47
jelas, namun hal yang pasti adalah ia terluka parah, kemudian ia menangis karena menyadari saat itulah ia akan mati. Selain itu, Erzählung ini juga mengajarkan
tentang moral dan kisah kelam Perang Dunia II.
B. Penokohan Tokoh Utama Andreas dalam Erzählung Der Zug war
pünktlich Karya Heinrich Böll
Sebelum memaparkan masalah psikologis dan cara mengatasinya, peneliti terlebih dahulu harus memahami penokohan tokoh utama Andreas dalam
Erzählung ini. Untuk menganalisa penokohan peneliti menggunakan teknik
penokohan Marqua β. Terdapat tiga teknik analisa yang digunakan Marquaβ untuk
memahami penokohan yang ada dalam karya sastra, yakni karakterisasi tokoh die Charakterisierung der Figuren
, konstelasi tokoh die Konstellation der Figuren, dan konsepsi tokoh die Konzeption der Figuren. Adapun penokohan tokoh
utama sebagai berikut.
1. Karakterisasi Tokoh Utama Andreas die Charakterisierung der
Hauptfigur Andreas
Ada dua cara untuk menggambarkan tokoh, yaitu karakterisasi secara langsung die direkte Charakterisierung dan karakterisasi secara tidak langsung
die indirekte Charakterisierung. Karakterisasi secara langsung dipaparkan melalui pengarang, tokoh lain, dan tokoh itu sendiri, sedangkan karakterisasi tidak
langsung disampaikan melalui deskripsi tingkah laku tokoh, penggambaran bentuk lahir, dan pelukisan hubungan. Terdapat empat dimensi pokok dalam
penggambaran tokoh secara langsung maupun tidak langsung, yakni ciri-ciri
48
lahiriah äu βere Merkmale, ciri-ciri sosiologis soziale Merkmale, tingkah laku
Verhalten, dan pikiran dan perasaan Denken und Fühlen. a.
Ciri-citi Lahiriah Tokoh äuβere Merkmale 1
Usia Alter Andreas sebagai tokoh utama memainkan peran sebagai fokus jalannya
cerita. Tidak banyak ciri-ciri lahiriah Andreas digambarkan pada permulaan cerita, namun ciri-ciri lahiriah Andreas baru digambarkan setelah alur cerita
berkembang di saat kereta yang ditumpangi berhenti di stasiun kereta utama di kota Lemberg, Polandia sekarang menjadi bagian dari Ukraina. Usia Andreas
diungkapkan ketika ia bersama dengan Olina di sebuah ruangan di rumah bordil. Andreas adalah seorang laki-laki berusia 23 tahun dan akan berusia 24 pada bulan
Februari. Dia sendiri tidak yakin bahwa usianya akan menginjak 24 tahun. Hal itu terlihat dari kalimat percakapan Andreas bersama Olina sebagai berikut.
Sie blickt auf den Boden, er spürt, wie sie den Kopf hebt, und sie fragt plötzlich: »Wie alt bist du?«
»Im Februar würde ich vierundzwanzig«, sagt er leise. »Im Februar würdest du vierundzwanzig. Du würdest … wirst nicht?«
Böll, 1949: 101. Olina memandangi lantai, Andreas menyadarinya ketika Olina
mengangkat kepalanya, kemudian dia tiba-tiba bertanya: “Berapa usiamu?”
“Di bulan Februari mungkin aku akan berusia dua puluh empat tahun,” kata Andreas pelan.
“Di bulan Februari kau mungkin berusia dua puluh tempat tahun. Kau tidak akan mencapai usia dua puluh empat tahun?”
Kutipan di atas memperlihatkan bahwa pandangan kematian
mempengaruhi Andreas dalam melihat masa depan. Kematian yang akan segera datang membuat Andreas menyakini bahwa usianya terbatas. Hal tersebut terlihat
dari pemakaian kata “würdewürdest” yang menunjukkan Konjunktiv 2, yaitu kata