b. Bahan Hukum Sekunder adalah bahan hukum yang memberikan
penjelasan mengenai bahan hukum primer.
34
Untuk penelitian ini bahan hukum sekunder tersebut diperoleh melalui buku-buku,
artikel ilmiah, makalah dan tesis yang berhubungan dengan topik tesis.
c. Bahan Hukum Tertier adalah bahan-bahan yang memberikan
petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Dalam penelitian ini yang digunakan
adalah kamus, ensiklopedia dan lain-lain.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian tesis ini adalah dengan cara penelitian kepustakaan library research atau yang
biasa disebut studi kepustakaan, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan literatur dengan sumber data berupa bahan hukum
primer dan ataupun bahan hukum sekunder
35
yang ada hubungannya dengan permasalahan yang dibahas dalam penulisan tesis ini.
Walaupun demikian, pengumpulan data dalam penelitian ini tidak lepas pula dari sumber lain selain kepustakaan, yakni wawancara dengan
informan yang terlibat langsung dengan pengadaan tanah untuk pembangunan antara lain: panitia pengadaan tanah di Kota Medan, orang
yang terkena pengadaan tanah danatau orang yang dikonsinyasi, serta
34
Ibid, hal. 55
35
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta: Sinar Grafika, 1996, hal.14
Universitas Sumatera Utara
penelitian terhadap bahan artikel dan karya tulis di berbagai media massa ataupun internet.
5. Analisis Data
Dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif yang meneliti dan mengkaji perlindungan hukum terhadap pihak yang berhak atas tanah yang
tanahnya menjadi objek
pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum, dengan cara melihat peraturan perundang-undangan yang
terkait dan pendapat-pendapat para ahli, dan menganalisa lebih mendalam dengan melihat praktek-praktek yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal
pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum. Sehingga, nantinya hasil penelitian ini akan dapat ditarik suatu kesimpulan secara
deduktif sehingga dapat memberikan jawaban atas permasalahan yang ditetapkan.
36
36
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1993, hal.103
Universitas Sumatera Utara
24
BAB II MENGHINDARI TERJADINYA KONFLIK ANTARA
PIHAK YANG BERHAK ATAS TANAH DENGAN PIHAK YANG MEMERLUKAN TANAH DALAM PELAKSANAAN
PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM
A. Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum Di Indonesia 1. Pengertian Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum
Secara garis besar dikenal ada 2 dua jenis pengadaan tanah, pertama pengadaan tanah untuk kepentingan umum dan untuk kepentingan swasta.
Pengadaan tanah untuk kepentingan swasta sangat berbeda dengan pengadaan tanah untuk kepentingan umum, baik secara peruntukannya maupun dari segi
kemanfaatannya, serta tata cara perolehan atas tanahnya. Hal tersebut dikarenakan kepentingan swasta bertujuan untuk memperoleh keuntungan komersil,
peruntukan dan kemanfaatannya hanya dinikmati oleh pihak-pihak tertentu bukan masyarakat luas, tetapi sebaliknya pengadaan tanah baik peruntukan dan
kemanfaatannya ditujukan untuk kepentingan umum. Menurut Pasal 1 angka 1 Keppres 551993 mendefinisikan pengadaan
tanah sebagai kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti rugi kepada pihak yang berhak atas tanah tersebut. Artinya, pengadaan tanah
dilakukan dengan cara memberikan ganti kerugian kepada pihak yang berhak atas tanah
tersebut, tidak
dengan cara
lain selain
pemberian ganti kerugian. Definisi tersebut juga sangat umum bahwa siapa saja yang hendak
Universitas Sumatera Utara
mendapatkan tanah dapat dikategorikan dalam pengadaan tanah.
37
Menurut Pasal 1 angka 3 Perpres 362005 mengartikan pengadaan tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti
rugi kepada yang melepaskan atau menyerahkan tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah atau dengan pencabutan hak atas tanah.
Artinya pengadaan tanah dapat dilakukan selain dengan memberikan ganti kerugian, juga dimungkinkan dilakukan dengan cara pelepasan hak dan
pencabutan hak atas tanah. Kemudian setelah Perpres 362005 diubah oleh Perpres 652006, cara pengadaan tanah lewat pencabutan hak atas tanah sudah
tidak dicantumkan lagi dalam Perpres 652006 tersebut. Menurut Pasal 1 angka 3 Perpres 652006 Pengadaan Tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan
tanah dengan cara memberikan ganti rugi kepada yang melepaskan atau menyerahkan tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda yang berkaitan dengan
tanah. Berdasarkan Pasal 1 angka 2 UU 22012, pengadaan tanah adalah kegiatan
menyediakan tanah dengan cara memberi ganti kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka dapat
disimpulkan dengan berlakunya ketentuan terbaru tersebut dalam pengadaan tanah tidak ada lagi istilah “pencabutan hak atas tanah”. Hal ini berarti tidak ada lagi
unsur-unsur pemaksaan kehendak untuk dilakukannya pencabutan hak atas tanah terhadap tanah yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembangunan untuk
kepentingan umum.
37
Mohammad Yamin Lubis dan Abdul Rahim Lubis, Pencabutan Hak, Pembebasan dan Pengadaan Tanah, Bandung: Mandar Maju, cetakan 1, 2011, hal. 56.
Universitas Sumatera Utara
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum merupakan salah satu manifestasi dari fungsi sosial hak atas tanah, pengadaan
tanah dipandang sebagai langkah awal dari pelaksanaan pembangunan yang merata untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat atau masyarakat itu sendiri.
Pengadaan tanah bagi kepentingan umum hanya dapat dilakukan atas dasar persetujuan dari pemegang hak atas tanah mengenai dasar dan bentuk ganti rugi
yang diberikan kepada pemegang hak atas tanah itu sendiri. Karena merupakan perbuatan pemerintah untuk memperoleh tanah pada prinsipnya pengadaan tanah
dilakukan dengan cara musyawarah antara pihak yang memerlukan tanah dan pemegang hak atas tanah yang tanahnya diperlukan untuk kegiatan pembangunan
untuk kepentingan umum.
38
Sehingga secara sederhana dapat dipahami bahwa pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum itu diartikan sebagai kegiatan untuk
mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti kerugian kepada yang melepaskan maupun yang menyerahkan tanah, bangunan, tanaman dan benda-
benda yang berkaitan dengan tanah, untuk digunakan bagi kepentingan umum. Tujuan pengadaan tanah menurut Pasal 3 UU 22012, yaitu untuk
menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara dan masyarakat dengan tetap
menjamin kepentingan hukum pihak yang berhak.
38
Lieke Lianadevi Tukgali, Fungsi Sosial Hak Atas Tanah Dalam Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, Cetakan Pertama, Jakarta: Kertas Putih Communication, 2010, hal 2.
Universitas Sumatera Utara
2. Tinjauan Aspek Kepentingan Umum
Istilah kepentingan umum merupakan suatu konsep yang sifatnya begitu umum dan belum ada penjelasan secara lebih spesifik dan terinci untuk
operasionalnya sesuai dengan makna yang terkandung di dalam istilah tersebut.
39
Secara etimologis, kepentingan umum terdiri dari dua kata yaitu kepentingan dan umum. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia
40
, kata kepentingan berasal dari kata dasar “penting” yang berarti amat perlu, amat utama, sangat berharga, dan
kata “kepentingan” mengandung arti keperluan, sesuatu yang penting. Sedangkan kata “umum” mempunyai arti keseluruhan, sekaliannya, untuk siapa saja,
khalayak manusia, masyarakat luas. Walaupun secara etimologis pengertian tersebut diatas tersebut dapat dipahami menurut ilmu bahasa tersebut tetapi belum
dapat dijadikan sebagai pengertian yuridis dari “kepentingan umum”. Menurut Mertokusumo kepentingan umum menyangkut kepentingan
bangsa dan negara, pelayanan umum dalam masyarakat luas, rakyat banyak dan atau pembangunan.
41
Tidak jauh berbeda dengan pendapat Mertokusumo, John Salindeho mendefenisikan kepentingan umum sebagai kepentingan bangsa dan
negara serta kepentingan bersama dari rakyat atas dasar asas-asas pembangunan nasional dengan mengindahkan ketahanan nasional serta wawasan nusantara.
42
Jan Gijssel sebagaimana dikutip Gunanegara berpendapat bahwa “kepentingan umum tidak mudah dirumuskan, karena kepentingan umum itu
39
A.A.O.K. Mahendra, Menguak Masalah Hukum Demokrasi dan Pertanahan, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996, hal 279.
40
Poerwadarminta, W.J.S., Op.Cit., hal. 600.
41
Sudikno Mertokusumo, Op.Cit., hal 45.
42
John Salindeho, Masalah Tanah Dalam Pembangunan, Cetakan Kedua, Jakarta: Sinar Grafika, 1998, hal 40.
Universitas Sumatera Utara
merupakan pengertian yang kabur vage begriff sehingga tidak mungkin diinstitusionalisasikan ke dalam suatu norma hukum, yang apabila dipaksakan
akibatnya akan menjadi norma kabur vage normen.
43
Pasal 18 UUPA menyatakan bahwa: “Untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan bangsa dan negara serta
kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat dicabut, dengan memberi ganti kerugian yang layak dan menurut cara yang diatur dengan Undang-
undang”.
Dalam penjelasan Pasal 18 UUPA menjelaskan kepentingan umum termasuk kepentingan bangsa dan negara serta kepentingan bersama dari rakyat,
hak-hak atas tanah dapat dicabut, dengan memberi ganti kerugian yang layak menurut cara yang diatur undang-undang. Dimana kemudian Pasal 18 UUPA
tersebut yang melatarbelakangi lahirnya UU 201961. Setelah berlakunya UU 22012, pengertian kepentingan umum tersebut
lebih tegas sebagaimana ditegaskan lebih lanjut pada Pasal 1 angka 6 UU No.22012 jo. Perpres No.712012, yaitu kepentingan umum adalah kepentingan
bangsa, negara dan masyarakat yang harus diwujudkan oleh pemerintah dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Lingkup kegiatan
pembangunan untuk kepentingan umum menurut undang-undang ini meliputi:
44
pertahanan dan keamanan nasional; jalan umum, jalan tol, terowongan, jalur kereta api, stasiun kereta api,
dan fasilitas operasi kereta api; waduk, bendungan, bendung, irigasi, saluran air minum, saluran
pembuangan air dan sanitasi, dan bangunan pengairan lainnya; pelabuhan, bandar udara, dan terminal;
43
Gunanegara, Rakyat Dan Negara Dalam Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan, Jakarta: Tata Nusa, 2008, hal 11.
44
Pasal 10 UU 22012
Universitas Sumatera Utara
infrastruktur minyak, gas, dan panas bumi; pembangkit, transmisi, gardu, jaringan, dan distribusi tenaga listrik;
jaringan telekomunikasi dan informatika Pemerintah; tempat pembuangan dan pengolahan sampah;
rumah sakit PemerintahPemerintah Daerah; fasilitas keselamatan umum;
tempat pemakaman umum PemerintahPemerintah Daerah; fasilitas sosial, fasilitas umum, dan ruang terbuka hijau publik;
cagar alam dan cagar budaya; kantor PemerintahPemerintah Daerahdesa;
penataan permukiman kumuh perkotaan danatau konsolidasi tanah, serta perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah dengan status sewa;
prasarana pendidikan atau sekolah PemerintahPemerintah Daerah; prasarana olahraga PemerintahPemerintah Daerah; dan
pasar umum dan lapangan parkir umum. Lingkup kegiatan kepentingan umum yang terdapat dalam UU 22012
tersebut di atas cakupannya sangat luas dikarenakan semakin banyaknya kebutuhan pembangunan yang akan dilaksanakan pemerintah kedepannya,
sebagai konsekuensinya adalah makin banyak juga tanah yang dibutuhkan untuk melaksanakan pembangunan tersebut.
Sehingga sebagai pemilik tanah yang tanahnya menjadi objek lokasi pembangunan terkadang diperhadapkan kepada dilema yaitu apakah harus
mengutamakan kepentingan individu disatu sisi sebagai pemilik tanah yang sah yang dilindungi hukum dan di sisi lain harus berkorban demi kepentingan umum.
Alasan untuk digunakan bagi kepentingan umum itu acapkali adalah alasan pembenar yang dirasakan warga masyarakat sehingga menyerahkan tanahnya
untuk digunakan bagi pembangunan untuk kepentingan umum.
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena itu, kepentingan umum dapat dikatakan sebagai kepentingan umum bila peruntukan dan manfaatnya dirasakan benar-benar oleh masyarakat
secara keseluruhan atau secara langsung, termasuk oleh pemilik tanah sebelumnya, dimana kemudian kegiatan pembangunannya dilakukan dan dimiliki
oleh pemerintah dan tidak digunakan untuk tujuan mencari keuntungan semata atau tidak bersifat komersil. Contoh kegiatan pembangunan untuk kepentingan
umum antara lain pembangunan jalan umum, jembatan layang, rumah sakit umum, saluran pembuangan air, tempat pemakaman umum dan lain-lain.
3. Regulasi Pengadaan Tanah di Indonesia