Kedua, Bank membuat perjanjian tentang proyeksi pengembalian berikut bagi hasil yang akan diterima bank dan nasabah debitur.
Ketiga, Nasabah menjalankan usahanya dan selanjutnya melakukan pembayaran bagi hasil secara periodik sesuai dengan besarnya keuntungan dan nisbah yang
disepakati. Keempat, Nasabah dapat melakukan cicilan atau pembayaran sekaligus
terhadap jumlah pembayaran dana pinjaman.
112
Setiap bank syari’ah tentu menginginkan keuntungan yang tinggi, karena beroperasi dan berhasilnya suatu bank dapat dilihat melalui keuntungan yang
diperoleh. Akan tetapi tingkat keuntungan bersih yang dihasilkan tidak terlepas dari pengaruh dan faktor-faktor yang dapat dikendalikan dan faktor-kaktor yang tidak
dapat dikendalikan oleh pihak bank syari’ah itu sendiri.
D. Jaminan Dalam Pembiayaan Mudharabah
Jaminan pembiayaan mudharabah merupakan tuntutan kepada mudharib untuk mengembalikan modal shahibul mall dalam keadaan semula baik untung maupun
rugi.
113
Pihak bank syari’ah mengambil banyak langkah atau cara untuk memastikan bahwa modal yang disalurkan dan keuntungan yang diharapkan dari modal tersebut
dapat diperoleh sebagaimana yang telah tercantum dalam kontrak.
112
Adiwarman,A.Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan,Op Cit,.hal 216
113
Ibid,.hal 177.
Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Keadaan ini biasanya diwujudkan melalui jaminan baik dari mudharib sendiri maupun ada dari pihak ketiga yang menjaminkannya, walaupun sebenarnya dalam
fiqh Islam tidak dituntut untuk meminta jaminan kepada debitur, akan tetapi bank- bank syari’ah pada umumnya meminta berupa bentuk jaminan, hal ini dilakukan
pihak bank syari’ah untuk menegaskan jaminan tersebut ada hanya untuk memastikan kembalinya modal, sebab dana yang diberikan kepada debitur itu adalah pada
umumnya dana yang dihimpun dari masyarakat luas. Sebagaimana di sebutkan dalam Keputusan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional
No.07DSN-MUIIV2000 Tentang Pembiayaan Mudharabah dinyatakan bahwa pada prinsipnya dalam pembiayaan Mudharabah tidak ada jaminan, namun agar mudharib
tidak melakukan penyimpangan, Lembaga Keuangan Syari’ah dapat meminta Jaminan dari Mudharib atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila
mudharib terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad.
114
Maka untuk memastikan kinerja debitur sesuai dengan syarat-syarat yang terdapat dalam kontrak, biasanya pihak bank mempersyaratkan bagi pemohon
pembiayaan mudharabah untuk menyatakan jenis jaminan yang dapat mereka berikan kepada bank syari’ah.
115
Adanya jaminan atau penjamin dari debitur kepada pihak bank syari’ah bertujuan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya risiko-risiko seperti debitur
114
Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional, Op Cit, hal. 45
115
Abdullah Saed, Menyoal Bank Syari’ah, Keritikan atas Interpretasi Bunga Bank Neo- Revivaless, Op Cit,.hal.86.
Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
tidak mempergunakan dana yang diberikan sebagimana mestinya atau hanya memberikan keuntungan pembiayaan tersebut kepada dirinya pribadi saja atau yang
dikenal dengan Moral Hazard. Maka bank syari’ah dapat menerapkan sejumlah batasan-batasan tertentu ketika
menyalurkan pembiayaan kepada debitur antara lain: 1.Menetapkan syarat agar jumlah atau nilai jaminannya lebih besar dari modal yang
dipinjam oleh debitur. 2. Menetapkan syarat agar debitur melakukan bisnis yang resikonya lebih rendah.
3. Menetapkan syarat agar debitur melakukan bisnis dengan arus kas yang transparan. 4. Menetapkan syarat agar debitur melakukan bisnis yang biaya tidak terkontrolnya
rendah.
116
Penyerahan jaminan untuk pembiayaan mudharabah ini harus dipenuhi oleh debitur kepada bank syari’ah dalam rangka mengamankan dana masyarakat dan
kepercayaan yang diberikan terhadap bank syari’ah sebagai pengelola uang yang terhimpun tadi. Dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 283 menyebutkan yang
artinya sebagai berikut: Jika kamu dalam perjalanan bermuamalah tidak secara tunai sedang kamu
memperoleh seorang penulis hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang.
117
Adapun jenis jaminan tambahan tersebut dapat berupa : a. Barang bergerak berwujud, meliputi :
116
Adiwarman,A.Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan,Op Cit,.hal 214
117
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnnya,Op Cit,. hal.65.
Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
1. Barang dagangan. 2. Inventaris Perusahaan
3. Kenderaan bermotor. 4. Perhiasan seperti emas dan sebagainya.
118
b. Barang tidak bergerak 1. Tanah
2. Bangunan c. Barang bergerak tidak berwujud, berupa Deposito
d. BorgtochPenjamin penggaransi 1. Jaminan perorangan Personal Guarantee.
2. Jaminan dari sebuah Perusahaan Coorporata guarantee 3. Jaminan dari Pemerintah
119
Pihak bank biasanya akan lebih mudah untuk memberikan pembiayaan kepada pihak debitur bila pihak bank sudah mengenal debitur terlebih dahulu seperti bila
debitur adalah merupakan nasabah penabung di bank bersangkutan, pada simpanan deposito debitur bisa dijadikan sebagai jaminan kepada pihak bank.
Dalam hal ini debitur akan mendapatkan minimal dua keuntungan pertama dalam hal depositonya, ia akan mendapatkan bagi hasil dari bank atas keuntungan
yang di dapat oleh bank, dan yang kedua debitur akan memperoleh tambahan modal dari pembiayaan yang diberikan oleh bank untuk usahanya. Keuntungan atau
118
Abdul Ghofur Ansory, Op Cit, hal 148
119
Ibid, hal 149.
Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
kemudahan yang di dapat oleh pihak bank bahwa jaminan tambahan berupa deposito debitur berada pada bank yang bersangkutan sehingga bank lebih mendapat kepastian
bagi pelunasan hutang debitur dikemudian hari sesuai dengan akad pembiayaan. Dengan keuntungan yang didapat oleh bank merupakan keuntungan juga pihak
nasabah dan berpengaruh kepada besarnya nilai bagi hasil yang diterima oleh kedua belah pihak sehingga akan menarik minat masyarakat lainnya untuk menyimpan atau
menginvestasikan uangnya pada bank syari’ah tersebut karena otomatis dana yang disalurkan oleh bank kepada masyarakat juga lebis besar.
120
Terhadap keadaan debitur tertentu dan pihak bank telah memiliki keyakinan yang cukup terhadap kemampuannya maka bank dapat menerima jaminan tambahan
yang diberikan oleh debitur berupa proyek yang dibiayai dari pembiayaan yang diberikan bank tersebut, juga dengan hak tagih dari debitur yang timbul dalam
usahanya tersebut. Untuk lebih menjamin pengembalian dana yang diberikan pihak bank kepada
debitur, pihak bank dapat menyarankan kepada debitur supaya untuk memasukkan proyek pembiyaan atau usaha yang dikelola debitur tersebut ke asuransi seperti
syari’ah Takaful, hal ini berguna untuk menjamin ketika sewaktu-waktu debitur mengalami musibah maka fihak asuransi akan melunasi hutangnya, dengan kata lain
tagihan hutang dari debitur tersebut akan beralih kepada pihak asuransi.
120
Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam Di Indonesia, Jakarata: Kencana, 2005, hal 261
Panataran Simanjuntak: Analisis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Mudharabah Antara Debitur Dan Bank Dengan Sistem Syari`ah Penelitian Di Bank BNI Syariah Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
BAB IV MEKANISME PELAKSANAAN PERJANJIAN
BAGI HASIL MUDHARABAH ANTARA DEBITUR DENGAN BANK BNI SYARI’AH MEDAN.
A. Perjanjian Mudharabah Pada Bank BNI Syari’ah Medan