Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
4
Karya-karya Böll dijuluki sebagai Trümmerliteratur sastra puing-puing,
yaitu gerakan sastra yang dimulai sesaat setelah Perang Dunia II berakhir. Kebanyakan karya-karya yang termasuk Trümmerliteratur menceritakan memori-
memori Perang Dunia II, Nazi, Holocaust, dan rasa bersalah yang muncul karenanya. Selain Böll, pengarang yang karya-karyanya termasuk dalam
Trümmerliteratur adalah Wolfgang Borchert
Draußen vor der Tür , Das Brot, An
diesem Dienstag , Wolf Dietrich Schnurre Ein Unglücksfall
, Das Begräbnis
, dan Arno Schmidt
Brands Haide ,
Schwarze Spiegel . Hal yang membedakan Böll
dengan pengarang lain sezaman adalah bagaimana Böll menuliskan tokoh-tokoh dalam karyanya dengan gaya yang khas. Cerita-cerita Böll menanggapi sisi-sisi
kehidupan masyarakat pascaperang, secara umum dia menganggap bahwa bahasa sederhana dan tenang berbicara langsung kepada pembaca. Kesederhanaan itu
tidak menghentikan karyanya agar menarik bagi pelaku spiritual yang disebabkan oleh rasa bersalah dan penderitaan selama dan pascaperang. Perang menyebabkan
banyak pengarang Jerman, khususnya Böll, merasakan tekanan moral untuk berbicara tentang apa yang terjadi pada masa itu melalui karya-karyanya.
Erzählung Der Zug war pünktlich yang dikaji dalam penelitian ini berlatar
tepat sebelum Perang Dunia II berakhir. Erzählung ini menceritakan seorang prajurit Jerman bernama Andreas yang akan menuju ke barisan timur pasukan
Jerman menggunakan kereta. Sesaat setelah ia menaiki kereta tiba-tiba saja rasa takut menggerogotinya, bahwa kematiannya sudah pasti terjadi dan nyata. Suara
nyaring pengeras suara mengundang para penumpang kereta untuk segera menaiki kereta yang akan mulai melaju tepat waktu. Menurut Andreas suara nyaring
5
pengeras suara itulah yang menyebabkan semua ketidakberutungan terjadi; suara pengeras suara yang memulai perang, suara pengeras suara yang mengontrol
aspek paling mengerikan dalam perang, hingga kedatangan dan keberangkatan kereta.
Bahkan pada pembukaan cerita, Andreas telah mengatakan kepada temannya Paul bahwa dia tidak ingin mati, ironisnya kematian itu akan terjadi
secepatnya. Kata “bald” segera terus menerus Andreas pikirkan, “bald” bisa terjadi satu detik lagi, atau mungkin satu tahun lagi. “Bald” adalah kata yang
mengerikan. Di dalam kereta, Andreas membuka sebuah peta dan menunjuk ke tempat yang mungkin dia akan mati. Dia mulai menghitung hari-hari yang tersisa
sebelum kematian menjemputnya dengan berdoa. Jalan cerita berkembang saat Andreas bertemu dengan Willi dan prajurit berambut pirang. Mereka bersama-
sama mengunjungi rumah bordil. Andreas bertemu dengan Olina, seorang pelacur asal Polandia, yang juga merupakan mata-mata Polandia. Pertemuan Andreas
dengan Olina menumbuhkan gejolak baru. Hal tersebut membuat Andreas mulai meragukan kematiannya. Dia merasa bahwa masih ada harapan untuk hidup. Dia
mulai mengabaikan kerelaannya untuk mati yang selama ini dirasakan sejak dimulainya cerita. Andreas bersama Olina, Willi, dan prajurit berambut pirang
memutuskan untuk melarikan diri. Ketika mereka dalam perjalanan, mereka diserang oleh partisan. Kematian tidak bisa dihindarkan, Andreas tewas beserta
ketiga teman-temannya. Andreas tewas di tempat jarinya menunjuk bagian peta sebelumnya. Seperti kereta yang dia tumpangi, kematian Andreas datang tepat
waktu.
6
Tokoh adalah sebuah lakuan atau pengemban peristiwa dalam sebuah cerita. Kehadiran tokoh dalam cerita berkaitan dengan terciptanya konflik, dalam
hal ini tokoh berperan membuat konflik dalam sebuah cerita rekaan Nurgiyantoro, 1995:164. Penokohan atau perwatakan dibagi menjadi 3 dimensi,
yaitu dimensi fisiologis, sosiologis, dan psikologis. Tokoh utama dalam Erzählung ini mempunyai masalah kejiwaan atau
mental yang kentara. Hal itu bisa dilihat dari Andreas selaku tokoh utama yang mengalami semacam tekanan kejiwaan dan trauma sejak dimulainya cerita hingga
pergantian emosi yang begitu cepat pada akhir cerita. Fenomena psikosis tersebut sangat tepat dianalisis dengan pendekatan psikologis. Penelitian ini menggunakan
konsep-konsep psikoanalisis yang dipelopori oleh Sigmund Freud. Alasan yang mendasari pemilihan teori Freud, yaitu manusia dipandang
sebagai makhluk deterministik. Dengan kata lain Freud melihat manusia tidak bebas. Sigmund Freud mengutarakan pikiran manusia dipengaruhi oleh alam
bawah sadar unconscious mind dan alam sadar conscious mind. Bagian ketidaksadaran jauh lebih luas dari bagian kesadaran. Bagian ketidaksadaran
tersebut memiliki pengaruh besar pada diri manusia. Banyak perilaku manusia yang dipengaruhi oleh ketidaksadarannya. Menurut Freud bagian ketidaksadaran
ini diisi oleh dorongan-dorongan instingtif bersifat primitif yang menggerakkan manusia untuk mendapatkan kenikmatan. Selain insting primitif, dalam wilayah
ketidaksadaran tersimpan pula berbagai kenangan peristiwa traumatik dan hal-hal yang dilupakan oleh seseorang yang tidak dapat ditampilkan di kesadarannya
karena dianggap tidak dapat diterima oleh masyarakat. Jadi, dalam pandangan
7
Freud, manusia lebih digerakkan oleh instinknya. Dengan teori dan konsep- konsep psikologi Freud tersebut peneliti dapat lebih detail mendeskripsikan watak
tokoh utama beserta faktor yang mempengaruhi terbentuknya watak tokoh utama, bentuk permasalahan psikologis yang dialami tokoh utama, dan bagaimana upaya
tokoh utama menyelesaikan masalah. Masalah-masalah psikologis tersebut merupakan masalah yang terjadi pada prajurit perang, maka digunakan pula
konsep Kriegsneurosen atau neurosis akibat perang, yaitu sebuah gangguan yang diakibatkan oleh peristiwa traumatis yang dialami oleh prajurit perang.