flow yang mencakup semua komponen biaya dan pendapatan sehingga akan dapat diketahui berapa dana yang tersedia setelah semua kewajiban terpenuhi. Setelah itu baru disusun jadwal amortisasi yang merupakan angsuran pembiayaan. b Pembiayaan komsumtif. Pembiayaan komsumtif diperlukan oleh pengguna dana untuk memenuhi kebutuhan komsumsi dan akan habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan tersebut, bank syari’ah dapat menyediakan pembiayaan komersil untuk memenuhi kebutuhan barang-barang komsumsi dengan cara sebagi berikut : 1. Al bai’ bitsaman ajil salah satu bentuk murabahah yaitu suatu perjanjian pembiayaan yang disepakati antara bank dengan nasabah, dimana bank menyediakan dananya untuk pembelian barang modal dan usaha anggotanya yang kemudian proses pembayarannya dilakukan secara mencicil atau angsuran. 2. Al ijarah al munthia bit tamlik sewa beli. 3. Al musyarakah mutanaqishah decreasing participation, yaitu dimana dalam hal pembiayaan ini bank secara bertahap menurunkan jumlah partisipasinya. 4. Ar rahn, yaitu pihak bank menahan salah satu harta milik si mudharib sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. 84 84 Ibid,.hal 168. Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 Kegiatan pembiayaan mudharabah yang dilaksanakan oleh bank syari’ah pada subtansinya dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan dengan cara yang Islami. Dalam proses pembiayaan yang dimohonkan oleh debitur akan diteruskan pihak bank. Jika bank syari’ah tersebut sudah merasa yakin bahwa debitur yang akan menerima pembiayaan ini akan mampu dan mau mengembalikan dana yang telah diterimanya. Hal tersebut dapat dilihat dari faktor kemampuan dan kemauan dari debitur. Dari kemampuan dan kemauan tersebut akan tersimpul unsur keamanan safety dan sekaligus unsur keuntungan profitability dari suatu pembiayaan, dan kedua unsur ini saling terkait satu sama lain. Keamanan atau safety mencerminkan bahwa prestasi yang diberikan dalam bentuk uang , barang akan terjamin dalam pengembaliannya, sehingga keuntungan atau profilability akan menjadi kenyataan seperti yang diharapakn karena pada dasarnya profitability merupakan tujuan dari pembiayaan tersebut. Berdasarkan dari kepentingan dan tujuan pembiayaan pihak bank syari’ah harus memperhatikan unsur-unsur yang meliputi, sebagai berikut : a. Kepercayaan, yaitu adanya keyakinan dari pihak bank syari’ah bahwa prestasi yang akan diberikan oleh debitur, baik dalam bentuk uang atau barang akan benar-benar diterimanya kembali dalam waktu yang telah ditentukan oleh kedua pihak yang terkait. Tuntutan untuk saling percaya dalam pembiayaan mudharabah begitu urgen dan penting, sebab dalam pembiayaan ini pihak bank mempunyai resiko yang sangat Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 tinggi dan juga berpotensi dalam menghadapi permasalahan assymmetric information atau dalam istilah lain moral hazard. Dengan demikian pihak bank syari’ah tidak dapat begitu saja menyalurkan dana kepada mudharib, tanpa terlebih dahulu menyakini mudharib tersebut amanah dan mampu untuk mengembalikan dana yang dipinjam dan memenuhi makna keuntungan. 85 Hal ini dilakukan untuk melindungi diri bank syari’ah dari kerugian karena dana yang disalurkan oleh pihak bank tersebut juga amanah dari uang masyarakat yang terhimpun di dalam bank itu sendiri. b. Waktu, yaitu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang, dalam hal waktu ini terkandung pengertian bahwa nilai agio dari uang pada saat sekarang akan lebih tinggi nilainya dari pada uang yang diterimanya pada masa yang akan datang. c. Degree risk, yaitu suatu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterimanya di kemudian hari, semakin lama pembiayaan yang diberikan akan semakin tinggi pula tuntutan resiko yang akan muncul, maka masih selalu unsur ketidak tentuan yang tidak dapat diperhitungkan, inilah yang menyebabkan timbulnya unsur resiko, dengan unsur ini jugalah yang menimbulkan adanya jaminan dalam pembiayaan mudharabah. 86 85 Adiwarman,A.Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan,Op Cit,.hal 214. 86 Ibid, hal 210 Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008. USU e-Repository © 2008

B. Jenis-Jenis Pembiayaan Mudharabah Pada Bank Syariah

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Baku Pembiayaan Murabahah Pada Bank Syari’ah (Studi Pada Bank Syari’ah Mandiri Pematangsiantar

3 60 112

Analisa Prinsip Bagi Hasil (Mudharabah) pada Bank Perkreditan Rakyat Syariah Gebu Prima Medan

0 18 101

Evaluasi Efektifitas Sistem Pembiayaan Mudharabah pada Bank BNI Syariah

0 17 130

Asas Perlindungan Nasabah Debitur Berdasarkan Sistem Bank Syari''ah

0 13 5

Analisis Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan Dengan Prinsip Mudharabah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan

4 77 167

Analisis perbandingan kinerja antara bank konvensional dan bank syari'ah

0 4 51

PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL PROGRAM TABUNGAN MUDHARABAH, DEPOSITO MUDHARABAH, SERTA GIRO WADI’AH Penerapan Sistem Bagi Hasil Program Tabungan Mudharabah, Deposito Mudharabah, Serta Giro Wadi’ah (Studi Kasus Di Bank Syariah Bukopin, Bank Muamalat, Dan Ban

0 4 13

PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL PROGRAM TABUNGANMUDHARABAH, DEPOSITO MUDHARABAH, SERTA GIRO WADI’AH Penerapan Sistem Bagi Hasil Program Tabungan Mudharabah, Deposito Mudharabah, Serta Giro Wadi’ah (Studi Kasus Di Bank Syariah Bukopin, Bank Muamalat, Dan Bank

0 1 17

HUBUNGAN SISTEM BAGI HASIL DI LEMBAGA KEUANGAN SYARI’AH DENGAN KEINGINAN NASABAH UNTUK BERINVESTASI HUBUNGAN SISTEM BAGI HASIL DI LEMBAGA KEUANGAN SYARI’AH DENGAN KEINGINAN NASABAH UNTUK BERINVESTASI DIPERBANKAN SYARIAH (SURVEY PADA BANK SYARI’AH DI SUR

1 2 12

PERJANJIAN BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUSYARAKAH ANTARA NASABAH DENGAN BANK PADA PT BANK BNI SYARIAH CABANG PADANG.

0 1 21