Rangkaian Ekivalen Lengkap Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa

25 2 R 2 E s s R 2 2 jsX 2 jX 2 I 2 I i ii 2 E + + - - 2 R 1 1 2 − s R 2 jX 2 I iii 2 E + - …………………………………………………… 2.19 Dari persamaan 2.16, 2.17 dan 2.19 di atas, maka dapat digambarkan rangkaian ekivalen rotor seperti gambar 2.13. di bawah ini. Gambar 2.13. Rangkaian Ekivalen Rotor per-Fasa Keadaan Berputar pada Slip = s dimana i menyatakan persamaan 2.16, ii menyatakan persamaan 2.17, iii menyatakan persamaan 2.19

2.6.3 Rangkaian Ekivalen Lengkap

Dari penjelasan mengenai rangkaian ekivalen pada stator dan rotor di atas, maka dapat dibuat rangkaian ekivalen perfasa motor induksi dengan model transformator, dengan rasio perbandingan ‘a’ antara stator dan rotor. Perhatikan gambar 2.14. Universitas Sumatera Utara 26 1 V 1 E c R 1 I m I + - c I 2 E 2 jX 2 I 2 I 1 R 1 jX m jX I a = N 1 N 2 s R 2 Gambar 2.14. Rangkaian Ekivalen Per-Fasa Motor Induksi Model Transformator Untuk menghasilkan rangkaian ekivalen per-fasa akhir dari motor induksi, penting untuk menyatakan bagian rotor dari model rangkaian ekivalen gambar 2.14 di atas terhadap sisi stator. Pada transformator yang umum, tegangan, arus, dan impedansi pada sisi sekunder, dapat dinyatakan terhadap sisi primer dengan menggunakan rasio perbandingan belitan dari transformator tersebut. Dengan mengasumsikan jenis rotor yang digunakan adalah jenis rotor belitan dan terhubung bintang Y , yang mana motor dengan rotor jenis ini sangat mirip dengan transformator, maka kita dapat juga menyatakan sisi rotor terhadap sisi stator seperti halnya pada transformator. Jika rasio perbandingan efektif dari sebuah motor induksi adalah a = N 1 N 2 , maka pentransformasian tegangan rotor terhadap sisi stator menjadi: ……………………………………………………. 2.20 untuk arus rotor : ……………………………………………………………… 2.21 dan untuk impedansi rotor : = = = ……………………………………………… 2.22a = Universitas Sumatera Utara 27 c R m I c I I 1 I 1 V 1 E s R 2 1 R 1 jX 2 jX m jX 2 I + - c R m I c I I 1 I 1 1 2 − s R 2 R 1 V 1 E 1 R 2 I 2 jX 1 jX m jX + - dengan penguraian lebih lanjut : = a 2 R 2 …………………………………………………………. 2.22b = a 2 X 2 …………………………………………………………. 2.22c Dari persamaan 2.18, 2.19, dan 2.22 di atas, maka dapat kita gambarkan rangkaian ekivalen per-fasa motor induksi sebagai kelanjutan dari gambar 2.14, dimana disini bagian rangkaian rotor telah dinyatakan terhadap bagian stator. Rangkaian ekivalen tersebut dapat dilihat pada gambar 2.15a, sedangkan pada gambar 2.15b merupakan modifikasi dari gambar 2.15a dimana adanya R 2       −1 1 s menyatakan resistansi variabel sebagai analog listrik dari beban mekanik variabel. a b Gambar 2.15. Rangkaian Ekivalen per-Fasa Motor Induksi dengan Bagian Rangkaian Rotor Dinyatakan Terhadap Sisi Stator Universitas Sumatera Utara 28 a dengan tahanan variabel s R 2 b dengan tahanan variabel 1 1 2 − s R sebagai bentuk analog listrik dari beban mekanik Pada transformator, analisis rangkaian ekivalen dilakukan dengan mengabaikan cabang pararel yang terdiri dari R c dan X m atau dengan memindahkan cabang pararel ke terminal primer. Bagaimanapun, penyederhanaan ini tidak diperbolehkan pada rangkaian ekivalen motor induksi. Ini disebabkan kenyataan bahwa arus penguatan pada transformator bervariasi dari 2 sampai 6 dari arus beban penuh dan per unit reaktansi bocor primer kecil. Tetapi pada motor induksi, arus penguatan bervariasi dari 30 sampai 50 dari arus beban penuh dan per unit reaktansi bocor stator adalah lebih tinggi. Dengan demikian kesalahan yang besar akan terjadi dalam penentuan daya dan torsi, dalam hal cabang pararel diabaikan, atau dihubungkan pada terminal stator. Dibawah kondisi kerja normal pada tegangan dan frekuensi konstan, rugi inti pada motor induksi biasanya juga konstan. Dalam pandangan pada kenyataan ini, tahanan rugi inti R c yang mewakili rugi inti motor, dapat dihilangkan dari rangkaian ekivalen motor induksi pada gambar 2.15b. Akan tetapi, untuk menentukan daya poros atau torsi poros, rugi inti yang konstan harus diikut- sertakan dalam pertimbangan, bersama dengan gesekan, rugi-rugi beban buta stray-load losses dan angin. Dengan penyederhanaan ini, maka dapat digambarkan rangkaian ekivalen baru gambar 2.16. dengan akurasi rugi yang dapat diabaikan. Universitas Sumatera Utara 29 I 1 I 1 1 2 − s R 2 R 1 V 1 E 1 R 2 jX 1 jX m jX 2 I + - Gambar 2.16. Rangkaian Ekivalen per-Fasa Motor Induksi dengan Mengabaikan Rugi Inti

2.7 Aliran Daya dan Efisiensi Motor Induksi Tiga Fasa