24
libidinal. Fungsi pokok superego adalah menentukan pilihan perilaku dan tindakan seseorang apakah baik atau pantas atau sebaliknya, dengan demikian
pribadi dapat diterima masyarakat. Superego bersifat idealistik. Superego terbentuk karena pembudayaan pendidikan yang berisi perintah dan larangan
untuk melakukan sesuatu. Hal tersebut dapat berlaku efektif jika dibentuk saat masih kanak-kanak, yaitu pendidikan dari orangtua, keluarga, dan lingkungan.
Apa pun yang dikatakan tidak baik dan bersifat menghukum akan cenderung menjadi “conscientia” anak, apa pun yang disetujui dan dipuji cenderung menjadi
Ich-ideal anak. Mekanisme yang menyatukan kedua sistem tersebut disebut
introjeksi. Jadi, superego berisikan conscientia dan Ich-ideal. Conscientia menghukum orang dengan memberikan rasa dosa, sedangkan Ich-ideal
menghadiahi orang dengan rasa bangga akan dirinya. Dengan terbentuknya superego
ini maka kontrol akan tingkah laku yang dilakukan oleh orangtuanya atau wakilnya menjadi dilakukan oleh pribadi sendiri, moral yang dulunya
heteronom menjadi otonom. Dilihat dari hubungan tiga aspek kepribadian, fungsi pokok dari superego adalah sebagai berikut.
a. Merintangai impuls-impuls id, terutama implus-implus seksual dan agresif
yang ditentang oleh masyarakat; b.
Mendorong ego untuk lebih mengejar hal-hal yang moralistis daripada realistis;
c. Mengejar kesempurnaan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa superego cenderung untuk menentang id maupun ego, sehingga membuat dunia yang menurut konsepsi yang ideal.
25
Demikianlah struktur kepribadian menurut Freud, yang terdiri atas tiga aspek. Aspek-aspek tersebut merupakan nama-nama untuk berbagai proses
psikologis yang berlangsung dan dengan prinsip-prinsip yang berbeda satu sama lain. Dalam keadaan normal ketiga sistem tersebut bekerja sama dengan ego
sebagai pengaturnya karena kepribadian berfungsi sebagai kesatuan.
3. Dinamika Kepribadian
Filsafat determinisme dan positivisme mempengaruhi Freud dan menganggap organisme manusia sebagai suatu kelompok sistem energi, yang
mendapatkan energinya dari makanan serta mempergunakannya untuk berbagai hal. Seperti ahli ilmu-ilmu lain di abad XIX yang mendefinisikan energi
berdasarkan lapangan kerjanya, maka Freud menamakan energi dalam bidang psike ini energi psikis physchic energy. Dalam Suryabrata 1982: 128 Freud
merelasikan hukum penyimpangan tenaga dengan energi psikis, yaitu energi dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain namun tidak dapat hilang. Freud
mengemukakan bahwa energi psikis dapat dipindahkan ke energi fisiologis dan sebaliknya. Perantara antara energi tubuh dengan kepribadian adalah id dengan
naluri-nalurinya, yaitu sebagai berikut. a.
Naluri Naluri atau dalam konteks ini mempunyai beberapa persamaan, yaitu
insting, keinginan wish, dan kebutuhan need. Insting merupakan sumber perangsang somatis yang dibawa sejak lahir. Keinginan merupakan perangsang
psikologis, sedangkan kebutuhan merupakan perangsang jasmani. Contohnya, lapar dapat digambarkan secara fisiologis sebagai kekurangan akan makanan atau
26
secara psikologis sebagai keinginan akan makanan. Keinginan tersebut menjadi alasan atau motif tingkah laku, misalnya orang lapar mencari makanan.
Freud beranggapan bahwa sumber-sumber perangsang dari luar memiliki peran yang kurang penting dibandingkan dengan naluri. Pada umumnya
perangsang dari luar lebih sedikit pengaruhnya terhadap individu daripada rangsangan dari dalam. Jadi, orang dapat menghindari perangsang dari luar namun
tidak akan dapat melarikan diri dari perangsang yang datang dari dalam. Sebagaimana telah disebutkan bahwa id merupakan sumber energi yang
dipergunakan oleh kepribadian, serta merupakan tempat kedudukan naluri-naluri. Id
diibaratkan sebagai dinamo penggerak kepribadian yang memberikant tenaga. Tenaga tersebut bersumber dari proses metabolisme dalam tubuh.
Suatu naluri tersebut mempunyai empat macam sifat, yaitu sumber naluri, tujuan naluri, obyek naluri, dan pendorong atau penggerak naluri. Sumber naluri
adalah kondisi jasmaniah atau kebutuhan. Tujuan naluri adalah menghilangkan rangsangan kejasmanian, sehingga ketidakenakan yang muncul karena tegangan
meningkatkan energi dapat ditiadakan. Obyek naluri adalah segala aktivitas yang menjadi perantara keinginan dan terpenuhinya keinginan tersebut. Pendorong
naluri adalah kekuatan naluri itu sendiri yang bergantung pada besar kecilnya kebutuhan.
Selama hidup sumber dan tujuan naluri itu tetap sama, sedangkan objek dan cara yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut selalu berubah-
ubah. Hal tersebut disebabkan karena energi psikis dapat dipindah-pindahkan, dapat digunakan dalam berbagai jalan. Akibatnya, apabila suatu objek tidak dapat
27
digunakan maka dicarilah obyek-obyek lain sebagai penganti hingga ditemukan obyek yang cocok. Jadi dapat dikatakan bahwa obyek naluri dapat disubtitusikan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa perpindahan energi dari satu obyek ke obyek lain merupakan sifat yang sangat penting dalam kepribadian. Hal ini yang
membuat sifat dan tingkah laku manusia dapat berubah-ubah dan fleksibel. Teori Freud tentang motivasi didasari pada pemikiran bahwa naluri merupakan sumber
energi tunggal tingkah laku manusia. Freud mengelompokkan macam-macam naluri menjadi dua kelompok
sebagai berikut. 1
Naluri kehidupan Fungsi naluri hidup adalah membuat individu untuk tetap terus hidup.
Bentuk mendasar dari naluri ini adalah makan, minum, dan seksual. Wujud energi yang digunakan oleh naluri hidup adalah libido. Meskipun Freud mengakui ada
berbagai macam bentuk naluri hidup, namun dalam kenyataannya yang paling diutamakan adalah naluri seksual.
2 Naluri kematian
Naluri kematian atau insting mati disebut juga naluri yang merusak. Fungsi dari naluri ini kurang jelas jika dibandingkan dengan naluri kehidupan
karena tidak begitu dikenal. Namun ada suatu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa manusia pada akhirnya akan mati juga. Inilah yang mendasari
Freud merumuskan ‘tujuan semua hidup adalah mati’. Freud berpendapat bahwa tiap orang mempunyai keinginan yang tidak disadarinya untuk mati.
28
Hasil terpenting dalam naluri kematian adalah dorongan agresif. Sifat agresif merupakan pengrusakan diri yang diubah dengan obyek subtitusi.
Misalnya, seseorang berkelahi dengan orang lain dan bersifat merusak, hal tersebut terjadi karena keinginan matinya dirintangi oleh kekuatan lain dalam
kepribadian yang berlawanan dengan kematian. Kedua naluri tersebut dapat saling bercampur dan menetralkan. Misalnya,
naluri kehidupan yaitu dorongan makan dapat dicampurkan dengan dorongan yang menghancurkan, yakni dapat dipuaskan dengan cara menggigit, mengunyah,
mencabik makanan. b.
Distribusi dan Penggunaan Energi Psikis Dinamika kepribadian terdiri dari cara bagaimana energi psikis tersebut
didistribusikan serta digunakan oleh id, ego, dan superego. Jumlah energi terbatas, maka akan terjadi persaingan di antara ketiga aspek tersebut untuk dapat
mempergunakan energi. Jika suatu aspek banyak mempergunakan energi, maka aspek tersebut menjadi kuat sehingga kedua aspek lain akan sendirinya menjadi
lemah. Awalnya id yang mempunyai semua energi dan menggunakannya untuk
gerakan-gerakan refleks dan pemenuhan keinginan. Penggunaan energi di dalam gerakan atau khayalan ini disebut pemilihan obyek secara instingtif. Energi di
dalam id sangat mudah bergerak dan berpindah. Dari gerakan satu ke gerakan lain, dari khayalan satu ke khayalan lain.
Ego meminjam dari id karena ego tidak mempunyai energi sendiri. Ego
tidak dapat membedakan khayalan subyektif dan khayalan obyektif. Jadi, dengan