penting kepada anggotanya. Anak-anak memiliki budaya mereka sendiri, disertai rahasia, adat istiadat dan kode etik yang
meningkatkan rasa solidaritas kelompok dan melepaskan diri dari orang dewasa. Melalui hubungan dengan teman sebaya, anak
belajar bagaimana menghadapi dominansi dan permusuhan, berhubungan dengan pemimpin dan pemegang kekuasaan, serta
menggali ide-ide dan lingkungan fisik Wong. 2008.
4. Konsep Hospitalisasi
4.1 Defenisi hospitalisasi
Hospitalisasi merupakan proses karena alasan yang berencana, darurat,mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan
perawatan sampai pemulangan kembali ke rumah. Selama proses, anak dan orang tua dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa
penelitian ditunjukkan dengan pengalamanyang sangat traumatik dan penuh stres. Berbagai perasaan yang sering muncul pada anak, yaitu cemas, marah,
sedih, takut, dan rasa bersalah Wong, 2003. Hospitalisasi merupakan suatu proses yang memiliki alasan yang
berencana atau darurat sehingga mengharuskan anak untuk tinggal dirumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali
kerumah Deslidel, Hasan, Hevrialni, Sartika. 2011.
Universitas Sumatera Utara
4.2 Stresor hospitalisasi
Stresor yang dialami anak pada saat mengalami hospitalisasi adalah cemas akibat perpisahan, kehilangan kendali, cedera tubuh atau nyeri.
4.2.1 Cemas akibat perpisahan
Anak-anak mengatakan tentang ketakutan mereka pada saat dirawat dirumah sakit, anak-anak tersebut menunjukkan bahwa
jauh dari keluarga memiliki peringkat yang lebih tinggi dari pada ketakutan lainnya yang muncul akibat hospitalisasi Hart
bossert,1994, Wilson Yorker,1997 dalam Wong,2008. Anak-anak usia sekolah memiliki aktivitas fisik dan mental
yang tinggi yang kerap kali menemukan ketidaksesuaian dengan lingkungan rumah sakit dan bahkan meskipun ketika
mereka tidak menyukai sekolah, mereka mengakui kehilangan rutinitasnya dan merasa khawatir mereka tidak mampu
menyesuaikan diri dengan teman sekelas mereka pada saat mereka kembali masuk sekolah. Kesepian, bosan, isolasi, dan
depresi umum terjadi. Anak usia sekolah membutuhkan dan menginginkan dukungan orang tua Wong, 2008.
4.2.2 Kehilangan kendali
Anak usia sekolah yang dirawat di rumah sakit menjadi rentan terhadap kejadian-kejadian yang dapat mengurangi rasa kendali
dan kekuatan mereka. Banyak rutinitas rumah sakit yang mengambil kekuatan dan identitas individu. Bagi anak usia
Universitas Sumatera Utara
sekolah, aktivitas ketergantungan seperti tirah baring yang dipaksakan, penggunaan pispot, ketidakmampuan memilih menu,
kurangnya privasi, bantuan mandi di tempat tidur, atau berpindah dengan kursi roda atau brankar dapat menjadi ancaman langsung
bagi rasa aman mereka. Prosedur tersebut tidak memungkinkan kebebasan memilih bagi anak-anak yang ingin bertindak dewasa.
Akan tetapi, jika anak-anak tersebut diizinkan memegang kendali, tanpa memperhatikan keterbatasannya maka biasanya mereka akan
berespons dengan sangat baik terhadap prosedur apapun. Selain lingkungan rumah sakit, penyakit juga dapat menyebabkan
perasaan kehilangan kendali. Salah satu masalah yang paling signifikan dari anak-anak dalam kelompok usia ini berpusat pada
kebosanan Wong,2008. 4.2.3
Cedera tubuh atau nyeri Ketakutan mendasar terhadap sifat fisik dari penyakit muncul pada
saat ini. Anak usia sekolah tidak begitu khawatir terhadap nyeri jika dibandingkan dengan disabilitas, pemulihan yang tidak pasti,
atau kemungkinan kematian. Anak perempuan cenderung mengekspresikan ketakutan yang lebih banyak dan lebih kuat
dibandingkan dengan anak laki-laki, dan hospitalisasi sebelumnya tidak berdampak pada frekuensi atau intensitas kecemasn karena
kemampuan kognitif mereka sedang berkembang, anak usia sekolah waspada terhadap pentingnya berbagai penyakit yang
Universitas Sumatera Utara
berbeda. Pentingnya anggota tubuh tertentu, bahaya pengobatan, dan makna kematian Wong,2008. Kekhawatiran utama anak usia
sekolah pada saat hospitalisasi adalah ketakutan mereka akan perkataan bahwa ada sesuatu yang salah dalam tubuh mereka Hart
dan Bossert,1994 dalam, Wong,2008.
4.3 Reaksi anak terhadap hospitalisasi