F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Dalam dunia ilmu, teori berfungsi untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi, sedangkan kerangka teori
merupakan landasan dari teori atau dukungan teori dalam membangun atau memperkuat kebenaran dari permasalahan yang dianalisis.
14
Teori merupakan serangkaian, asumsi, konsep, definisi dan proposal untuk menerangkan suatu
fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.
15
Teori memberikan penjelasan melalui cara mengorganisasikan dan mensistematisasikan masalah yang dibicarakannya.
16
Untuk melakukan analisis suatu penelitian diperlukan pisau analisis berupa kerangka teori.
Adapun kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori perlindungan hukum dan teori efektifitas hukum. Teori perlindungan hukum
merupakan teori yang mengkaji dan menganalisis tentang wujud atau bentuk atau tujuan perlindungan, subjek hukum yang dilindungi serta objek
perlindungan yang diberikan oleh hukum kepada subjeknya. Unsur-unsur yang tercantum dalam definisi teori ini meliputi adanya wujud atau bentuk
perlindungan atau tujuan perlindungan, subjek hukum dan objek perlindungan hukum. Dalam setiap perundang-undangan, yang menjadi wujud atau bentuk
14
J.J.J.M. Wuisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta: UI press, 1996, hal. 203.
15
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, 1996, hal. 19.
16
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2000, hal. 253.
Universitas Sumatera Utara
atau tujuan perlindungan yang diberikan kepada subjek dan objek perlindungannya berbeda antara satu dengan yang lainnya.
17
Teori perlindungan hukum berfokus kepada perlindungan hukum yang diberikan kepada masyarakat. Masyarakat yang disasarkan pada teori ini, yaitu
masyarakat yang berada pada posisi yang lemah, baik secara ekonomis maupun lemah dari aspek yuridis.
18
Sudikno Mertokusumo berpendapat bahwa: “Dalam fungsinya sebagai perlindungan kepentingan manusia, hukum
mempunyai tujuan. Hukum mempunyai sasaran yang hendak dicapai. Adapun tujuan pokok hukum adalah menciptakan tatanan masyarakat
yang tertib, menciptakan ketertiban dan keseimbangan. Dengan tercapainya ketertiban di dalam masyarakat diharapkan kepentingan
manusia akan terlindungi. Dalam mencapai tujuannya itu hukum bertugas membagi hak dan kewajiban antar perorangan di dalam
masyarakat, membagi wewenang dan mengatur cara memecahkan masalah hukum serta memelihara kepastian hukum.”
19
Pada dasarnya teori perlindungan hukum merupakan teori yang berkaitan dengan
pemberian pelayanan
kepada masyarakat.
Roscou Pound
mengemukakan hukum merupakan alat rekayasa sosial law as a tool of social engineering. Kepentingan manusia adalah suatu tuntutan yang dilindungi dan
dipenuhi manusia dalam bidang hukum. Roscou Pound membagi kepentingan manusia yang dilindungi hukum menjadi tiga macam, yaitu kepentingan
umum, kepentingan masyarakat dan kepentingan individual.
20
Bila dikaitkan
17
Salim HS dan Erlies Septiana Nurbaini, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis Dan Disertasi, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013, hal. 263.
18
Ibid., hal. 259.
19
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta: Liberty, 2007, hal. 71.
20
Salim HS dan Erlies Septiana Nurbaini, Op.Cit., hal. 266.
Universitas Sumatera Utara
dengan Pengadaan tanah untuk kepentingan umum, maka tiga macam kepentingan tersebut saling bersinggungan satu sama lain.
Teori efektivitas hukum adalah teori yang mengkaji dan menganalisis tentang keberhasilan, kegagalan dan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam
pelaksanaan dan penerapan hukum. Ada tiga fokus kajian teori efektivitas hukum yang meliputi keberhasilan dalam pelaksanaan hukum, kegagalan
dalam pelaksanaannya
dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya.
Keberhasilan di dalam pelaksanaan hukum adalah bahwa hukum yang dibuat itu telah tercapai maksudnya. Maksud dari norma hukum adalah mengatur
kepentingan manusia. Apabila norma hukum itu ditaati dan dilaksanakan oleh masyarakat maupun penegak hukum, maka pelaksanaan hukum itu dikatakan
efektif atau berhasil dalam implementasinya. Kegagalan didalam pelaksanaan hukum adalah bahwa ketentuan-ketentuan hukum yang telah ditetapkan tidak
mencapai maksudnya dan tidak berhasil dalam implementasinya.
21
Teori efektivitas hukum ini dikemukakan antara lain oleh Lawrance M. Friedman dan Soerjono Soekanto. Lawrance M F. Friedman mengemukakan
tiga unsur yang harus diperhatikan dalam penegakan hukum. Ketiga unsur itu meliputi struktur, substansi dan budaya hukum. Sedangkan Soerjono Soekanto
mengemukakan lima faktor yang harus diperhatikan dalam penegakan hukum, meliputi:
22
a. Faktor hukum atau undang-undang; b. Faktor penegak hukum;
c. Faktor sarana atau fasilitas; d. Faktor masyarakat; dan
e. Faktor kebudayaan.
21
Ibid, hal. 303.
22
Ibid, hal. 307.
Universitas Sumatera Utara
Hukum atau undang-undang dalam arti materil merupakan peraturan tertulis yang berlaku umum dan dibuat oleh penguasa pusat maupun daerah
yang sah. Peraturan dibuat dua macam yaitu peraturan pusat dan setempat. Peraturan pusat berlaku untuk semua warga negara di wilayah suatu negara,
sedangkan peraturan setempat hanya berlaku di suatu tempat atau daerah saja. Penegak hukum adalah kalangan yang secara langsung berkecimpung
dalam pengakan hukum, antara lain kepolisian, kejaksaan, kehakiman, advokat. Sarana atau fasilitas merupakan segala hal yang dapat digunakan
untuk mendukung dalam proses penegakan hukum. Masyarakat dalam konteks penegakan hukum erat kaitannya dengan dimana hukum tersebut berlaku atau
diterapkan. Kebudayaan diartikan sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup. Kelima faktor
tersebut di atas harus diperhatikan secara seksama dalam proses penegakan hukum, karena apabila hal itu kurang mendapat perhatian, maka penegakan
dan efektivitas hukum tidak akan tercapai.
23
Dalam pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum, harus dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat luas yang terkena dampak
pengadaan tanah, dengan berpegang pada asas bahwa dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum, orang atau badan hukum yang melepas tanahnya
untuk kepentingan pembangunan, harus dapat memberikan kehidupan yang secara ekonomis lebih baik dari pada sebelumnya. Dalam praktek pengadaan
tanah untuk pembangunan bagi kepentingan umum tahapan yang paling
23
Ibid, hal. 307-308.
Universitas Sumatera Utara
krusial adalah proses musyawarah untuk menyepakati besaran ganti rugi hak atas tanah.
Pengadaan tanah pada prinsipnya ditujukan untuk kepentingan umum, dilakukan dengan prinsip keadilan dengan penghormatan terhadap hak-hak
atas tanah yang diusahakan dengan cara seimbang dan dilakukan dengan cara musyawarah. Dalam hal ini maka pemerintah ataupun instansi Badan Usaha
Milik Negara BUMN yang melaksanakan pengadaan tanah harus bertindak dengan prinsip kehati-hatian yaitu selain untuk tercapainya efektivitas hukum
juga sebaiknya dapat memenuhi rasa keadilan sebagai bentuk perlindungan hukum masyarakat.
2. Konsepsi