Respon Pertumbuhan Gambir (Uncaria gambir Roxb) Terhadap Intensitas Cahaya, Jumlah Buku Stek, dan Media Tumbuh pada Pembibitan di Kabupaten Pakpak Bharat

(1)

DAN MEDIA TUMBUH PADA PEMBIBITAN DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

TESIS Oleh : TONI MANIK 087001016/AET

SEKOLAH PASCA SARJANA

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

TESIS

Untuk memperoleh Gelar Magister Pertanian Dalam Program Studi Agroekoteknologi pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Oleh :

TONI MANIK 087001016/AET

SEKOLAH PASCA SARJANA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(3)

Pakpak Bharat

Nama Mahasiswa : Toni Manik

Nomor : 087 001016

Program Studi : Agroekoteknologi

Menyetujui : Komisi Pembimbing

Prof.Ir.Edison Purba, Ph.D Luthfi A.M.siregar, SP, MSc, Ph.D

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP Prof. Dr. Ir. T. Darma Bakti, MS.


(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Ir. Edison Purba Ph.D.

Anggota : 1. Luthfi A.M.Siregar,SP,MSc, Ph.D. 2. Prof. Dr. Ir. Rosmayati MS.

3. Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP.

4. Prof. Dr. Ir. B. Sengli J.Damanik, MSc.


(5)

TONI MANIK, 2012. Respon pertumbuhan gambir (uncaria gambir roxb) terhadap intensitas cahaya, jumlah ruas stek dan media tumbuh di pembibitan di kabupaten Pakpak Bharat. Dibawah bimbingan, Prof.Dr.Ir. Edison Purba Ph.D. sebagai Ketua Komisi Pembimbing dengan anggota Luthfi A.M. Siregar, SP, MSc, Ph.D. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intensitas cahaya, jumlah buku stek dan media tumbuh terhadap pertumbuhan tanaman gambir pada pembibitan di Kabupaten Pakpak Bharat. Penelitian dilaksanakan di Desa Boangmanalu Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat, dengan jenis tanah Podsolik Merah Kuning dengan ketinggian 800 diatas permukaan laut dan dilakukan pada bulan Juli 2011. Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari 3 faktor yaitu faktor pertama sebagai petak utama penaungan dengan paranet (N) terdiri dari 4 taraf yaitu tanpa naungan (cahaya 100%), naungan 25%, naungan 50% dan naungan 75%. Faktor kedua sebagai anak petak adalah jumlah buku stek gambir (C) terdiri dari 3 taraf yaitu tiga buku, empat buku dan lima buku. Faktor ketiga sebagai anak-anak petak adalah media tumbuh (M) terdiri dari 4 taraf yaitu subsoil 100%, topsoil 100%, subsoil 90% + kompos kriyu 10%, subsoil 90% + pupuk kandang ayam 10%. Hasil peneltian menunjukan bahwa intensitas cahaya dengan penaungan paranet berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan gambir yaitu: meningkatkan laju tumbuh relatif 3 (minggu ke 7 s/d 9 ) sebesar 0,241g/tanaman (peningkatan 5,7 %), bobot kering tanaman sebesar 0,879gr (peningkatan 25,57 % ) dari intensitas 100 %. Pada media tumbuh berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan tanaman yaitu : pada media subsoil 90% + pupuk kandang ayam (M3) berpengaruh terhadap peningkatan bobot kering tanaman sebesar 0,887 (peningkatan 25,10% ). Sedangkan volume akar stek gambir tidak berpengaruh secara signifikan pada media tumbuh.Interaksi intensitas cahaya, jumlah buku stek, dan media tumbuh tanaman tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan pertumbuhan tunas dan akar stek tanaman gambir.

Kata Kunci : Intensitas cahaya, Stek gambir, Media tumbuh


(6)

intensity, number of joints of cutting and growth media in nursery in Pakpak Bharat regency. It was under the supervision of Edison Purba as senior supervision, Luthfi. A.M.Siregar as co-supervisor. The research was carried out to determine the influence of light intensity, number of joints of cutting and growth media to the growth of gambir in nursery. It was conducted in one Podsolic Red Yellow soil type and 800 above sea level. Research design used was Factorial Cluster Random Design consisting of 3 factors, namely the first factor as the first main block with paranet (N) consists 4 levels with the light intensity of lighting 100%, 25% shading, 50% shading, 75 % shading and consecutively. The second factor as was the number of joints of cutting for Uncaria gambir Roxb (C ) consists of 3 levels namely three , four and five joints consecutively. The second factor was the number of joints of cutting for Uncaria gambir Roxb (C) consists of 3 levels namely three, four and five joints. The third factor was growth media (M) containing 4 levels, namely sub soil 100%, topsoil 100%, subsoil 90% + Kiriyu compost 10%, subsoil 90% + chicken compost 10%. The results of research showed that light intensity manure had significant effect on the Uncaria gambir Roxb growth namely to add the length of bud in 3 and 5 weeks after planting with each 0,66 cm and 1,46 cm. Then, it was with relative growth for 0,241 g/plant and dried weight of the plant for 0,879 gr. On the growth media, it was with significant influence to plant growth namely the increase of dried weight in the 9th week after planting for 0,887 gr (the increase for 25,10%). Whereas, the volume of root gambir joints did not have significant effect on the growth media. The interaction of light intensity, number of joints of cutting and growth media of plants did not have significant effect to the increase of bud growth and volume of root gambir joints.

Key words : Light intensity, joints of gambir, growth media.


(7)

Rahmat dan karunia Nya sehingga penulis telah menyelesaikan tulisan ini. Tulisan ini adalah tesis yang disusun berdasarkan hasil penelitian yang Berjudul “Respon Pertumbuhan Gambir (Uncaria gambir Roxb) Terhadap Intensitas Cahaya, Jumlah Buku Stek, dan Media Tumbuh pada Pembibitan di Kabupaten Pakpak Bharat”

Penelitian ini mencoba untuk memberikan data dan informasi mengenai Intensitas Cahaya dengan menggunakan paranet, Jumlah Buku Stek Gambir, Media Tumbuh, dengan penggunaan pupuk kandang ayam, serta kompos kirinyu yang merupakan pupuk untuk meningkatkan pertumbuhan pada tanah krisis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan saran-saran yang membangun serta kritik yang sehat demi bermamfaatnya penelitian ini.

Medan, oktober 2012 Hormat saya

Penulis


(8)

Berkat Nya sehingga penulis telah dapat menyelesaikan tesis ini.

Pada kesepatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibunda Minaria Padang, atas bantuan moril maupun material, serta do’anya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

2. Rektor Universitas Sumatera Utara, bapak Prof.Dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM) yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat kiranya mengikuti kuliah Program Magister Pertanian pada Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. 3. Direktur Program Pasca Sarjana USU Medan, bapak Prof. Dr. Ir.

Rahim Matondang, MSIE untuk menjadi mahasiswa Program Magister USU.

4. Dekan Fakultas Pertanian USU Medan, bapak Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS, yang telah memberikan fasilitas tempat dan waktu belajar kepada penulis selama mengikuti Program Magister Pertanian di Pasca Sarjana Fakultas Pertanian USU Medan

5. Ketua Program studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, bapak Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP, atas bimbingan dan arahannya hingga penulis dapat menyelesaikan penelitian tesis di Pasca Sarjana Fakultas Pertanian USU Medan.


(9)

mulai dari awal penulisan, saat penelitian sampai penyusunan tesis. 7. Anggota komisi pembimbing, bapak Luthfi. A.M. Siregar SP, MSc,

Ph.D, yang sangat banyak membimbing, mengarahkan, dan mendorong penulis mulai dari awal penulisan, saat penelitian sampai penyusunan tesis.

8. Komisi penguji, Ibu Prof. Dr. Ir. Rosmayati MS, Ibu Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP, dan Prof. Dr. Ir.B. Sengli Damanik, MSc selaku penguji yang memberi masukan kepada penulis sehingga penulis dapat menyempurnakan tesis ini.

9. Kepada istri Rumensi Sihombing, beserta anak-anakku tercinta Pernando Manik, Andre Sepebri Manik, Yoga Astanja Manik, Dipo Hendi Manik, yang setia dan sabar mendampingi penulis sampai selesainya tesis ini.

10.Kepada abang dan adikku tersayang, Sihol Manik S.Sos, Arnis Manik, Marno Manik ST, Bayar Manik ST, yang selalu memberi semangat dan membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

11.Kepada masyarakat desa Boangmanalu, Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat yang telah membantu penulis mulai dari awal sampai dengan ahir penelitian ini.

12.Rekan-rekan dari Program Studi Agroekoteknologi, yang tidak bosan-bosannya memberikan semangat dan masukan dalam penyelesaian penelitian ini, sehingga penulis mengucapkan terima kasih.


(10)

Olo Manik, (alm) dan Ibu Minaria Padang anak ke tiga dari enam bersaudara dan telah dikarunia empat anak.

Pendidikan :

Tahun 1981 : Lulus dari sekolah Dasar Negeri Salak Kecupak Tahun 1984 : Lulus Dari Sekolah Menengah Pertama Negeri Salak Tahun 1987 : Lulus Dari Sekolah Pertanian Pembanguna Nduma Dairi Tahun 1989 : Mulai bekerja sebagai tenaga Honorer di Kabupaten Tapanuli

selatan

Tahun 1993 : PNS di Dinas Pertanian Dairi

Tahun 2000 : Lulus Dari Universitas Tjut Nyak Dhien Fakultas Pertanian Jurusan Budidaya Pertanian

Tahun 2000 : Bekerja di Kabupaten Pakpak Bharat Sampai Sekarang


(11)

ABSTRACT ii

KATA PENGANTAR iii

UCAPAN TERIMA KASIH iv

RIWAYAT HIDUP vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN

• Latara Belakang 1

• Perumusan Masalah 4

• Tujuan Penelitian 6

• Hipotesis Penelitian 6

• Manfaat penelitian 6

TINJAUAN PUSTAKA

• Keadaan Botani 7

• Syarat Tumbuh Tanaman Gambir 8

• Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Dengan Stek 9

• Media Tumbuh 11

• Tanah 11

• Pupuk Organik 12

• Cahaya 13

• Pengaruh Intensitas Matahari 14

• Faktor Dari Dalam Tanaman 16

METODE PENELITIAN

• Waktu Dan Tempat 19

• Bahan Dan Alat 19

• Rancangan Percobaan 19


(12)

HASIL DAN PEMBAHASAN

• Hasil 77

• Pembahasan 77

KESIMPULAN DAN SARAN

• Kesimpulan 86

• Saran 87

DAFTAR PUSTAKA 88

LAMPIRAN - LAMPIRAN 91


(13)

1. Perkembangan Luas Tanam , Produksi, Volume Ekspor dan Nilai

Ekspor Gambir Indonesia Periode Tahun 2000 – 2004……… 2

2. Data Persentasi stek bertunas Pada Berbagai Penaungan Paranet,

Jumlah buku Stek Gambir dan Media Tumbuh 29

3. Data Jumlah Tunas dari stek Pada Berbagai Penaungan Paranet, Jumlah Buku Stek Gambir dan Media

Tumbuh………

30 4. Data Panjang Tunas Stek Gambir Pada Berbagai Penaungan Paranet,

Jumlah buku Stek Gambir dan Media Tumbuh pada3MST 33

5. Data Panjang Tunas Stek Gambir Pada Berbagai Penaungan Paranet, Jumlah buku Stek Gambir dan Media Tumbuh pada5MST

34 6. Data Panjang Tunas Stek Gambir Pada Berbagai Penaungan Paranet,

Jumlah buku Stek Gambir dan Media Tumbuh pada7 MST

35 7. Data Panjang Tunas Stek Gambir Pada Berbagai Penaungan Paranet,

Jumlah buku Stek Gambir dan Media Tumbuh pada9 MST

36 8. Data Hubungan antara Jumlah Buku Stek Gambir dengan Penaungan

Paranet terhadap Panjang Tunas pada 5 Minggu Setelah Tanam (5 MST)………..

38 9. Data hubungan antara Panjang Tunas Stek Gambir dengan Media

Tumbuh terhadap Panjang Tunas pada 9 Minggu Setelah Tanam (9 MST)………..

40 10. Data Luas daun tunas Stek Gambir Pada Berbagai Penaungan

Paranet, Jumlah buku Stek Gambir dan Media Tumbuh pada 3, Minggu Setelah Tanam

44 11. Data Luas Daun Lima Minggu Stelah Tanam (5MST) Data Luas

daun tunas Stek Gambir Pada Berbagai Penaungan Paranet, Jumlah buku Stek Gambir dan Media Tumbuh pada 5 Minggu Setelah Tanam

45 12. Data Luas daun tunas Stek Gambir Pada Berbagai Penaungan

Paranet, Jumlah buku Stek Gambir dan Media Tumbuh pada 7

Minggu Setelah Tanam 46

13. Data Luas daun tunas Stek Gambir Pada Berbagai Penaungan Paranet, Jumlah buku Stek Gambir dan Media Tumbuh pada 9

Minggu Setelah Tanam 47

14. Laju Tumbuh Relatif 1 (minggu ke 3 s/d 5) Stek Gambir pada Berbagai Penaungan Paranet, Jumlah buku Stek Gambir dan Media Tumbuh

……….

49

15. Laju Tumbuh Relatif 2 (minggu ke 5 s/d 7) Stek Gambir pada Berbagai Penaungan Paranet, Jumlah buku Stek Gambir dan Media Tumbuh

……….

50 16. Laju Tumbuh Relatif 3 (minggu ke 7 s/d 9) Stek Gambir pada

Berbagai Penaungan Paranet, Jumlah buku Stek Gambir dan Media


(14)

Cabang Stek Gambir dengan Media Tumbuh serta Media

Tumbuhterhadap Laju Tumbuh Relatif 3 (LTR 3 )………. 53

18. Laju Asimilasi Bersih 1 (LAB 1) Stek Gambir Pada Berbagai Penaungan Paranet, Jumlah buku Stek Gambir dan Media Tumbuh …. 59 19. Laju Asimilasi Bersih 2 (LAB 2) Stek Gambir Pada Berbagai

Penaungan Paranet, Jumlah buku Stek Gambir dan Media Tumbuh 60 20. Laju Asimilasi Bersih 3 (LAB 3) Stek Gambir Pada Berbagai

Penaungan Paranet, Jumlah buku Stek Gambir dan Media Tumbuh 61 21. Volume Akar Stek Gambir di Berbagai Penaungan Paranet, Jumlah

Buku Stek Gambir dan Media Tumbuh 3 Minggu Setelah Tanam ( 3

MST)……….. 64

22. Volume Akar Stek Gambir di Berbagai Penaungan Paranet, Jumlah Buku Stek Gambir dan Media Tumbuh 5 Minggu Setelah Tanam (5

MST)……….. 65

23. Volume Akar Stek Gambir di Berbagai Penaungan Paranet, Jumlah Buku Stek Gambir dan Media Tumbuh 7 Minggu Setelah Tanam (7

MST) ……….. 66

24. Volume Akar Stek Gambir di Berbagai Penaungan Paranet, Jumlah Buku Stek Gambir dan Media Tumbuh 9 Minggu Setelah Tanam (9

MST)……….. 67

25. Berat Kering Akar Stek Gambir di Berbagai Penaungan Paranet,

Jumlah buku Stek Gambir dan Media Tumbuh 69

26. Bobot Kering Tanaman Stek Gambir Pada Berbagai Penaungan

Paranet,Jumlah buku Stek Gambir dan Media Tumbuh 71

27. Data hubungan antara Jumlah buku Stek Gambir dengan Media Tumbuh terhadap Bobot Kering Tanaman ……….

73 28. Serapan Hara N Daun (mg/g) Stek Gambir di Berbagai Penaungan

Paranet, Jumlah buku Stek Gambir dan Media Tumbuh ………

76


(15)

Setelah Tanam ( 3 MST) 37 2. Hubungan Panjang Tunas dengan Penaungan Paranet 5 Minggu

Setelah Tanam ( 5 MST) pada Berbagai Jumlah buku Stek Gambir. 39 3. Hubungan Panjang Tunas dengan Jumlah buku Stek Gambir pada 9

Minggu Setelah Tanam ( 9 MST ) di Berbagai Media Tumbuh 41 4. Hubungan Laju Tumbuh Relatif 3 (minggu ke 7 s/d 9) dengan

Penggunaan Penaungan Paranet Jumlah buku Stek Gambir 52

5. Hubungan Laju Tumbuh Relatif 3 (LTR 3) dengan Penggunaan Penaungan Paranet (N0) dan Jumlah buku Stek Gambir di Berbagai Media

Tumbuh………

54 6. Hubungan Laju Tumbuh Relatif 3 (LTR 3) dengan Penggunaan

Penaungan Paranet (N1) dan Jumlah buku Stek Gambir di Berbagai Media

Tumbuh……….

54 7. Hubungan Laju Tumbuh Relatif 3 (LTR 3) dengan Penggunaan

Penaungan Paranet (N2) dan Jumlah buku Stek Gambir di Berbagai Media

Tumbuh……….

55 8. Hubungan Laju Tumbuh Relatif 3 (LTR 3) dengan Penggunaan

Penaungan Paranet (N3) dan Jumlah buku Stek Gambir di Berbagai Media

Tumbuh……….

55

9. Hubungan Bobot Kering Tanaman dengan Berbagai Taraf

Penaungan Paranet ………..

72 10. Hubungan Bobot Kering Tanaman dengan Berbagai Media Tumbuh 73 11. Hubungan Bobot Kering Tanaman dengan Jumlah buku Stek Gambir

pada Berbagai Media Tumbuh ………..

74


(16)

2.Karakter morpologi produksi dari tipe gambir di Sumatera Barat 92 3.Luas tanaman dan produksi gambir tanaman perkebunan rakyat

menurut Kabupaten tahun 2008……….. 92

4.Perbedaan morfologi tipe-tipe gambir di sentra produksi Sumatera Barat………. 73

5.Morfologi tipe-tipe gambir di sentra produksi Kabupaten Pakpak Bharat……… 93

6.Komposisi Kandungan Unsur Hara Jaringan Kirinyu (Chromolaena odorata)... 93

7.Hasil pengukuran intensitas cahaya dengan menggunakan alat Luks Tester Meter yang dilakukan di tempat penelitian………. 94

8.Hasil analisis tanah yang dilakukan sebelum penelitian……… 94

9.Hasil analisis tanah ditinjau dari sifatnya 94 10Hasil analisis tanah ditinjau dari kimianya 94 11Data Persen Tumbuh Tunas Stek……… 95

12Analisa Sidik Ragam Persen Tumbuh Tunas Stek Gambir………… 95

13Data Jumlah buku……… 96

14Analisa Sidik Ragam Jumlah buku……….. 96

15Data Panjang Tunas (3 MST)………. 97

16Analisa Sidik Ragam Panjang Tunas (3 MST)……….. 97

17Data Panjang Tunas (5 MST)………. 98

18Analisa Sidik Ragam Panjang Tunas (5 MST)……….. 98

19Data Panjang Tunas (7 MST)………. 99

20Analisa Sidik Ragam Panjang Tunas (7 MST)……….. 99

21Data Panjang Tunas (9 MST)………. 100

22Analisa Sidik Ragam Panjang Tunas (9 MST)……….. 100

23Data Luas Daun (3 MST)………. 101

24Analisa Sidik Ragam Luas Daun (3 MST)………... 101

25Data Luas Daun (5 MST)………. 102

26Analisa Sidik Ragam Luas Daun (5 MST)………... 102

27Data Luas Daun (7 MST)………. 103

28Analisa Sidik Ragam Luas Daun (7 MST)……….. 103

29Data Luas Daun (9 MST)……… 104

30nalisa Sidik Ragam Luas Daun (9 MST)………. 104

31Data Laju Tumbuh Relatif 1 (LTR 1)………. 105

32Analisa Sidik Ragam Laju Tumbuh Relatif (LTR 1)……….. 105

33Data Laju Tumbuh Relatif 2 (LTR 2)……… 106

34Analisa Sidik Ragam Laju Tumbuh Relatif (LTR 2)………... 106

35Data Laju Tumbuh Relatif 3(LTR 3)……… 107

36Analisa Sidik Ragam Laju Tumbuh Relatif (LTR 3)……….. 107

37Data Laju Assimilasi Bersih (LAB 1)……… 108

38 Analisa Sidik Ragam Laju Assimilasi Bersih (LAB 1)……… 108

39Data Laju Assimilasi Bersih (LAB 2)……… 109


(17)

43Data Volume Akar (3 MST)………. 111

44Analisa Sidik Ragam Volume Akar (3 MST)……….. 111

45Data Volume Akar (5 MST)………. 112

46Analisa Sidik Ragam Volume Akar (5 MST)……….. 112

47Data Volume Akar (7 MST)……… 113

48Analisa Sidik Ragam Volume Akar (7 MST)………. 113

49Data Volume Akar (9 MST)………. 114

50Analisa Sidik Ragam Volume Akar (9 MST)……….. 114

51Data Berat Kering Akar……… 115

52Analisa Sidik Ragam Berat Kering Akar………. 115

53Data Bobot Kering Tanaman……… 116

54Analisa Sidik Ragam Bobot Kering Tanaman………. 116

55Data Serapan Hara N Daun……….. 117

56Analisa Sidik Ragam Serapan Hara N Daun……… 117

57Gambar sampel penelitian 118


(18)

ABSTRAK

TONI MANIK, 2012. Respon pertumbuhan gambir (uncaria gambir roxb) terhadap intensitas cahaya, jumlah ruas stek dan media tumbuh di pembibitan di kabupaten Pakpak Bharat. Dibawah bimbingan, Prof.Dr.Ir. Edison Purba Ph.D. sebagai Ketua Komisi Pembimbing dengan anggota Luthfi A.M. Siregar, SP, MSc, Ph.D. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intensitas cahaya, jumlah buku stek dan media tumbuh terhadap pertumbuhan tanaman gambir pada pembibitan di Kabupaten Pakpak Bharat. Penelitian dilaksanakan di Desa Boangmanalu Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat, dengan jenis tanah Podsolik Merah Kuning dengan ketinggian 800 diatas permukaan laut dan dilakukan pada bulan Juli 2011. Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari 3 faktor yaitu faktor pertama sebagai petak utama penaungan dengan paranet (N) terdiri dari 4 taraf yaitu tanpa naungan (cahaya 100%), naungan 25%, naungan 50% dan naungan 75%. Faktor kedua sebagai anak petak adalah jumlah buku stek gambir (C) terdiri dari 3 taraf yaitu tiga buku, empat buku dan lima buku. Faktor ketiga sebagai anak-anak petak adalah media tumbuh (M) terdiri dari 4 taraf yaitu subsoil 100%, topsoil 100%, subsoil 90% + kompos kriyu 10%, subsoil 90% + pupuk kandang ayam 10%. Hasil peneltian menunjukan bahwa intensitas cahaya dengan penaungan paranet berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan gambir yaitu: meningkatkan laju tumbuh relatif 3 (minggu ke 7 s/d 9 ) sebesar 0,241g/tanaman (peningkatan 5,7 %), bobot kering tanaman sebesar 0,879gr (peningkatan 25,57 % ) dari intensitas 100 %. Pada media tumbuh berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan tanaman yaitu : pada media subsoil 90% + pupuk kandang ayam (M3) berpengaruh terhadap peningkatan bobot kering tanaman sebesar 0,887 (peningkatan 25,10% ). Sedangkan volume akar stek gambir tidak berpengaruh secara signifikan pada media tumbuh.Interaksi intensitas cahaya, jumlah buku stek, dan media tumbuh tanaman tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan pertumbuhan tunas dan akar stek tanaman gambir.

Kata Kunci : Intensitas cahaya, Stek gambir, Media tumbuh


(19)

ABTRACT

TONI MANIK. 2012. The growth response of Uncaria gambir Roxb to light intensity, number of joints of cutting and growth media in nursery in Pakpak Bharat regency. It was under the supervision of Edison Purba as senior supervision, Luthfi. A.M.Siregar as co-supervisor. The research was carried out to determine the influence of light intensity, number of joints of cutting and growth media to the growth of gambir in nursery. It was conducted in one Podsolic Red Yellow soil type and 800 above sea level. Research design used was Factorial Cluster Random Design consisting of 3 factors, namely the first factor as the first main block with paranet (N) consists 4 levels with the light intensity of lighting 100%, 25% shading, 50% shading, 75 % shading and consecutively. The second factor as was the number of joints of cutting for Uncaria gambir Roxb (C ) consists of 3 levels namely three , four and five joints consecutively. The second factor was the number of joints of cutting for Uncaria gambir Roxb (C) consists of 3 levels namely three, four and five joints. The third factor was growth media (M) containing 4 levels, namely sub soil 100%, topsoil 100%, subsoil 90% + Kiriyu compost 10%, subsoil 90% + chicken compost 10%. The results of research showed that light intensity manure had significant effect on the Uncaria gambir Roxb growth namely to add the length of bud in 3 and 5 weeks after planting with each 0,66 cm and 1,46 cm. Then, it was with relative growth for 0,241 g/plant and dried weight of the plant for 0,879 gr. On the growth media, it was with significant influence to plant growth namely the increase of dried weight in the 9th week after planting for 0,887 gr (the increase for 25,10%). Whereas, the volume of root gambir joints did not have significant effect on the growth media. The interaction of light intensity, number of joints of cutting and growth media of plants did not have significant effect to the increase of bud growth and volume of root gambir joints.


(20)

PENDAHULUAN Latar belakang

Gambir merupakan salah satu komoditas perkebunan rakyat yang bernilai ekonomi tinggi dan prospektif untuk dikembangkan secara komersial pada masa yang akan datang. Gambir mengandung beberapa zat kimia penting, yaitu catekhin dan asam tanin cartekhu yang dapat digunakan bukan hanya sebagai teman untuk makan sirih tetapi juga sebagai bahan baku dalan berbagai industri, seperti industri farmasi, kosmetik, batik, cat, penyamak kulit, bio pestisida, hormon pertumbuhan, pigmen dan sebagai bahan campuran pelengkap makanan (Nazir, 2001)

Dalam perdagangan international tercatat 2 (dua) klasifikasi gambir yang diperdagangkan, yaitu gambir mentah dan gambir olahan. Berdasarkan data Geneva tahun 1991-1995 Indonesia menduduki urutan ke tiga dari 60 negara pengekspor gambir mentah, sedangkan untuk gambir olahan menempati urutan ke tujuh dari 50 negara pengekspor gambir olahan ( Disbun TK I Prop. Sumbar, 1998).

Indonesia sebagai pemasok utama 80% gambir dunia, sebagian besar berasal dari daerah Provinsi Sumatera Barat (Djanun, 1998) dengan negara tujuan ekspornya Bangladesh, India, Pakistan, Taiwan, Jepang, Korea Selatan, Perancis dan Swiss (Denian, 2002) yang permintaan ekspornya terus meningkat sepanjang tahun. Hal ini ditunjukkan oleh volume ekspor tahun 2000 sebanyak 6.633 ton dengan nilai US$ 8.274.000,- meningkat pada tahun 2004 menjadi 12.438 ton dengan nilai US$ 9.694.000,-. Berarti terjadi peningkatan volume ekspor sebesar 87,49% dan peningkatan nilai 17,16% selama kurun waktu 5 tahun.


(21)

Perkembangan luas tanam, produksi, volume ekspor dan nilai ekspor gambir dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan Luas Tanam , Produksi, Volume Ekspor dan Nilai Ekspor Gambir Indonesia Periode Tahun 2000 – 2004.

Tahun Luas tanam (ha)

Produksi (ton)

Volume ekspor (ton)

Nilai ekspor (US$ 000)

2000 16.016 10.584 6.663 8.274

2001 16.811 10.279 8.692 10.995

2002 21.812 12.436 7.015 8.370

2003 17.800 23.375 5.178 5.347

2004 19457 12.436 12.438 9.694

Sumber: Badan Pusat Statistik (Th 2000-2004)

Besarnya permintaan akan gambir serta jenis-jenis barang industri yang memerlukan bahan baku gambir dalam teknologi yang semakin canggih, maka kebutuhan gambir dalam beberapa industri semakin meningkat baik dalam negeri maupun luar negeri. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka budidaya dan pengelolaan tanaman gambir penting untuk ditingkatkan mulai dari hulu sampai ke hilir sehingga permintaan pasar dapat dipenuhi.

Luas tanaman gambir di Sumatera Utara Tahun 2008 adalah 1.615,30 ha dengan produksi 2.045,11 ton . Diantara kabupaten tersebut yang terluas adalah kabupaten Pakpak Bharat dengan luas 850,80 ha dengan produksi 1.667,97 ton (BPS Prop.Sumut, 2008).

Sentra sentra produksi gambir di Kabupaten Pakpak Bharat meliputi beberapa kecamatan antara lain Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe seluas 489 ha dengan produksi 928,43 ton Kecamatan Kerajaan 110 ha produksi


(22)

246,99 Kecamatan Siempat rube 74 ha produksi 164 ton Kecamatan Pergetteng-getteng sengkut 72 ha produksi 95,34 ton Kecamatan Tinada 55 ha produksi 120,71 ton Kecamatan salak 34,5 66,96 ton Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu 12 ha produksi 27,24 ton serta Kecamatan Pagindar 10 ha produksi 18,16 ton (Bapeda dan BPS Kabupaten Pakpak Bharat Tahun, 2008).

Hasil studi yang dilakukan Denian dan Fiani (1994) dibeberapa lokasi sentra produksi gambir secara morfologis ditemukan 3 tipe gambir, yaitu tipe udang, cubadak, dan riau. Perbedaan morfologis terlihat dari ukuran daun, petiola, warna pucuk, warna daun, warna buku dan ranting, dan rendemen hasil.

Dalam pembudidayaan tanaman gambir yang umumnya dipakai dewasa ini adalah perbanyakan secara generatif maupun vegetatif. Cara yang dapat dilakukan untuk perbanyakan tanaman agar dapat memenuhi kebutuhan bibit yang diperlukan tanpa tergantung terhadap ketersediaan benih adalah melalui pembiakan vegetatif. Salah satu dalam penggunaan bahan tanaman yang berasal dari bahan vegetatif. Keuntungan bahan vegetatif adalah sifat keturunan yang sama dengan induknya. Pembiakan vegetatif dapat secara stek, cangkok, okulasi, dan kultur jaringan.

Salah satu teknik perbanyakan vegetatif yang secara teknis cukup mudah dan sederhana serta tidak membutuhkan biaya produksi dan investasi yang besar adalah stek. Teknik perbanyakan vegetatif dengan stek adalah metode perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian tanaman yang dipisahkan dari induknya di mana jika ditanam pada kondisi yang menguntungkan untuk bergenerasi akan berkembang menjadi tanaman yang sempurna Juhardi (1995).


(23)

Menurut Danu dan Nurhasybi (2003) faktor yang mempengaruhi keberhasilan stek berakar dan tumbuh baik adalah sumber bahan stek, dan perlakuan terhadap bahan stek. Hal yang perlu diperhatikan dalam perlakuan terhadap bahan stek adalah penggunaan jenis media. Berdasarkan pengamatan terhadap petani gambir di Kab. Pakpak Bharat, pasir merupakan jenis media yang cocok bagi pertumbuhan awal stek. Pasir memiliki tekstur dan aerasi yang sesuai bagi pertumbuhan akar, namun pasir tidak memiliki kandungan unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan lanjutan sehingga harus dilakukan pemisahan sampai bibit siap tanam.

Petani-petani gambir di kecamatan Sitellu Tali Urang (STU) Jehe Kabupaten Pakpak Bharat dalam mengembangkan pertanaman gambir jarang melakukan pembibitan secara khusus melalui perbanyakan vegetatif secara setek pucuk. Pada umumnya petani di kecamatan STU Jehe Kabupaten Pakpak Bharat mengembangkan tanaman gambir melalui stek batang yang ditanam tumpang sari dengan padi pada waktu padi ladang yang berumur 1,5-2 bulan dengan tujuan untuk memberikan naungan pada stek gambir.

1. Perumusan masalah

Dalam mengembangkan penanaman gambir di Kabupaten Pakpak Bharat masalah yang dihadapi adalah bibit. Persolaan bibit yang utama adalah tingginya tingkat kematian pada waktu tanam dilapangan yang mencapai 70% sehingga mengakibatkan petani mengalami kegagalan dalam melaksanakan pertanaman gambir dilapangan. Hal ini disebabkan karena petani menanam secara tradisional dan belum melakukan pembibitan terlebih dahulu sebelum penanaman. Usaha untuk meningkatkan pertumbuhan bibit pada waktu tanam dilapangan dilakukan


(24)

dengan cara melakukan pembibitan stek batang sebelum tanam dilapangan. Sampai sekarang ini belum ada informasi tentang penentuan jumlah buku yang tepat untuk mendapatkan tunas yang baik.

Disamping itu beberapa aspek agronomis dalam budidaya gambir, intensitas dan kwalitas cahaya sangat mempengaruhi untuk pertumbuhan stek gambir pada pembibitan. Intensitas cahaya yang tinggi dapat membakar daun-daun muda tanaman gambir sehingga stek akan mati. Untuk melindungi bibit dari sengatan matahari langsung maka penting adanya naungan seperti paranet. Paranet yang tepat untuk menaungi bibit di pembibitan dapat meningkatkan pertumbuhan stek batang gambir.

Media tumbuh merupakan pendukung dari pada stek gambir dalam pembentukan akar di pembibitan seperti aerasi, kelembapan yang cukup, drainase yang baik, serta bebas dari pathogen yang dapat merusak stek. untuk memberikan aerasi yang baik maka diberikan tanah dan pasir.

Pupuk kandang dapat memperbaiki sifat fisik tanah sehingga dapat menunjang pertumbuhan dan perakaran tanaman. Peranan dari pupuk kandang ini dapat mengembangkan beberapa unsur hara seperti fosfor, nitrogen, sulfur, dan kalium serta meningkatkan kapasitas tukar kation tanah. Disamping itu pupuk kandang dapat melepaskan unsur P dari oksida Fe dan Al, memperbaiki sifat fisik dan struktur tanah, serta dapat membentuk senyawa kompleks dengan unsur makro dan mikro sehingga dapat mengurangi proses pencucian unsur.

Berdasarkan uraian diatas perlu pengkajian tentang intensitas cahaya, sumber bahan tanaman dan media tumbuh untuk meningkatkan pertumbuhan stek batang gambir.


(25)

1. 2. Tujuan penelitian

1. Menentukan pengaruh intensitas cahaya, jumlah buku stek, dan media tumbuh terhadap pertumbuhan tanaman gambir.

2. Menentukan jumlah buku stek yang tepat yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman gambir.

3. Mengetahui dan menganalisis, media tumbuh tanah dan bahan organik yang berbeda dapat meningkatkan pertumbuhan dan perakaran stek tanaman gambir. 4. Mengetahui dan menganalisis interaksi antara intensitas cahaya, jumlah buku stek dan

media tumbuh terhadap peningkatan pertumbuhan tunas dan perakaran stek tanaman gambir.

1.3. Hipotesis penelitian

1. Intensitas cahaya berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dan perakaran stek tanaman gambir.

2. Jumlah buku stek berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dan akar stek gambir.

3. Media tumbuh berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dan perakaran stek serta dapat digunakan sebagai pengganti tanah topsoil pada tanah kritis

4. Adanya interaksi intensitas cahaya, jumlah buku stek dan media tumbuh terhadap peningkatan pertumbuhan tunas dan perakaran stek tanaman gambir.

1.4. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini akan berguna untuk teknik budidaya pembibitan gambir secara stek batang dalam usaha mengelola dan memanfaatkan tanah subsoil serta bahan organik (kirinyu) sebagai pengganti tanah topsoil.


(26)

II

.

Tinjauan Pustaka

1 . Botani Gambir

Tanaman Gambir (Uncaria gambir Roxb) termasuk dalam suku kopi-kopian. Bentuk keseluruhan dari tanaman ini seperti pohon bougenvil, yaitu merambat dan berkayu. Ukuran lingkar batang, pohon yang sudah tua dapat mencapai 45 cm. daunnya oval sampai bulat dengan panjang 8-14 cm, lebar 4-6,5 cm. Diameter batang dapat mencapai 1,40 - 2,20 cm dengan ukuran buku 0,65-1,10 cm. Warna kulit batang gambir agak kelabu tua,sedangkan wana daun hijau tua serta warna daun pucuk hijau muda. bobot daun 1,5 - 3,10 gr/daun (Denian dan Fiani, 1994).

Jumlah daun/ranting 6-18 helai, jumlah ranting/buku 4-11 ranting, jumlah buku/batang 4-11 buku, jumlah daun/tanaman menghasilkan 4,2-7,2 kg tergantung rimbun tanamannya serta bobot kering /ha 550-1.200 kg ( Danian dkk, 2005).

Gambir dalam pertumbuhannya memerlukan cahaya penuh, dan tahan terhadap naungan pada waktu muda gambir mempunyai akar tunggal yang tumbuh cepat dan dengan akar-akar permukaan yang banyak. Bunga berbentuk corong kembang berwarna hijau putih muda dan setelah mekar menjadi putih dan buah yang sudah tua berbentuk bulat dan sangat kecil (Paradika, 2009).


(27)

Tanaman gambir dapat diklasifikasikan sebagai berikut Kerajaan : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Klas : Angiospermae

Sub-klas : Monocotyledonae

Ordo : Rubiales

Famili : Rubiceae

Genus : Uncaria

Species : Uncaria gambir Roxb

2. Syarat tumbuh

Menurut Nazir (2000) tanaman gambir ditemukan tumbuh liar di hutan-hutan di Sumatera, Kalimantan dan di Semenanjung Malaya. Disamping itu, gambir juga ditanam di Jawa, Bali, dan Maluku.

Tanaman gambir dibudidayakan pada lahan ketinggian 200 - 800 m di atas permukaan laut mulai dari topograpi agak datar sampai di lereng bukit. Budidaya ini ditanam secara tradisional serta jarang diberi pemupukan, dengan topograpi bergelombang (40% s/d 80%). Tanah yang cocok untuk tanaman gambir adalah podsolik merah kuning dan latasol dengan ph tanah 5 - 6,5. Tanaman gambir tumbuh pada iklim dengan curah hujan 2000 s/d 3000 mm pertahun dengan paling lama kemarau selama 4 bulan. Biasanya ditanam sebagai tanaman perkebunan atau di pinggiran hutan.


(28)

3. Perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan stek batang

Sebagai salah satu perbanyakan tanaman secara vegetatif, stek menjadi alternatif yang banyak dipilih orang karena caranya sederhana, tidak memerlukan teknik yang rumit sehingga dapat dilakukan oleh siapa saja. Wudianto (1998) mendefinisikan stek sebagai suatu perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa bagian tanaman (akar, batang, daun dan tunas) dengan tujuan agar bagian-bagian itu membentuk akar. Dengan dasar itu maka muncullah istilah stek akar, stek batang, stek daun, dan sebagainya.

Tanaman yang dihasilkan dari stek biasanya mempunyai sifat persamaan dalam umur, ukuran tinggi, ketahanan terhadap penyakit dan sifat- sifat lainya. Selain itu kita juga memperoleh tanaman yang sempurna yaitu mempunyai akar, batang, dan daun yang relatif singkat (Widianto, 1998).

Stek batang adalah stek yang umum dipakai dalam bidang kehutanan dan perkebunan. Dalam perbanyakan vegetatif yang dimaksud dengan stek batang dan stek pucuk adalah yang menggunakan batang dan pucuk stek. Stek batang adalah pembiakan tanaman yang menggunakan bagian batang agak tua dengan memotong bagian pucuknya yang dipisahkan dari induknya. Stek batang ini diambil dari bagian tanaman yang ortotrop dan mengharapkan tumbuhnya tunas dari kuncup – kuncup tunas yang tumbuh di ketiak tanaman. Stek batang didefinisikan sebagai pembiakan tanaman dengan menggunakan bagian batang sampai pucuk yang dipisahkan dari induknya, sehingga menghasilkan tanaman yang sempurna. Menurut Yasman dan Smits (1988), stek batang pucuk ini sebaiknya diambil dari bagian tanaman ortotrof sehingga diharapkan dapat membentuk suatu batang yang kokoh dan


(29)

lurus keatas.

Keuntungan dari perbanyakan ini adalah lebih efisien jika dibandingkan dengan cara lain karena cepat tumbuh dan penyediaan bibit dapat dilakukan dalam jumlah yang besar. Sedangkan kesulitan yang dihadapi adalah selang waktu penyimpanan relatif pendek antara pengambilan dan penanaman (Wudianto, 1988). Dengan demikian sumber bahan vegetatif haruslah dicari atau dipilih pohon-pohon unggul dengan produksi tinggi, tahan hama dan penyakit serta mudah penanamannya. Sedangkan yang berkaitan dengan persiapan bahan stek, Yasman dan Smits (1988) menerangkan bahwa pemotongan bagian pangkal stek sebaiknya 1 cm dibawah buku (node) karena sifat anatomis dan penimbunan karbohidrat yang banyak pada buku tersebut adalah lebih baik untuk perakaran stek.

1. Faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan stek

Terbentuknya akar pada stek merupakan indikasi keberhasilan dari stek. Adapun hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan stek adalah faktor lingkungan dan faktor dari dalam tanaman.

1.1. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan stek yaitu: media perakaran, suhu, kelembaban, dan cahaya (Hartman, 1983). Media perakaran berfungsi sebagai pendukung stek selama pembentukan akar, memberi kelembaban pada stek, dan memudahkan penetrasi udara pada pangkal stek. Media perakaran yang baik menurut Hartman (1983) adalah yang dapat memberikan aerasi dan kelembapan yang cukup, berdrainase baik, serta bebas dari


(30)

patogen yang dapat merusak stek. Media perakaran stek yang biasa dipergunakan adalah tanah dan pasir.

Suhu perakaran optimal untuk perakaran stek berkisar antara 21°C sampai dengan 27°C pada pagi dan siang hari dan 15°C pada malam hari. Suhu yang terlampau tinggi dapat mendorong perkembangan tunas melampaui perkembangan perakaran dan meningkatkan laju transpirasi (Hartman, 1983).

1.1.1. Media tumbuh

a. Media perakaran untuk stek

Media perakaran berfungsi sebagai pendukung stek selama pembentukan akar, memberi kelembaban pada stek, dan memudahkan penetrasi udara pada pangkal stek. Media perakaran yang baik menurut Hartman (1983) adalah yang dapat memberikan aerasi dan kelembaban yang cukup, berdrainase baik, serta bebas dari patogen yang dapat merusak stek.

Beberapa media perakaran stek yang dilakukan adalah tanah subsoil, tanah topsoil, pupuk kandang, dan kompos. Pupuk kandang dapat memperbaiki sifat fisik tanah sehingga dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman didalam pembibitan. Peranan dari pupuk kandang ini dapat mengembangkan beberapa unsur hara seperti fosfor, nitrogen, sulfur, dan kalium, dan meningkatkan kapasitas tahan kation tanah. Disamping itu pupuk kandang dapat melepaskan unsur P dari oksida Fe dan Al, dan dapat memperbaiki sifat - fisik dan struktur tanah, serta dapat membentuk senyawa kompleks dengan unsur makro dan mikro sehingga dapat mengurangi proses pencucian unsur.

b. Tanah


(31)

berpasir. Fraksi lempung tanah ini umumnya didominasi oleh mineral silikat tipe 1:1 serta oksidan dan hidroksida Fe dan Al, sehingga fraksi lempung tergolong beraktivitas rendah dan daya memegang lengas juga rendah. Karena umumnya memiliki kandungan bahan organik rendah dan fraksi lempungnya beraktivitas rendah maka kapasitas tukar kation tanah (KTK) tanah Potsolik juga rendah, sehingga relatif kuat memegang hara tanaman dan unsur hara mudah tercuci.

Tanah podsolik merah kuning atau Ultisol termasuk tanah bermuatan terubahkan (Variable charge), sehingga nilai KTK dapat berubah bergantung nilai pH nya. Peningkatan pH akan diikuti oleh peningkatan KTK, lebih mampu mengikat hara K dan tidak mudah tercuci.

Hasil penelitian Sukarji dan Hasril, (1994) menunjukkan pada jenis tanah Podsolik Merah Kuning, penggunaan tanah lapisan bawah (30-60 cm) dengan kadar 67% (67% subsoil + 33% topsoil) dan 100% subsoil menghasilkan pertumbuhan bibit yang kurang baik, sedangkan pada kadar 33% (33 % subsoil + 67 % topsoil) memberikan pertumbuhan yang tidak berbeda nyata dengan kontrol (100 % topsoil).

c. Pupuk Organik

Suwardjono, (2003) mengatakan bahwa pemberian pupuk kandang dapat memperbaiki sifat fisik tanah sehinga, dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan perakaran tanaman. Peranan dari pupuk kandang antara lain (1) mengembangkan beberapa unsur hara seperti fosfor, nitrogen, sulfur, dan kalium, (2) meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, (3) melepaskan unsur P dari oksida Fe dan Al, (4) memperbaiki sifat fisik dan struktur tanah, dan (5) membentuk senyawa kompleks dengan unsur makro dan mikro sehingga dapat


(32)

mengurangi proses pencucian unsur.

Pemberian bahan organik pada tanah masam dapat meningkatkan serapan P karena setelah bahan organik terdekomposisi akan menghasilkan beberapa unsur hara seperti N, P dan K serta menghasilkan asam humat dan fulvat yang memegang peranan penting dalam pengikatan Fe dan Al yang larut dalam tanah sehingga ketersediaan P akan meningkat (Hasanudin, 2003).

Menurut Soetedjo, (2004) bahwa pupuk organik kirinyu (Chromolaena odorata) adalah kaya nitrogen. Dalam penelitian di laboratorium kandungan hara kirinyu (Chromolaena odorata) dalam daun adalah : N 5,2% , P 0,8%, K 2,89% , Ca 3,19%, Mg 0,71% Na 0,01% (Soetedjo, 2004). Dari data tersebut bahwa Kirinyu (Chromolaena odorata) dapat digunakan dengan baik sebagai pupuk organik baik di lahan pertanian maupun di pembibitan.Tingginya kandungan N tersebut adalah dapat memacu peretumbuhan.

4.1.2. Cahaya

Dalam siklus hidupnya setiap tanaman memerlukan cahaya matahari yang berperan dalam fotosintesis. Peranan utama cahaya matahari dalam fotosintesis antara lain sebagai sumber energi, sebagai pengangkut elektron untuk membentuk reduktan dalam bentuk NADPH, dan berperan dalam reduksi CO2 menjadi C6H12O6 (Ariffin, 1989).

Menurut Fitter dan Hay (1992), secara fisiologis cahaya mempunyai pengaruh baik langsung maupun tidak langsung. Pengaruhnya pada metabolisme secara langsung melalui fotosintesis, serta secara tidak langsung melalui pertumbuhan dan perkembangan tanaman, keduanya sebagai akibat respon metabolik yang langsung dan lebih kompleks oleh pengendalian morfogenesis.


(33)

Cahaya yang berperan dalam fotosintesis jika dilihat dari sifat gelombangnya adalah cahaya yang masuk dalam ukuran PAR (Photocintetic Active Radiation) atau yang biasanya dikenal dengan cahaya tampak (vicible light). PAR ini hanya menduduki 45 persen dari total radiasi matahari dan hanya radiasi dengan panjang 0,4 – 0,7 mikron yang aktif digunakan dalam proses Fotosintesis (Sugito, 1994)

Intensitas cahaya pada siang hari di dataran tinggi di Indonesia (1000 m dpl) adalah sebesar 50.000 lux. Oleh karena itu untuk memperoleh intensitas cahaya yang sesuai bagi tanaman gambir pada pembibitan diperlukan naungan misalnya dengan paranet. Menurut Schmidt, (2002) , paranet berfungsi sebagai pelindung bibit dari intensitas cahaya matahari, paranet berfungsi juga untuk melindungi bibit dari curah hujan yang tinggi, angin, suhu yang fluktuatif (Schmidt, 2002).

Prastowo dan Roshetko, (2006) menyatakan bahwa fungsi naungan pada bibit sewaktu kecil adalah mengatur sinar matahari yang masuk ke pembibitan, menciptakan iklim mikro yang ideal bagi pertumbuhan awal bibit, menghindarkan bibit dari sengatan matahari langsung yang dapat membakar daun – daun muda serta menurunkan suhu tanah di siang hari, memelihara kelembaban tanah, mengurangi derasnya curahan air hujan dan menghemat penyiraman air.

Pengaruh intensitas cahaya terhadap bibit.

Hasil penelitian pada tanaman anggrek menunjukkan, tanaman yang mendapat intensitas cahaya 55%, menghasilkan daun terlebar, dan pembentukan tunas terbaik dibandingkan tanaman yang mendapat perlakuan intensitas cahaya 65% dan 75% (Widiastoety dan Bahar, 1995). Hal ini didukung oleh hasil penelitian Widiastoety, dkk (2000), yang menunjukkan tanaman yang dihadapkan


(34)

pada intensitas cahaya 55% memberikan produksi bunga dan lebar daun tertinggi serta pembentukan tunas terbaik, sedangkan naungan 75% menyebabkan tanaman menghasilkan panjang tangkai bunga tertinggi.

Pada penelitian yang menggunakan bibit kayu bawang naungan yang terbaik adalah pada kerapatan 55% memberikan pertumbuhan bibit yang lebih baik dibanding dengan perlakuan tanpa paranet ,khususnya pada paranet tinggi dengan diameter tanaman 30,05 cm dan 4,85 cm pada umur 3 bulan di persemaian (Siahaan dkk , 2007).

Pemberian naungan pada berbagai stadia pertumbuhan pada berbagai macam varietas tanaman kedelai berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga per tanaman, jumlah polong per tanaman, jumlah polong berisi per tanaman, berat 100 biji, dan produksi biji kering. Pemberian naungan 20% memberikan hasil yang lebih baik apabila diaplikasikan pada awal pengisian polong dibandingkan dengan awal tanam atau awal berbunga (Herawati dan Saaludin, 1995).

Figa, ( 2007 ) menunjukkan bahwa tanaman pada bibit beringin yang hidup tanpa naungan tanaman jauh lebih tinggi dari pada tanpa naungan serta pertumbuhan yang relatif lambat. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan bibit beringin sangat dipengaruhi oleh cahaya.

Firman dan Ruskandi, (1995) menyatakan pengaruh naungan pada penyambungan tanaman jambu mete menunjukkan bahwa tanaman yang disambung di bawah paranet menghasilkan persentase tingkat keberhasilan paling tinggi pada umur 4 bulan setelah penyambungan. Hal ini kemungkinan disebabkan iklim mikro pada tempat tersebut berada dalam kondisi yang stabil, tidak berfluktuasi tajam sehingga mendukung proses perlautan batang bawah dan


(35)

batang atas.

Hasil penelitian Mansur, ( 2009 ) pengaruh pertumbuhan dan pembuahan tanaman Vamili terhadap naungan menunjukkan bahwa naungan dengan kerapatan (65-75) kurang baik untuk semua parameter pertumbuhan vegetatif.Tingkat naungan terbaik adalah (35-5%) untuk klon 1 maupun klon 2.

4.2. Faktor bahan stek

Kondisi fisiologis tanamn mempengaruhi penyetekan adalah umur bahan stek, jenis tanaman, adanya tunas dan daun muda pada stek, persediaan bahan makanan, dan zat pengatur tumbuh (Kramer dan Kozlowzky, 1960)

a. Umur bahan stek

Menurut Hartman (1983), stek yang berasal dari tanaman muda akan lebih mudah berakar dari pada yang berasal dari tanaman tua, hal ini disebabkan apabila umur tanaman semakin tua maka terjadi peningkatan produksi zat-zat penghambat perakaran dan penurunan senyawa fenolik yang berperan sebagai auksin kofaktor yang mendukung inisiasi akar pada stek.

b. Jenis tanaman

Tidak semua jenis tanaman dapat dibiakkan dengan stek. Keberhasilan dengan cara stek bergantung pada kesanggupan jenis tersebut untuk berakar. Ada jenis yang mudah berakar dan ada yang sulit. Kandungan lignin yang tinggi dan kehadiran cincin sklerenkim yang kontinyu merupakan penghambat anatomi pada jenis-jenis sulit berakar, dengan cara menghalangi tempat munculnya adventif (Kramer, 1960).


(36)

c. Adanya tunas dan daun pada stek

Adanya tunas dan daun pada stek berperan penting bagi perakaran. Bila seluruh tunas dihilangkan maka pembentukan akar tidak terjadi sebab tunas berfungsi sebagai auksin. Selain itu, tunas menghasilkan suatu zat berupa auksin yang berperan dalam mendorong pembentukan akar yang dinamakan Rhizokalin (Hartman, 1983).

d. Persediaan bahan makanan

Menurut Haber (1957) persediaan bahan makanan sering dinyatakan dengan perbandingan antara persediaan karbohidrat dan nitrogen (C/N ratio). Ratio C/N yang tinggi sangat diperlukan untuk pembentukan akar stek yang diambil dari tanaman dengan C/N ratio yang tinggi akan berakar lebih cepat dan banyak dari pada tanaman dengan C/N ratio rendah.

e. Zat pengatur tumbuh

Menurut Heddy (1991) hormon berasal dari bahasa Yunani yang artinya menggiatkan. Hormon pada tanaman menurut batasan adalah zat yang hanya dihasilkan oleh tanaman itu sendiri yang disebut fitohormon dan zat kimia sintetik yang dibuat oleh ahli kimia (Kusumo, 1984). Hormon tanaman (fitohormon) adalah “regulators” yang dihasilkan oleh tanaman sendiri dan pada kadar rendah mengatur proses fisiologis tanaman. Hormon biasanya mengalir di dalam tanaman dari tempat dihasilkannya ke tempat keaktifannya (Kusumo, 1984). Salah satu hormon tumbuh yang tidak lepas dari proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah auksin. Thimann (1973) dalam Kusumo (1984) berpendapat bahwa hubungan antara pertumbuhan dan kadar auksin adalah sama pada akar, batang dan tunas yaitu auksin merangsang pertumbuhan pada kadar rendah,


(37)

sebaliknya menghambat pertumbuhan pada kadar tinggi. Kadar optimum hormon untuk pertumbuhan akar jauh lebih rendah kira-kira 1.100.000 dari kadar optimum untuk pertumbuhan batang (Kusumo, 1984).


(38)

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 1. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Boangmanalu Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat, dengan jenis tanah utisol pada ketinggian 800 m di atas permukaan laut dan dilaksanaan pada bulan Juli 2011.

2. Bahan dan alat penelitian 2.1. Bahan.

Bahan – bahan yang digunakan adalah plastik paranet 75%, 50%, dan 25%, adalah kerapatan rakitan jaring plastik untuk menghambat cahaya yang masuk ke tanaman gambir selanjutya disebut paranet, stek tanaman gambir, fungisida, tanah subsoil, pupuk kandang ayam, dan kompos dari tanaman kirinyu (Chromolaena odorata).

2.2. Alat

Alat-alat yang digunakan adalah cangkul, gunting, polibeg, gembor, meteran, label nama, oven, leaf area meter, luks tester meter, bambu, dan lain- lain

3. Rancangan percobaan 3.1. Model rancangan percobaan

Model penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan RAK Faktorial yang terdiri dari 3 faktor yaitu Penaungan, jumlah buku, dan media tumbuh 4 x 3 x 4 dan diulangi sebanyak 3 kali

Faktor pertama sebagai petak utama penaungan dengan paranet (N ) terdiri dari 4 taraf yaitu : 1. No = 0 % tanpa paranet (cahaya 100%)

2. N1 = 25 % Naungan dengan hambatan cahaya 25% 3. N2 = 50 % Naungan dengan hambatan cahaya 50% 4. N3 = 75 % Naungan dengan hambatan cahaya 75%


(39)

Faktor kedua sebagai anak petak adalah jumlah buku stek gambir (C) terdiri dari 3 taraf yaitu : 1. C1 = tiga buku

2. C2 = empat buku 3. C3 = lima buku

Faktor ketiga sebagai anak-anak petak adalah media tumbuh (M) terdiri dari 4 taraf yaitu : 1. M0 = Subsoil 100 %

2. M1 = Topsoil 100%

3. M2 = Subsoil 90% + Kompos krinyu 10%. 4. M3 = Subsoil 90% + Pupuk kandang ayam) 10%.

Dengan demikian diperoleh 48 kombinasi perlakuan dan setiap kombinasi diulangi sebanyak 3 kali. Jumlah plot percobaan 144 plot, dengan panjang plot 100 cm dan lebar 100 cm. Jarak antar polibeg adalah 14 x 14 cm dalam satu plot terdapat 30 tanaman . Jumlah sampel per plot 1 tanaman dan 3 tanaman destruktif setiap pengamatan. Susunan plot pada Lampiran 1.

3.2. Metode analisis data.

Model percobaan dilakukan menggunakan rancangan Faktorial dengan model statistik sebagai berikut :

Yijkl = µ + ρi + α j + ∑ij + βk +(αβ)jk + ∑ijk + γı + + (βγ)kl + ∑ijkl Dimana : Yijk : Nilai pengamatan pada ulangan ke-I, perlakuan naungan taraf ke-j,

Stek taraf ke-k dan media tumbuh taraf ke-l. µ : Rata-rata umum nilai pengamatan

ρi : Pengaruh ulangan pada taraf ke-i

αj : Pengaruh perlakuan pemupukan taraf ke-j


(40)

βk : Pengaruh perlakuan stek taraf ke-k

(αβ)jk : Pengaruh interaksi perlakuan naungan taraf ke-j dan stek taraf ke-k

∑ijk : Pengaruh galat pada taraf ke–I, perlakuan naungan taraf ke –j dan

stek taraf ke –k

γı : Pengaruh perlakuan media taraf ke- ı

(αγ)jl : Pengaruh Interaksi perlakuan naungan pada taraf ke-k dan media ke-l

(βγ)kl : Pengaruh interaksi perlakuan stek pada taraf ke-k, media taraf ke –I

(αβγ)jkl : Pengaruh interaksi perlakuan naungan taraf ke-j, stek taraf ke-k, dan media taraf ke-I

∑ijkl : Pengaruh galat pada taraf ke-I, penaungan taraf ke-j, stek taraf ke-k

dan media taraf ke-l

Data hasil pengamatan dianalisa dengan uji F, apabila dalam uji statistik data diperoleh hasil signifikan maka pengujian dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan's Multiples Range Test)

Luas Lahan : 12 x 16 = 192 m²

Luas Plot : 100 x 100 cm Jarak antar plot : 50 cm

Jarak antar blok : 50 cm

Jlh tanaman / polybag : 1 tanaman /polybag Jlh tanaman / plot : 30 tanaman

Jlh sampel/plot : 3 tanaman

Jlh seluruh Tanaman : 4.320 tanaman


(41)

4. Peubah amatan

4.1. Persen stek yang bertunas

Persen stek yang bertunas dihitung dengan membandingkan antar jumlah stek yang menghasilkan tunas normal pada akhir penelitian dan jumlah stek yang ditanam pada awal penelitian. Pengambilan data dilakukan pada akhir penelitian. Jumlah stek penghasil tunas dibagi dengan jumlah stek x 100% Jumlah stek yang ditanam.

4.2. Jumlah tunas dari stek

Jumlah tunas dari stek dihitung sebagai buku apabila telah keluar dua helai daun membuka sempurna. Jumlah buku dihitung pada umur 9 minggu setelah tanam ( 9 MST)

4.3. Panjang tunas (cm)

Panjang tunas di ukur mulai dari ketiak batang sampai ke pucuk buku pada setiap buku tanaman diukur pada umur 3, 5, 7, dan 9 (MST)

4.4. Luas daun tunas (cm ²)

Total luas daun dihitung dengan menggunakan leaf area meter pada 3 sampel destruktif dihitung pada umur 3, 5, 7, dan 9 MST

4.5. Laju tumbuh relatif (LTR)

Laju Tumbuh Relatif (LTR) ditentukan dengan rumus : LTR=

(T2-T1) (lnw2-lnw1)

Dimana : w1 = bobot kering tanaman pada waktu t1

w

2 = bobot kering tanaman pada waktu t2

T = waktu (minggu)


(42)

Pengukuran LTR dilakukan pada 3 tanaman sampel destruktif pada umur umur 5, 7, dan 9 MST.

4.6. Laju asimilasi bersih ( g.cm¯ ². Minggu ¯ ¹)

Laju Asimilasi Bersih (LAB) dinyatakan sebagai peningkatan bobot kering tanaman untuk setiap satuan luas daun dalam waktu tertentu. Harga LAB dihitung dengan rumus: ���=(W2−W1)

(T2−T1)

(InA2−InA1) (A2−A1)

Dimana : w1 = bobot kering tanaman pada waktu t1

w

2 = bobot kering tanaman pada waktu t2

A

1 = luas daun pada waktu t1

A

2 = luas daun pada waktu t2

Pengukuran LAB dilakukan pada 3 tanaman sampel destruktif pada umur umur 5, 7, dan 9 MST.

4.7. Volume akar (ml)

Volume akar diukur dengan cara merobek polibeg lalu tanah polibeg direndam kedalam air dan memukul tanah secara pelan- pelan hingga tanah terpisah dengan akar dari tanaman. Kemudian akar dibersihkan dengan air bersih dan dimasukkan dalam beaker glas yang berisi air. Volume air yang naik akibat dimasukkannya akar dicatat sebagai volume akar. Pengamatan dilakukan pada 5, 7, dan 9 MST.

4.8. Berat Kering akar (gr)

Berat kering akar diukur dengan menimbang akar yang dihasilkan pada setiap stek setelah dikeringkan pada oven dilakukan pada umur 9 MST.


(43)

4.9. Bobot kering tanaman (gr)

Berat kering tajuk diukur dengan menimbang tunas yang dihasilkan pada setiap stek setelah dikeringkan pada oven dan juga beserta akar. Hasil dari kedua ini di tambahkan menjadi bobot kering tanaman dilakukan pada umur 9 MST.

4.10. Serapan hara nitrogen (N)

Analisis serapan hara N dilakukan pada jaringan daun tanaman dilakukan di laboratorium pada ahir penelitian

5. Cara Kerja Dilapangan 5.1 Prosedur Pelaksanaan

Persiapan lahan dilakukan sebelum pelaksanaan penelitian, (media tanam), pembuatan tempat tumbuh, penyiapan media tumbuh, pengambilan stek, persiapan tiang paranet, penaungan dengan paranet, penanaman stek, pengamatan dan pengukuran. Pemeliharaan stek meliputi penyiraman, penyulaman, penyiangan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit.

5.1. Persiapan naungan

Tonggak rumah tumbuh stek gambir terbuat dari bambu dengan ukuran tinggi 120 sebelah timur dan 120 cm sebelah barat serta lebar 100 x 150 cm. Setelah dibentuk rumah tumbuh stek gambir maka dinaungi dengan plastik paranet, sesuai dengan pengukuran intensitas cahaya dengan menggunakan alat Luks Tester Meter yang dilakukan di tempat penelitian maka didapatkan cahaya yang masuk adalah: No : 100%, N1 : 71% , N2 : 49%, N3 : 36% .


(44)

5.2. Persiapan media tumbuh

Media yang digunakan untuk pertumbuhan stek gambir adalah beberapa campuran yang dimasukkan dalam polibeg seperti : MO : Subsoil 100% , Ml : Topsoil 100% M2 : Subsoil 90% + Kompos 10%, M3 : Subsoil 90% + Pupuk kandang 10%. Polibeg ini disusun ditempat rumah stek sesuai dengan pola RAK Faktorial. Untuk penyesuaian terhadap lingkungan, media yang telah terisi dalam polibeg dibiarkan selama 6 hari sebelum ditanami.

5.3. Persiapan bahan stek

Bahan stek yang digunakan berasal dari kebun petani gambir Kecamatan Sitellutali Urang Jehe dengan diameter stek berkisar antara 0,5 – 0,8 cm. stek yang diambil dari tunas buku dengan memotong dari batang sehingga terpisah dari batang utama. Jumlah buku stek batang yang digunakan dalam pembibitan ini adalah C1 : tiga buku C2 : empat buku, C3 : lima buku. Stek yang telah dipotong dimasukkan ke dalam ember yang telah berisi air. Potongan stek yang dimasukkan dalam ember diletakkan secara terlentang dan segera ditanam.

5.4. Penanaman stek batang

Stek batang ditanam pada polibeg yang sudah dipersiapkan. polibeg yang telah diisi dengan tanah terlebih dahulu dilobangi dengan kayu, dengan tujuan untuk menjaga gesekan pada stek batang pucuk sehingga stek tidak rusak pada waktu penanaman.

Untuk menjaga supaya bibit stek batang jangan busuk maka stek direndam dalam larutan benlate dengan konsentrasi 1 gram/liter selama kurang lebih 5 menit.


(45)

5.5. Pembuatan kompos kirinyu (Chromolaena odorata)

Kompos kirinyu adalah pupuk kompos yang dihasilkan dari proses fermentasi dari bahan kirinyu. Bahan pembuatan kompos kirinyu adalah batang dan daun kirinyu dipotong-potong dengan ukuran 5-10 cm. lalu didicampur dengan tanah dan air merata

di lantai. Perbandingan antara kirinyu tanah dan air adalah 10:5: 0,3 ltr. Untuk membuat 150 kg pupuk organik kirinyu dibutuhkan 100 kg daun kiriyu 50 kg tanah dan air 3 ltr. Selanjuya untuk mempercepat proses pengomposan maka campuran kirinyu tanah dan air dimasukkan dalam plastik hitam lalu diikat dengan tali. Tinggi plastik adalah 120 cm. Berselang 2 minggu kompos kirinyu dibolak balik lalu dimasukkan dalam plastik dan diikat kembali. Ciri-ciri kompos sudah matang adalah pupuk kompos tidak mengeluarkan bau busuk dan siap untuk digunakan.

5.6. Pembuatan pupuk kandang

Pupuk kandang yang digunakan adalah pupuk kotoran ayam. Sebelum mengunakan pupuk tersebut maka terlebih dahulu melakukan fermentasi dengan cara mencampur pupuk kotoran ayam dengan tanah secara merata dilantai. Perbandingan antara pupuk kandang dengan tanah adalah 3 : 1.

Selanjutya campuran tersebut dibuat menjadi sebuah gundukan setinggi 50 cm. gundukan tersebut ditutup dengan goni dan dibiarkan selama 1 minggu. Berselang 1 minggu kemudian pupuk kandang tersebut dibolak balik secara merata dan kembali dibuatkan gundukan seperti semula. Pupuk kandang yang dikatakan telah siap digunakan apabila pupuk tersebut tidak lagi mengeluarkan bau busuk.


(46)

5.7. Pengamatan dan pengukuran

Peubah amatan dimulai pada minggu ke tiga setelah tanam sampai dengan minggu ke sembilan.

5.8. Pemeliharaan stek

Pemeliharaan Stek meliputi penyiraman,penyulaman, penyiangan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari pada pagi hari dan sore hari untuk mempertahankan kelembaban setiap stek. Penyulaman bibit yang mati dilakukan pada umur tujuh hari setelah tanam. Penyiangan dilakukan pada umur 2 minggu setelah tanam dan pemupukan dilakukan setelah berumur 3 minggu setelah tanam melalui daun yaitu dengan atonik. Pengendalian hama dilakukan penyemprotan dengan sevin.


(47)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Pertumbuhan gambir di pembibitan pada penelitian ini menunjukkan respon yang berbeda akibat perlakuan pemberian naungan, jumlah buku dan media tumbuh yang berbeda-beda serta interaksinya. Data hasil penelitian, analisis sidik ragam dan uji lanjut untuk setiap variabel pengamatan dijelaskan pada uraian di bawah ini.

1. Persentase Stek yang Bertunas

Data persentase stek bertunas dan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 7 dan Lampiran 8. Diperoleh hasil sidik ragam perlakuan pemberian naungan dengan paranet (N), jumlah buku stek (C) dan perlakuan media tumbuh (M) tidak berpengaruh nyata terhadap persentase stek yang bertunas. Interaksi perlakuan antara penggunaan naungan (paranet) dengan perlakuan jumlah buku stek serta media tumbuh tidak menunjukan pengaruh yang nyata terhadap persentase stek yang bertunas. Respon pertumbuhan gambir di berbagai intensitas cahaya, jumlah buku stek dan media tumbuh di pembibitan terhadap persentase stek bertunas terdapat pada Tabel 2.


(48)

Tabel 2. Data Persentase StekYang Bertunas Gambir Pada Berbagai Penaungan Paranet, Jumlah buku Stek Gambir dan Media Tumbuh Pada 9 MST

Stek Yang Bertunas

Perlakuan Media Tumbuh Rataan

M0 M1 M2 M3

Jumlah buku Stek (buku) ---%--- (CXM)

C1 55,00 60,33 60,67 77,67 63,42 C2 65,00 61,33 62,67 57,67 61,67 C3 52,33 42,67 58,00 57,33 52,58 Penaungan Paranet %

(NXM)

N0 54,67 51,11 66,67 59,56 58,00 N1 60,00 50,22 56,89 56,00 55,78 N2 60,00 61,78 63,11 72,89 64,44 N3 55,11 56,00 55,11 68,44 58,67 Rataan 57,77 54,78 60,44 64,22 Jumlah buku Stek

Penaungan Paranet (C X N X M)

N0 C1 52,00 66,67 52,00 68,00 59,66

N0 C2 61,33 52,00 80,00 56,00 62,33

N0 C3 50,67 34,67 68,00 54,67 40,75

N1 C1 49,33 62,67 54,67 82,67 62,33

N1 C2 74,67 41,33 52,00 54,67 55,66

N1 C3 56,00 46,67 64,00 30,67 42,58

N2 C1 49,33 66,67 66,67 90,67 48,08

N2 C2 68,00 73,33 60,00 54,67 64,00

N2 C3 62,67 45,33 62,67 73,33 61,00

N3 C1 69,33 45,33 69,33 69,33 63,33

N3 C2 56,00 78,67 58,67 65,33 64,66

N3 C3 40,00 44,00 37,33 70,67 48,00

Rataan 57,44 54,77 60,44 64,22

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf sama pada kolom sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% berdasarkan uji jarak Duncan

MO = Subsoil 100 % C1 = tiga buku M1 = Topsoil 100% C2 = empat buku

M2 = Subsoil 90% + Kompos krinyu 10% C3 = lima buku M3 = Subsoil 90% + Pupuk kandang ayam) 10%

M3 = Subsoil 90% + Pupuk kandang ayam) 10% N0 = 0 % tanpa paranet (cahaya 100%

N1 = 25% Naungan dengan hambatan cahaya 25% N2 = 50% Naungan dengan hambatan cahaya 50% N3 = 75% Naungan dengan hambatan cahaya 75%


(49)

Jumlah Tunas dari Stek

Data jumlah tunas dari stek dan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 9 dan Lampiran 10. Diperoleh hasil sidik ragam perlakuan pemberian naungan dengan paranet (N), jumlah buku stek (C) dan perlakuan media tumbuh (M) tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas dari stek. Demikian juga interaksi perlakuan antara penggunaan naungan (paranet) dengan perlakuan jumlah buku stek serta media tumbuh tidak menunjukan pengaruh yang nyata terhadap jumlah tunas dari stek. Respon pertumbuhan gambir di berbagai intensitas cahaya, jumlah buku stek dan media tumbuh di pembibitan terhadap jumlah buku terdapat pada Tabel 3.

Tabel 3. Data Jumlah Tunas dari stek di Berbagai Penaungan Paranet, Jumlah buku Stek Gambir dan Media Tumbuh Pada 9 MTS

Data Jumlah Tunas

Perlakuan Media Tumbuh Rataan

M0 M1 M2 M3

Jumlah buku Stek ---cm--- (CXM)

C1 1,83 2,00 2,00 1,83 1,92

C2 2,00 2,00 2,00 1,92 1,98

C3 1,83 2,00 1,83 1,83 1,88

Penaungan Paranet % (NXM)

N0 1,89 2,00 2,00 1,89 1,94

N1 1,89 2,00 2,00 2,00 1,97

N2 1,89 2,00 1,89 1,89 1,92

N3 1,89 2,00 1,89 1,67 1,86

Rataan 1,89 2,00 1,94 1,86

Jumlah buku Stek Penaungan Paranet

(C X N X M)

N0 C1 2,00 2,00 2,00 1,67 1,91

N0 C2 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00

N0 C3 1,67 2,00 2,00 2,00 1,91

N1 C1 1,67 2,00 2,00 2,00 1,91

N1 C2 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00

N1 C3 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00

N2 C1 1,67 2,00 2,00 2,00 1,91

N2 C2 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00

N2 C3 2,00 2,00 1,67 1,67 1,83

N3 C1 2,00 2,00 2,00 1,67 1,91

N3 C2 2,00 2,00 2,00 1,67 1,91

N3 C3 1,67 2,00 1,67 1,67 1,75

Rataan 1,89 2,00 1,94 1,86

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf sama pada kolom sama berbeda tidak nyata pada taraf 5 % berdasarkan uji jarak Duncan.


(50)

Panjang Tunas (cm)

1.1. Panjang Tunas 3 Minggu Setelah Tanam

Data Panjang Tunas 3 MST dari stek dan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 11 dan Lampiran 12. Diperoleh hasil sidik ragam perlakuan pemberian Jumjlah buku stek (c) berpengaruh nyata terhadap panjang tunas. Panjang tunas pada C1 lebih rendah dari pada C3. Sedangkan naungan dengan paranet (N) dan perlakuan media tumbuh (M) tidak berpengaruh nyata terhadap panjang tunas. Interaksi perlakuan antara penggunaan naungan (paranet) dengan perlakuan jumlah buku stek serta media tumbuh tidak menunjukan pengaruh yang nyata terhadap panjang tunas.

1.2.Panjang Tunas 5 Minggu Setelah Tanam

Data Panjang Tunas 5 MST dari stek dan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 13 dan Lampiran 14. Diperoleh hasil sidik ragam perlakuan pemberian naungan dengan paranet (N), jumlah buku stek (C) dan perlakuan media tumbuh (M) tidak berpengaruh nyata terhadap panjang tunas Sedangkan interaksi perlakuan antara penggunaan naungan (paranet) dengan perlakuan jumlah buku stek serta media tumbuh tidak menunjukan pengaruh yang nyata terhadap panjang tunas .

1.3.Panjang Tunas 7 Minggu Setelah Tanam

Data Panjang Tunas 7 MST dari stek dan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 15 dan Lampiran 16. Diperoleh hasil sidik ragam perlakuan pemberian naungan dengan paranet (N), jumlah buku stek (C) dan perlakuan media tumbuh (M) tidak berpengaruh nyata terhadap panjang tunas . Sedangkan interaksi perlakuan antara penggunaan naungan (paranet) dengan


(51)

perlakuan jumlah buku stek serta media tumbuh tidak menunjukan pengaruh yang nyata terhadap panjang tunas.

1.4.Panjang Tunas 9 Minggu Setelah Tanam

Data Panjang Tunas 9 MST dari stek dan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 17 dan Lampiran 18. Diperoleh hasil sidik ragam perlakuan pemberian naungan dengan paranet (N), jumlah buku stek (C) dan perlakuan media tumbuh (M) tidak berpengaruh nyata terhadap panjang tunas . Sedangkan interaksi perlakuan antara penggunaan naungan (paranet) dengan perlakuan jumlah buku stek serta media tumbuh tidak menunjukan pengaruh yang nyata terhadap panjang tunas. Respon pertumbuhan gambir di berbagai intensitas cahaya, jumlah buku stek dan media tumbuh di pembibitan terhadap Panjang Tunas pada minggu ke 3, 5, 7 dan 9 setelah tanam terdapat pada Tabel 4.


(1)

113

Lampiran 43. Data Volume Akar (7 MST)

Perlakuan

Ulangan

(Blok) Jumlah Rataan

I II III

N0C1M0 0.4 0.5 0.5 1.4 0,46

N0C1M1 0.5 0.4 0.5 1.4 0,46

N0C1M2 0.5 0.4 0.4 1.3 0,44

N0C1M3 0.4 0.4 0.4 1.2 0,42

N0C2M0 0.4 0.5 0.4 1.3 0,44

N0C2M1 0.4 0.5 0.4 1.3 0,44

N0C2M2 0.5 0.4 0.5 1.4 0,46

N0C2M3 0.4 0.4 0.4 1.2 0,42

N0C3M0 0.4 0.5 0.4 1.3 0,43

N0C3M1 0.5 0.4 0.4 1.3 0,43

N0C3M2 0.4 0.4 0.5 1.3 0,45

N0C3M3 0.5 0.5 0.4 1.4 0,45

N1C1M0 0.5 0.4 0.4 1.3 0,44

N1C1M1 0.5 0.4 0.4 1.3 0,43

N1C1M2 0.5 0.5 0.5 1.5 0,46

N1C1M3 0.5 0.4 0.5 1.4 0,45

N1C2M0 0.5 0.5 0.5 1.5 0,46

N1C2M1 0.4 0.5 0.5 1.4 0,45

N1C2M2 0.4 0.4 0.5 1.3 0,43

N1C2M3 0.5 0.4 0.4 1.3 0,44

N1C3M0 0.5 0.5 0.5 1.5 0,45

N1C3M1 0.4 0.5 0.4 1.3 0,45

N1C3M2 0.5 0.4 0.4 1.3 0,44

N1C3M3 0.4 0.4 0.5 1.3 0,44

N2C1M0 0.5 0.4 0.4 1.3 0,44

N2C1M1 0.5 0.5 0.4 1.4 0,44

N2C1M2 0.4 0.5 0.4 1.3 0,42

N2C1M3 0.4 0.4 0.5 1.3 0,43

N2C2M0 0.5 0.4 0.5 1.4 0,46

N2C2M1 0.5 0.5 0.5 1.5 0,45

N2C2M2 0.5 0.5 0.5 1.5 0,47

N2C2M3 0.4 0.5 0.4 1.3 0,43

N2C3M0 0.5 0.5 0.5 1.5 0,46

N2C3M1 0.4 0.4 0.4 1.2 0,42

N2C3M2 0.4 0.4 0.5 1.3 0,43

N2C3M3 0.4 0.5 0.5 1.4 0,44

N3C1M0 0.5 0.5 0.5 1.5 0,47

N3C1M1 0.4 0.5 0.4 1.3 0,44

N3C1M2 0.5 0.4 0.4 1.3 0,43

N3C1M3 0.5 0.4 0.5 1.4 0,45

N3C2M0 0.5 0.4 0.4 1.3 0,43

N3C2M1 0.4 0.4 0.5 1.3 0,45

N3C2M2 0.5 0.4 0.5 1.4 0,45

N3C2M3 0.4 0.4 0.5 1.3 0,42

N3C3M0 0.4 0.4 0.4 1.2 0,43

N3C3M1 0.4 0.4 0.4 1.2 0,43

N3C3M2 0.4 0.4 0.4 1.2 0,42

N3C3M3 0.5 0.5 0.4 1.4 0,44

Jumlah 21.700 21.200 21.500 64.400 21.700

Rataan 0.452 0.442 0.448 0.452

Lampiran 44. Analisa Sidik Ragam Volume Akar (7 MST)

SK DB JK KT Fhit Ftabel(0.5) Ftabel(0.1)

Ulangan (Blok) 2 0,004 0,002 3,95 tn 3,11 4,68

Penaungan Paranet (N) 3 0,001 0,000 0,57 tn 2,72 4,04

Jumlah buku Stek (C) 2 0,001 0,000 0,65 tn 3,11 4,68

Interaksi (NxC) 6 0,004 0,001 1,13 tn 2,21 3,04

Media Tumbuh (M) 3 0,003 0,001 1,52 tn 2,72 4,04

Interaksi (NxM) 9 0,003 0,000 0,54 tn 1,99 2,64

Interaksi (CxM) 6 0,004 0,001 1,29 tn 2,21 3,04

Interaksi (NxCxM) 18 0,012 0,001 1,16 tn 1,77 2,24

Galat 94 0,052 0,001

Total 143 0,084


(2)

114

Lampiran 45. Data Volume Akar (9 MST)

Perlakuan

Ulangan

(Blok) Jumlah Rataan

I II III

N0C1M0 0.6 0.6 0.5 1.7 0,55

N0C1M1 0.7 0.6 0.6 1.9 0,61

N0C1M2 0.5 0.6 0.5 1.6 0,53

N0C1M3 0.5 0.6 0.6 1.7 0,54

N0C2M0 0.5 0.6 0.6 1.7 0,55

N0C2M1 0.6 0.5 0.6 1.7 0,55

N0C2M2 0.6 0.5 0.6 1.7 0,54

N0C2M3 0.5 0.6 0.5 1.6 0,54

N0C3M0 0.5 0.5 0.6 1.6 0,54

N0C3M1 0.5 0.5 0.5 1.5 0,53

N0C3M2 0.5 0.6 0.6 1.7 0,54

N0C3M3 0.5 0.6 0.6 1.7 0,56

N1C1M0 0.5 0.6 0.5 1.6 0,53

N1C1M1 0.5 0.6 0.5 1.6 0,53

N1C1M2 0.6 0.6 0.5 1.7 0,54

N1C1M3 0.5 0.6 0.5 1.6 0,53

N1C2M0 0.5 0.5 0.5 1.5 0,51

N1C2M1 0.5 0.6 0.5 1.6 0,53

N1C2M2 0.5 0.6 0.6 1.7 0,55

N1C2M3 0.5 0.6 0.5 1.6 0,53

N1C3M0 0.5 0.6 0.5 1.6 0,53

N1C3M1 0.5 0.5 0.6 1.6 0,53

N1C3M2 0.5 0.5 0.6 1.6 0,53

N1C3M3 0.5 0.5 0.5 1.5 0,52

N2C1M0 0.5 0.6 0.6 1.7 0,55

N2C1M1 0.5 0.6 0.5 1.6 0,53

N2C1M2 0.5 0.6 0.6 1.7 0,54

N2C1M3 0.5 0.5 0.5 1.5 0,52

N2C2M0 0.6 0.6 0.5 1.7 0,55

N2C2M1 0.6 0.6 0.5 1.7 0,54

N2C2M2 0.6 0.6 0.6 1.8 0,55

N2C2M3 0.6 0.5 0.5 1.6 0,53

N2C3M0 0.6 0.5 0.6 1.7 0,55

N2C3M1 0.5 0.6 0.6 1.7 0,55

N2C3M2 0.6 0.6 0.5 1.7 0,56

N2C3M3 0.6 0.5 0.5 1.6 0,53

N3C1M0 0.5 0.5 0.5 1.5 0,52

N3C1M1 0.5 0.5 0.6 1.6 0,53

N3C1M2 0.5 0.6 0.5 1.6 0,54

N3C1M3 0.5 0.5 0.5 1.5 0,53

N3C2M0 0.5 0.5 0.6 1.6 0,54

N3C2M1 0.5 0.6 0.6 1.7 0,55

N3C2M2 0.5 0.6 0.6 1.7 0,55

N3C2M3 0.5 0.5 0.6 1.6 0,54

N3C3M0 0.5 0.6 0.6 1.7 0,54

N3C3M1 0.5 0.6 0.6 1.7 0,55

N3C3M2 0.5 0.6 0.5 1.6 0,53

N3C3M3 0.5 0.6 0.6 1.7 0,54

Jumlah 25.300 27.100 26.400 78.800

Rataan 0.527 0.565 0.550 0.547

Lampiran 46. Analisa Sidik Ragam Volume Akar (9 MST)

SK DB JK KT Fhit Ftabel(0.5) Ftabel(0.1)

Ulangan (Blok) 2 0,007 0,003 4,90 ** 3,11 4,68

Penaungan Paranet (N) 3 0,006 0,002 2,81 * 2,72 4,04

Jumlah buku Stek (C) 2 0,000 0,000 0,01 tn 3,11 4,68

Interaksi (NxC) 6 0,004 0,001 0,85 tn 2,21 3,04

Media Tumbuh (M) 3 0,003 0,001 1,24 tn 2,72 4,04

Interaksi (NxM) 9 0,007 0,001 1,03 tn 1,99 2,64

Interaksi (CxM) 6 0,002 0,000 0,40 tn 2,21 3,04

Interaksi (NxCxM) 18 0,011 0,001 0,89 tn 1,77 2,24

Galat 94 0,066 0,001

Total 143 0,104


(3)

115

Lampiran 47. Kerat Kering Akar Tanaman (9 MST)

Perlakuan Ulangan (Blok) Jumlah Rataan

I II III

N0C1M0 0.87 0.77 0.77 2.42 0.81

N0C1M1 0.82 0.83 0.83 2.48 0.83

N0C1M2 0.82 0.73 0.73 2.28 0.76

N0C1M3 0.91 0.75 0.75 2.41 0.80

N0C2M0 0.81 0.76 0.76 2.33 0.78

N0C2M1 0.87 0.75 0.75 2.38 0.79

N0C2M2 0.75 0.81 0.81 2.37 0.79

N0C2M3 0.75 0.86 0.86 2.48 0.83

N0C3M0 0.75 0.76 0.76 2.27 0.76

N0C3M1 0.85 0.74 0.73 2.32 0.77

N0C3M2 0.96 0.78 0.81 2.55 0.85

N0C3M3 0.79 0.85 0.82 2.46 0.82

N1C1M0 0.76 0.75 0.73 2.24 0.75

N1C1M1 0.81 0.75 0.73 2.30 0.77

N1C1M2 0.87 1.00 0.78 2.65 0.88

N1C1M3 0.76 0.76 0.79 2.31 0.77

N1C2M0 0.75 0.84 0.77 2.37 0.79

N1C2M1 0.72 0.78 0.79 2.30 0.77

N1C2M2 0.81 0.78 0.77 2.36 0.79

N1C2M3 0.79 0.84 0.84 2.47 0.82

N1C3M0 0.78 0.90 0.79 2.47 0.82

N1C3M1 0.76 0.75 0.87 2.38 0.79

N1C3M2 0.78 0.99 0.75 2.52 0.84

N1C3M3 0.76 0.83 1.01 2.60 0.87

N2C1M0 0.76 0.83 0.75 2.35 0.78

N2C1M1 0.85 0.78 0.79 2.42 0.81

N2C1M2 0.85 0.74 0.75 2.34 0.78

N2C1M3 0.75 0.77 0.78 2.31 0.77

N2C2M0 0.73 0.80 0.84 2.38 0.79

N2C2M1 0.73 0.81 0.77 2.31 0.77

N2C2M2 0.97 0.73 0.81 2.52 0.84

N2C2M3 0.84 0.80 0.84 2.48 0.83

N2C3M0 0.75 0.89 0.81 2.45 0.82

N2C3M1 0.76 0.87 0.81 2.43 0.81

N2C3M2 0.75 0.75 0.84 2.35 0.78

N2C3M3 0.87 0.87 0.79 2.53 0.84

N3C1M0 0.74 0.88 0.79 2.41 0.80

N3C1M1 0.75 0.80 0.74 2.29 0.76

N3C1M2 0.94 0.87 0.73 2.55 0.85

N3C1M3 0.95 0.95 0.79 2.70 0.90

N3C2M0 0.79 0.78 0.74 2.32 0.77

N3C2M1 0.81 0.87 0.81 2.50 0.83

N3C2M2 0.75 0.81 0.81 2.37 0.79

N3C2M3 0.91 0.78 0.77 2.46 0.82

N3C3M0 0.80 0.88 0.75 2.43 0.81

N3C3M1 0.97 0.85 0.75 2.58 0.86

N3C3M2 0.75 0.82 0.72 2.30 0.77

N3C3M3 0.77 0.94 0.75 2.46 0.82

Jumlah 38.92 39.26 37.77 115.95

Rataan 0.81 0.82 0.79 0.81

Lampiran 48. Analisa Sidik Ragam Berat Kering Akar

SK DB JK KT Fhit Ftabel(0.5) Ftabel(0.1)

Ulangan (Blok) 2 0.03 0.01 3.12 * 3.11 4.68

Penaungan Paranet (N) 3 0.01 0.00 0.51 tn 2.72 4.04

Jumlah Cabang Stek (C) 2 0.01 0.00 0.87 tn 3.11 4.68

Interaksi (NxC) 6 0.01 0.00 0.61 tn 2.21 3.04

Media Tumbuh (M) 3 0.02 0.01 2.01 tn 2.72 4.04

Interaksi (NxM) 9 0.02 0.00 0.53 tn 1.99 2.64

Interaksi (CxM) 6 0.01 0.00 0.22 tn 2.21 3.04

Interaksi (NxCxM) 18 0.09 0.01 1.29 tn 1.77 2.24

Galat 94 0.38 0.00

Total 143 0.57


(4)

116

Lampiran 49. Data Bobot Kering Tanaman

Perlakuan

Ulangan

(Blok) Jumlah Rataan

I II III

N0C1M0 0,750 1,010 0,590 2,350 0,783

N0C1M1 0,640 0,770 0,770 2,180 0,727

N0C1M2 0,660 0,660 0,660 1,980 0,660

N0C1M3 0,860 0,860 0,860 2,580 0,860

N0C2M0 0,420 0,420 0,420 1,260 0,420

N0C2M1 0,960 0,580 0,580 2,120 0,707

N0C2M2 0,500 0,550 0,550 1,600 0,533

N0C2M3 0,900 0,900 0,900 2,700 0,900

N0C3M0 0,320 0,920 0,920 2,160 0,720

N0C3M1 0,440 0,520 0,780 1,740 0,580

N0C3M2 1,110 0,630 0,670 2,410 0,803

N0C3M3 0,610 0,730 0,770 2,110 0,703

N1C1M0 0,560 0,610 0,610 1,780 0,593

N1C1M1 0,890 0,340 0,430 1,660 0,553

N1C1M2 0,740 1,430 0,980 3,150 1,050

N1C1M3 0,340 0,500 1,140 1,980 0,660

N1C2M0 0,340 0,620 0,600 1,560 0,520

N1C2M1 0,390 0,360 0,360 1,110 0,370

N1C2M2 0,490 0,410 0,480 1,380 0,460

N1C2M3 0,620 0,630 1,070 2,320 0,773

N1C3M0 0,890 1,230 0,920 3,040 1,013

N1C3M1 0,960 0,810 1,150 2,920 0,973

N1C3M2 0,240 1,150 0,610 2,000 0,667

N1C3M3 0,960 0,470 1,420 2,850 0,950

N2C1M0 0,900 1,180 0,710 2,790 0,930

N2C1M1 1,480 0,860 1,120 3,460 1,153

N2C1M2 0,780 0,720 0,650 2,150 0,717

N2C1M3 0,580 0,660 0,670 1,910 0,637

N2C2M0 0,800 0,540 1,110 2,450 0,817

N2C2M1 0,840 0,550 0,840 2,230 0,743

N2C2M2 1,040 0,530 0,550 2,120 0,707

N2C2M3 1,130 1,490 1,020 3,640 1,213

N2C3M0 0,710 1,760 1,090 3,560 1,187

N2C3M1 0,430 0,840 0,360 1,630 0,543

N2C3M2 0,760 0,630 1,070 2,460 0,820

N2C3M3 0,360 1,120 0,620 2,100 0,700

N3C1M0 1,120 1,100 0,580 2,800 0,933

N3C1M1 0,360 0,980 0,580 1,920 0,640

N3C1M2 0,620 1,010 0,690 2,320 0,773

N3C1M3 1,680 0,870 0,950 3,500 1,167

N3C2M0 0,810 1,100 0,540 2,450 0,817

N3C2M1 0,890 0,890 0,710 2,490 0,830

N3C2M2 1,090 0,710 0,340 2,140 0,713

N3C2M3 1,560 1,010 1,010 3,580 1,193

N3C3M0 1,580 1,030 0,720 3,330 1,110

N3C3M1 1,000 1,040 0,570 2,610 0,870

N3C3M2 0,510 0,960 0,360 1,830 0,610

N3C3M3 0,910 1,100 0,650 2,660 0,887

Jumlah 37,530 39,790 35,750 113,070

Rataan 0,782 0,829 0,745 0,785

Lampiran 50. Analisa Sidik Ragam Bobot Kering Tanaman

SK DB JK KT Fhit Ftabel(0.5) Ftabel(0.1)

Ulangan (Blok) 2 0,171 0,085 1,19 tn 3,11 4,68

Penaungan Paranet (N) 3 0,892 0,297 4,16 ** 2,72 4,04

Jumlah buku Stek (C) 2 0,210 0,105 1,47 tn 3,11 4,68

Interaksi (NxC) 6 0,719 0,120 1,68 tn 2,21 3,04

Media Tumbuh (M) 3 0,758 0,253 3,53 * 2,72 4,04

Interaksi (NxM) 9 0,598 0,066 0,93 tn 1,99 2,64

Interaksi (CxM) 6 1,218 0,203 2,84 * 2,21 3,04

Interaksi (NxCxM) 18 1,812 0,101 1,41 tn 1,77 2,24

Galat 94 6,721 0,071

Total 143 13,097


(5)

117

Lampiran 51. Data Serapan Hara N Daun

Perlakuan

Ulangan

(Blok) Jumlah Rataan

I II III

N0C1M0 2,31 1,89 2,10 6,30 2,10

N0C1M1 1,82 2,31 2,10 6,23 2,08

N0C1M2 2,24 2,10 2,38 6,72 2,24

N0C1M3 1,68 3,38 2,03 7,09 2,36

N0C2M0 1,98 2,10 1,68 5,76 1,92

N0C2M1 2,10 1,82 1,96 5,88 1,96

N0C2M2 1,89 1,68 2,10 5,67 1,89

N0C2M3 2,25 2,03 1,90 6,18 2,06

N0C3M0 1,95 1,96 2,03 5,94 1,98

N0C3M1 1,98 1,82 1,92 5,72 1,91

N0C3M2 2,05 2,38 2,16 6,59 2,20

N0C3M3 1,82 1,75 2,17 5,74 1,91

N1C1M0 2,10 2,24 2,24 6,58 2,19

N1C1M1 2,10 2,31 1,68 6,09 2,03

N1C1M2 2,38 1,82 2,24 6,44 2,15

N1C1M3 1,68 2,10 1,96 5,74 1,91

N1C2M0 2,03 1,68 2,38 6,09 2,03

N1C2M1 1,96 1,98 2,17 6,11 2,04

N1C2M2 2,10 1,95 1,68 5,73 1,91

N1C2M3 1,90 2,25 1,89 6,04 2,01

N1C3M0 2,03 1,89 2,03 5,95 1,98

N1C3M1 1,92 1,82 1,82 5,56 1,85

N1C3M2 2,16 1,98 1,89 6,03 2,01

N1C3M3 2,17 2,05 2,17 6,39 2,13

N2C1M0 2,24 2,10 1,89 6,23 2,08

N2C1M1 1,68 2,10 2,31 6,09 2,03

N2C1M2 2,24 2,38 2,10 6,72 2,24

N2C1M3 1,96 1,96 1,82 5,74 1,91

N2C2M0 2,38 1,68 2,10 6,16 2,05

N2C2M1 2,17 2,03 3,38 7,58 2,53

N2C2M2 1,68 2,10 1,68 5,46 1,82

N2C2M3 1,89 2,03 1,96 5,88 1,96

N2C3M0 2,03 1,90 2,03 5,96 1,99

N2C3M1 2,17 2,17 1,75 6,09 2,03

N2C3M2 1,89 1,92 1,82 5,63 1,88

N2C3M3 1,82 2,16 2,38 6,36 2,12

N3C1M0 2,10 1,68 2,31 6,09 2,03

N3C1M1 2,31 2,24 1,82 6,37 2,12

N3C1M2 1,89 2,24 2,24 6,37 2,12

N3C1M3 1,82 2,38 1,68 5,88 1,96

N3C2M0 2,10 2,17 1,98 6,25 2,08

N3C2M1 3,38 1,96 2,10 7,44 2,48

N3C2M2 1,68 2,03 1,89 5,60 1,87

N3C2M3 1,96 1,89 2,25 6,10 2,03

N3C3M0 2,03 1,68 1,95 5,66 1,89

N3C3M1 1,75 1,89 1,98 5,62 1,87

N3C3M2 1,82 2,17 2,05 6,04 2,01

N3C3M3 2,38 1,82 1,82 6,02 2,01

Jumlah 97,97 97,97 97,97 293,91

Rataan 2,04 2,04 2,04 2,04

Lampiran 52. Analisa Sidik Ragam Serapan Hara N Daun

SK DB JK KT Fhit Ftabel(0.5) Ftabel(0.1)

Ulangan (Blok) 2 0,00 0,00 0,00 tn 3,11 4,68

Penaungan Paranet (N) 3 0,02 0,01 0,09 tn 2,72 4,04

Jumlah buku Stek (C) 2 0,30 0,15 1,81 tn 3,11 4,68

Interaksi (NxC) 6 0,36 0,06 0,72 tn 2,21 3,04

Media Tumbuh (M) 3 0,06 0,02 0,25 tn 2,72 4,04

Interaksi (NxM) 9 0,54 0,06 0,72 tn 1,99 2,64

Interaksi (CxM) 6 1,10 0,18 2,19 tn 2,21 3,04

Interaksi (NxCxM) 18 0,78 0,04 0,52 tn 1,77 2,24

Galat 94 7,85 0,08

Total 143 11,02


(6)

118

Lampiran 53. Gambar Sampel Penelitian

gbr stek yang baru diambil dari batang gambir untuk ditanam pada penelitian

Gbr stek gambir yang terdiri dari empat buku untuk ditanam pada penelitian

Gbr stek gambir yang terdiri dari lima buku yang akan ditanam pada penelitian

Gbr tanaman gambir di polibeg yang baru ditanam yang terdiri dari lima buku

Gbr tanaman gambir di polibeg yang baru ditanam yang terdiri dari empat buku

Gbr tanaman gambir di polibeg yang baru ditanam yang terdiri dari tiga buku

Gbr Tan gambir gbr kirinyu Gbr tanaman

gambir di polibeg yang baru ditanam yang terdiri dari tiga buku

Gbr gambir yang baru ditanam yang terdiri dari lima buku

Gbr paranet 75% Gbr Paranet Hijau 50 %, Hitam,25% Gbr gambir yang baru ditanam yang terdiri dari empat buku

Gbr stek gambir yang berumur 3 mst yang terdiri dari 5 buku, media tanah subsoil + pupuk kandang ayam 10% dengan paranet 75%

Gbr stek gambir di polibeg yang berumur 3 mst yang terdiri dari 4 buku, media tanah subsoil + pupuk kirinyu 10%, dengan paranet 50%

Gbr stek gambir di polibeg yang berumur 3 mst yang terdiri dari 3 buku media tanah subsoil + pupuk kandang ayam 10% dengan paranet 25%

Gbr stek gambir di polibeg yang berumur 5 mst yang terdiri dari 5 buku, media tanah subsoil + pupuk kandang ayam 10% dengan paranet 75%

Gbr stek gambir di polibeg yang berumur 5 mst yang terdiri dari 4 buku, media tanah subsoil + pupuk kandang ayam 10% dengan paranet 50%

Gbr stek gambir di polibeg yang berumur 5 mst yang terdiri dari 3 buku, media tanah subsoil 100% dengan paranet 25%

Gbr stek gambir di polibeg yang berumur 7 mst yang terdiri dari 5 buku, media tanah subsoil + pupuk kandang ayam 10% dengan paranet 75%

Gbr stek gambir di polibeg yang berumur 7 mst yang terdiri dari 4 buku, media tanah subsoil + kompos kirinyu 10% dengan paranet 50%

Gbr stek gambir di polibeg yang berumur 7 mst yang terdiri dari 3 buku, media tanah subsoil + pupuk kandang ayam 10% dengan paranet 25%

Gbr stek gambir di polibeg yang berumur 9 mst yang terdiri dari 5 buku, media tanah subsoil + kompos kirinyu 10% dengan paranet 75%

Gbr stek gambir di polibeg yang berumur 9 mst yang terdiri dari 4 buku, media tanah subsoil + pupuk kandang ayam 10% dengan paranet 50%

Gbr stek gambir di polibeg yang berumur 9 mst yang terdiri dari 3 buku, media tanah subsoil 100% dengan paranet 25%