pelaksana pengadaan tanah lebih banyak memihak kepentingan pemerintah atau penguasa. Keberpihakan aparat pelaksana kepada kepentingan pemerintah atau
pengusaha didorong oleh keinginan untuk mencapai target-target yang telah ditentukan sebagai ukuran prestasi kerja aparat yang bersangkutan, juga karena
ada keuntungan-keuntungan tertentu yang dapat dinikmati oleh aparat yang bersangkutan.
111
Selain itu penyebab lainnya adalah mengenai ganti rugi yang ditekan sehingga masyarakat tidak dapat turut menikmati keuntungan-keuntungan masa
depan yang tercipta karena pengorbanan hak-hak atas tanah mereka. Keuntungan yang tercipta karena kenaikan nilai tanah sebagai akibat dari proyek pembangunan
lebih banyak dinikmati oleh pihak lainnya.
6. Perlindungan Hukum Dalam Hal Ganti Rugi Pengadaan Tanah
Sebagaimana telah disebutkan dalam sub-bab di atas, bahwa bentuk perwujudan perlindungan hukum yang paling esensial dalam pengadaan tanah
untuk kepentingan umum adalah masalah pemberian ganti rugi yang layak dan adil. Serta, UU 22012 mendefinisikan dengan jelas bahwa pengadaan tanah
adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi ganti kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak. Sehingga permasalahan mengenai ganti
rugi dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum adalah hal yang sangat krusial, oleh sebab itu sangat perlu mendapatkan perlindungan hukum.
111
A.P.Parlindungan, makalah Pembebasan Tanah Untuk Pemerintah dan Swasta, diajukan pada Dialog Agraria dalam Ulang Tahun UUPA tanggal 24 September 1993 di Fakultas
Hukum USU, hal 10.
Universitas Sumatera Utara
Pengadaan tanah pada prinsipnya ditujukan untuk kepentingan umum, dilakukan dengan prinsip keadilan dengan penghormatan terhadap hak-hak atas
tanah yang diusahakan dengan cara seimbang dan dilakukan dengan cara musyawarah.
112
Dalam hal ini maka pemerintah harus bertindak dengan prinsip kehati-hatian yaitu selain untuk terlaksananya pembangunan yang direncanakan
pemerintah, juga sebaiknya dapat memenuhi rasa keadilan bagi masyarakat yang tanahnya terkena proyek dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum
sebagai bentuk perlindungan hukum masyarakat. Berikut ini diuraikan mengenai ganti rugi dalam pengadaan tanah.
1. Istilah Ganti Rugi Dan Kompensasi
Paradigma ganti rugi cenderung bermakna bahwa pemegang hak atas tanah itu sudah mengalami kerugian sebelum pelepasan tanahnya untuk
kepentingan umum. Hal ini berbeda dengan kompensasi. Dalam paradigma kompensasi, proyek pengadaan tanah menjamin kehidupan yang lebih baik dari
sebelumnya, bukan proyek pemiskinan masyarakat.
113
Dengan demikian istilah yang tepat untuk digunakan adalah ‘kompensasi’, karena ganti rugi itu identik dengan korban. Di sisi lain, dalam pengadaan tanah
tidak perlu ada korban. Jika demikian, berarti pembuat undang-undang pada saat merancang undang-undang telah mengasumsikan bahwa akan ada yang menjadi
korban pada saat pengadaan tanah untuk kepentingan umum, padahal itu tidak seharusnya terjadi.
112
Muhammad Yamin Lubis dan Abdul Rahim Lubis, Pencabutan Hak, Pembebasan dan Pengadaan Tanah, Op.Cit., hal. 101.
113
Bernhard Limbong, Op.Cit, hal. 363.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai bukti bahwa istilah ganti rugi memiliki konotasi korban, terlihat dari cara perhitungan pemerintah atas harga tanah, yakni berdasarkan NJOP, tidak
berdasarkan harga tanah terkini. Pemegang hak atas tanah sulit membeli kembali tanah atau mendapatkan harga tanah yang sudah semakin mahal. Bukti lain dari
paradigma ganti rugi selama ini bahwa kalau untuk kepentingan umum, pemilik tanah itu terugikankorban. Jika demikan maknanya, mengapa istilah ganti rugi
tetap bertahan hingga saat ini, bahkan muncul dalam UU 22012. Kompensasi adalah sejumlah uang yang diperoleh pemegang hak atas
tanah setelah melepaskan tanahnya senilai dengan nilai tanah di pasar terbuka ditambah kerugian fisik dan nonfisik lain akibat pelepasan hak atas tanah.
114
Artinya kompensasi dimaknai sebagai sejumlah uang yang harus dibayar untuk pihak yang berhak atas tanah karena kehilangan tanahnya, dimana jumlah yang
dibayar tidak hanya untuk tanah yang diambil, tetapi juga kerugian lain yang diderita akibat dari kehilangan tanahnya untuk pengadaan tanah bagi kepentingan
umum. Prinsip mendasar dalam kompensasi adalah menempatkan pemilik tanah yang berhak atas tanah yang terkena dampak akuisisi dalam posisi yang sama
setelah akuisisi seperti keadaan dia sebelumnya, tidak lebih buruk, atau lebih baik. Prinsip ini disebut prinsip kesetaraan, dan prinsip ini masih jarang diterapkan
dalam pemberian kompensasi di negara-negara berkembang.
115
2. Perlindungan Dalam Hal Ganti Rugi