DESKRIPSI PROSES POTENSI EKONOMI

15 suatu jenis limbah organik [27]. Dari paparan diatas maka dipilih proses anaerobik pada kondisi mesofilik dengan sistem batch dalam pengolahan limbah padat dan cair industri tapioka.

2.6 DESKRIPSI PROSES

Berdasarkan pemilihan proses pengolahan limbah organik, dipilih proses pengolahan anaerobik. Proses ini merupakan proses yang umum digunakan dalam pengolahan limbah organik karena beberapa kelebihannya yang dapat dilihat pada tabel 2.6. Berdasarkan pemilihan kondisi operasi, dipilih kondisi mesofilik, sekitar kondisi lingkungan pada iklim Indonesia. Berdasarkan sistemnya, dipilih sistem batch karena sistem ini cocok untuk tahap eksperimen. Berdasarkan hal diatas maka dilakukanlah penelitian mengenai pembuatan gas bio dari campuran limbah padat dan cair industri tapioka. Bahan baku berupa campuran limbah padat dan cair industri tapioka pada perbandingan 70:30; 60:40; 50:50; 40:60 dan 30:70 ww dicampurkan dengan starter yang telah diaklimatisasi berupa campuran antara kotoran sapi dan air dengan perbandingan kotoran sapi dan air yaitu 1:1, yaitu 37,5 kg kotoran sapi dan 37,5 kg air yang telah ditambahkan dengan 5 kg molase dan 50 L air. Campuran bahan baku dan starter difermentasikan dalam digester anaerob sistem batch dimana pH dijaga dengan menambahkan kapur CaCO 3 . Kemudian volume gas diukur setiap tiga hari hingga tercapai keadaan tunak. Parameter-parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pH, COD, TSS dan volume gas bio.

2.7 POTENSI EKONOMI

Perbandingan terbaik dari penelitian ini yaitu pada perbandingan komposisi limbah padat ampas singkong dan limbah cair 70:30 ww sehingga berdasarkan hal ini dapat disimpulkan potensi ekonominya yaitu: Bahan Baku: a. Ampas Singkong Rp. 20.000,- karung b. Limbah Cair Rp. 0,- Bahan Tambahan a. Kotoran Sapi Rp. 10.000,- karung 16 b. Molase Rp. 5.000,- kg Biaya lain-lain kapur, digester Rp.300.000,- digester Produksi tepung tapioka tahun 2012 adalah sebesar 200.000 ton [33]. Dengan kualitas ubi kayu yang baik maka 1 ton singkong dapat dihasilkan 400 kg tepung tapioka, 160 kg onggok limbah padat dan 4000-6000 L limbah cair [34,35]. Jadi pada tahun 2012 akan dihasilkan onggok limbah padat sebanyak 80.000 ton. Untuk perbandingan komposisi berat ampas singkong dan limbah cair 70:30 dengan volume limbah sebanyak 225 kg menghasilkan 193,617 L gas bio dengan lama fermentasi 33 hari. Pemanfaatan limbah tapioka ini cukup menjanjikan. Untuk 80.000 ton limbah padat, diperlukan 34.285,714 ton limbah cair dan gas bio yang dihasilkan sebanyak: L x kg 61 , 142 . 345 . 98 x 714 . 285 . 114 L 193,617 kg 225   Limbah padat = 80.000.000 kg = Rp. 32.000.000.000,- 50 kgkarung sehingga dibutuhkan 1.600.000 karung Kotoran sapi dan air = 25 dari volume digester terisi = Total limbah 75 Volume digester terisi = 114.285.7140,75 = 152.380.952 L Volume digester total = Volume digester terisi60 = 253.968.253,3L Anggap 1 digester sekitar 2.000 L, maka dibutuhkan sekitar 126.984 digester Kotoran sapi dan air = 25 x 152.380.952 L = 38.095.238 kg Kotoran sapi : air = 1:1 ww maka diperlukan Kotoran sapi sebanyak 19.047.619 kg 50 kgkarung sehingga dibutuhkan 380.953 karung = Rp. 3.809.530.000,- Molase = 5kg 500L volume digester total = 2.539.680 kg = Rp. 12.698.400.000,- Biaya lain-lain = Rp. 300.000,- x 126.984 digester = Rp. 38.095.200.000,- Total Biaya = Rp. 32.000.000.000,- + Rp.3.809.530.000,- + Rp. 12.698.400.000,-+ Rp. 38.095.200.000,- = Rp. 86.603.130.000,- Kandungan metana CH 4 dalam gas bio berkisar 50-75 [22] jadi dianggap kandungan metana dalam gas bio adalah 62,5. 17 Volume metana yang terbentuk = 62,5 x L 61 , 142 . 345 . 98 = 61.465.714,13 L = 61.465,714 m 3 Diketahui: ρCH 4 = 0,6800 kg m 3 [36] Massa Metana CH 4 = ρCH 4 x Volume CH 4 = 0,6800 x 61.465,714 = 41.796,69 kg Massa gas bio biogas dalam CH diproduksi yang CH Jumlah 4 4  = 0,625 kg 41.796,69 = 66.874,704 kg Harga gas bio adalah Rp.1.200kg [37], sehingga total penjualan 66.874,704 kg gas bio adalah Rp. 80.249.644,8,-. Total Penjualan Total Biaya Pengeluaran sehingga potensi ekonomi dari pemanfaatan campuran limbah padat dan limbah cair industri tapioka menjadi gas bio tidak menjanjikan. Adapun keuntungan pemanfaatan pengolahan campuran limbah padat dan limbah cair industri tapioka menjadi gas bio antara lain: 1. Mengurangi pencemaran terhadap lingkungan. 2. Mengurangi emisi gas rumah kaca karena 100 gr sampah organik setara dengan 37,5 gr CO 2 sebagai emisi gas rumah kaca [38]. 3. Sebagai sumber energi yang dapat diperbaharui. 4. Mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Bioteknologi, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dan Laboratorium Penelitian, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan selama lebih kurang 4 bulan.

3.2 BAHAN DAN PERALATAN

3.2.1 Bahan

Pada penelitian ini bahan yang digunakan antara lain: 1. Bahan Utama a. Limbah padat industri tapioka b. Limbah cair industri tapioka 2. Bahan Pembantu a. Mikroorganisme berasal dari kotoran sapi yang dicampurkan dengan air pada perbandingan 1:1 yaitu 25 dari volume bioreaktor terisi 300 L b. Campuran molase 5 kg dan air 50 L c. Kapur CaCO 3

3.2.2 Peralatan

Pada penelitian ini, peralatan yang digunakan antara lain: 1. Peralatan Utama, tangki digester anaerobik 2. Peralatan Analisa a. Kertas saring b. Vacuum Filtrator c. Cawan dan Oven d. Desikator e. pH meter pH indikator f. Neraca elektrik