Pendekatan Psikologi Sastra KAJIAN TEORI

18 diterima masyarakat. Peneliti beranggapan, konsep dan teori psikoanalis Sigmund Freud ini dirasa tepat untuk menganalis fenomena kejiwaan dalam penelitian ini.

D. Teori Psikoanalisis Sigmund Freud

Psikoanalisis sastra merupakan bagian dari ilmu psikologi sastra. Jatman via Endraswara, 2003: 97 berpendapat bahwa karya sastra dan psikologi memang memiliki pertautan yang erat, secara tak langsung dan fungsional. Pertautan tak langsung, karena baik sastra maupun psikologi memiliki obyek yang sama yaitu kehidupan manusia. Psikologi dan sastra mempunyai hubungan yang fungsional karena sama-sama mempelajari keadaan kejiwaan orang lain. Bedanya dalam psikologi gejala tersebut nyata, sedangkan dalam sastra bersifat imajinatif. Lebih lanjut Nurgiyantoro 2013:100 mengemukakan bahwa pendekatan psikoanalisis berangkat dari konsep psikologi yaitu psikoanalis depth psychology yang diteorikan oleh Sigmund Freud. Pada awalnya, teori ini terkait dengan metode psikoterapi untuk menyembuhkan penyakit mental dan syaraf, namun kemudian berkembang menjadi teori kepribadian. Psikoanalisis adalah sebuah teori psikologi yang banyak membicarakan masalah kesadaran, mimpi, kecemasan, neurotik, emosi, motivasi, dan juga kepribadian. Tentang kesadaran itu Freud mengemukakan bahwa kesadaran terdiri atas dua alam, yaitu alam sadar dan alam bawah sadar. Alam kesadaran yang dialami oleh manusia hanya merupakan bagian kecil karena perimbangan alam sadar dan alam bawah sadar itu ibarat gunung es. Puncak gunung es yang kecil adalah alam kesadaran, sedang dasar gunung es yang berada di dalam laut jauh lebih besar adalah alam 19 ketidaksadaran. Alam ketidaksadaran adalah basis konsep teori psikoanalisis. Tentang psikoanalis dapat diuraikan lebih lanjut sebagai berikut.

1. Teori Dasar Psikoanalisis

Teori psikoanalisis pertama kali dikembangkan oleh Sigmund Freud pada tahun 1886. Freud merupakan seorang keturunan Yahudi, lahir di Austria pada tanggal 6 Mei 1856 dan meninggal di London pada tanggal 23 September 1939. Pada tahun 1873 Freud menempuh pendidikan kedokteran di Wina dan lulus pada tahun 1881 dengan predikat excellent. Sebagai seorang ahli neurologi dia sering membantu masalah-masalah pasiennya, seperti rasa takut yang irrasional, obsesi, dan rasa cemas. Dalam membantu menyembuhkan masalah-masalah mental Freud menggunakan prosedur yang inovatif yang dinamakan psikoanalisis. Penggunaan psikoanalisis memerlukan interaksi verbal yang cukup lama dengan pasien untuk menggali pribadinya yang lebih dalam. Pikiran manusia lebih dipengaruhi oleh alam bawah sadar unconscious mind ketimbang alam sadar conscious mind. Eagleton via Minderop, 2010:13 mengemukakan bahwa Freud melukiskan pikiran manusia seperti gunung es. Dia mengatakan kehidupan seseorang dipenuhi oleh berbagai tekanan dan konflik. Untuk meredakan tekanan dan konflik tersebut manusia dengan rapat menyimpannya di alam bawah sadar. Oleh karena itu, menurut Freud alam bawah sadar merupakan kunci memahami perilaku seseorang. Minderop 2010:13 mengemukakan Freud merasa yakin bahwa perilaku seseorang kerap dipengaruhi oleh alam bawah sadar yang mencoba memunculkan diri; dan tingkah laku itu disadari seperti: seorang gadis yang menyebut nama 20 tunangannya dengan nama pemuda lain, mantan kekasihnya. Menurut Freud, kejadian ini disebabkan si gadis sesungguhnya tidak dapat melupakan mantan kekasih yang tersimpan di alam bawah sadar dan sesekali muncul kembali. Menurut Freud, hasrat taksadar unconsious mind selalu aktif dan selalu saja bisa muncul. Walau hanya hasrat sadar yang muncul, melalui suatu analisis ternyata ditemukan kaitan antara hasrat dengan unsur kuat yang muncul dari hasrat taksadar. Hasrat yang datang dari alam taksadar yang direpresi selalu aktif dan tidak pernah hilang. Hasrat tersebut sangat kuat dan berasal dari masa kecil kita. Karya sastra menempatkan diri sebagai perwujudan mimpi yang tidak dapat diwujudkan. Contohnya, karya sastra dalam bentuk puisi atau karya seni musik yang syair-syairnya merupakan manifestasi dari sesuatu yang datang dari alam taksadar. Freud menyakini bahwa psikoanalisis dan karya sastra seiring- sejalan dan saling mengisi untuk memperkaya Minderop, 2010:16. Freud juga menghubungkan karya sastra dengan mimpi. Sastra dan mimpi dianggap memberikan kepuasan secara tak langsung. Mimpi seperti tulisan merupakan sistem tanda yang menunjuk pada sesuatu yang berbeda, yaitu melalui tanda-tanda itu sendiri. Kebesaran penulis dan hasil karyanya pada dasarnya terletak pada kualitas ketidaksadaran tersebut. Karya sastra, seperti mimpi, bukan terjemahan langsung realitas. Oleh karenanya, pemahaman terhadap eksistensinya harus dilakukan melalui interpretasi. Perbedaan karya sastra dan mimpi adalah, karya sastra terdiri atas bahasa yang bersifat linier; sedangkan mimpi terdiri atas 21 tanda-tanda figuratif yang tumpang-tindih dan campur-aduk. Mimpi dalam sastra adalah angan-angan halus Endraswara via Minderop, 2010:17.

2. Struktur Kepribadian

Suryabrata 1982: 124 menyatakan bahwa Freud membagi struktur kepribadian kedalam tiga aspek, yaitu id das Es, ego das Ich, dan superego das Über-Ich . Kendatipun ketiga komponen tersebut masing-masing mempunyai fungsi, komponen, prinsip kerja, dinamika sendiri-sendiri namun ketiganya saling berkaitan sehingga tidak mungkin untuk dipisahkan perngaruhnya terhadap tingkah laku manusia. Perilaku seseorang merupakan hasil dari interaksi antara ketiga aspek tersebut. Id atau Das Es disebut juga oleh Freud sebagai System der Unbewussten. Aspek ini adalah aspek biologis dan merupakan sistem yang original di dalam kepribadian. Dari aspek id inilah kedua aspek lain tumbuh. Id merupakan dunia batin atau subyektif manusia, dan tidak mempunyai hubungan langsung dengan dunia obyektif. Karena merupakan lapisan terdalam dan juga sistem kepribadian kodrati yang terbentuk sejak lahir, id berada di dalam bawah sadar yang berisi kekuatan instingtif serta dorongan-dorongan primitif. Libido merupakan wujud konkret dari kekuatan instingtif dan dorongan primitif tersebut. Id merupakan sumber energi psikis yang menggerakkan ego dan superego. Energi psikis di dalam id dapat meningkat karena adanya rangsangan baik dari luar atau dari dalam. Apabila energi tersebut meningkat maka akan menimbulkan tegangan, yang menimbulkan pengalaman tidak menyenangkan. Id tidak bisa membiarkan hal tersebut terjadi. Apabila energi meningkat dan terjadi tegangan, id akan