dan digunakan untuk mengukur reflektansi pada permukaan yang memantulkan cahaya secara difusi menyebar. Metode cahaya dating-cahaya pantul digunakan
untuk menentukan reflektansi dalam persen pada permukaan yang memantulkan cahaya atau tidak mengkilap. Metode ini terdiri dari tiga langkah, yaitu sebagai
berikut : 1. Mengukur intensitas cahaya yang jatuh ke permukaan objek
2. Mengukur intensitas cahaya yang dipantulkan dari permukaan objek 3. Mengukur reflektansi permukaan objek dengan cara membagi angka intensitas
cahaya pantul dengan intensitas cahaya yang diterima
2 to 4 in
Instrumen dalam posisi menghadap
tanpa adanya bayangan Sinar Pantul
Dinding Dinding
Instrumen Sinar Datang
Sumber: Concepts in Architectural Lighting, 1983
Gambar 3.8. Posisi Pengukuran Reflektansi Objek
3.5. Pencahayaan Buatan
3.5.1. Klasifikasi Pencahayaan Buatan
7
Menurut IES, terdapat 5 klasifikasi sistem pancaran cahaya dari sumber cahaya, yaitu: penerangan tak langsung, penerangan setengah tak langsung,
7
Drs. Muhaimin, MT. Teknologi Pencahayaan. Bandung: PT. Grafika Aditama, 2001, h.138-142
Universitas Sumatera Utara
penerangan menyebar difus, penerangan setengah langsung, dan penerangan langsung.
1. Penerangan tak langsung Pada penerangan tak langsung, 90 hingga 100 cahaya dipancarkan ke langit-
langit ruangan sehingga yang dimanfaatkan pada bidang kerja adalah cahaya pantulan. Penerangan tak langsung digunakan pada ruang gambar, perkantoran,
rumah sakit, dan hotel 2. Penerangan setengah tak langsung
Pada penerangan setengah tak langusng, 60 hingga 90 cahaya diarahkan ke langit-langit. Penggunaan penerangan setengah tak langsung pada : toko buku,
ruang baca, dan ruang tamu. 3. Penerangan menyebar difus
Pada penerangan difus, distribusi cahaya ke atas dan bawah relatif merata yaitu berkisar 40 hingga 60. Penggunaan penerangan difus antaralain pada tempat
ibadah 4. Penerangan setengah langsung
Penerangan setengah langsung 60 hingga 90 cahayanya diarahkan ke bidang kerja selebihnya diarahkan ke langit-langit. Pemakaian penerangan setengah
langsung antaralain: kantor, kelas, toko, dan tempat kerja lainnya. 5. Penerangan langsung
Pada penerangan langsung 90 hingga 100 cahayanya dipancarkan ke bidang kerja. Kelebihan pada penerangan langsung adalah efisiensi penerangan tinggi
Universitas Sumatera Utara
dan memerlukan sedikit lampu untuk bidang kerja yang tinggi. Kelemahannya adalah bayangannya gelap.
Sumber: www.ieslightlogic.org
Gambar 3.9. Klasifikasi Pencahayaan Buatan
3.5.2. Pemilihan Jenis Lampu
8
Secara umum lampu digolongkan menjadi 4 jenis, yaitu lampu pijar incandescent, lampu fluorescent, lampu HID High-Intensity Discharge, dan
lampu LED sebagai berikut: 1. Lampu pijar incandescent : cahaya yang dihasilkan oleh filament dari bahan
tungsten titik lebur 2200
o
C yang berpijar karena panas sehingga disebut lampu tungsten. Efikasi lampu pijar rendah, hanya 8-10 energi menjadi
cahaya dan sisanya terbuang sebagai panas. Lampu tungsten diisi gas halogen iodine, chlorine, bromine, dan fluorine untuk memperbaiki efikasinya
8
Prasasto Satwiko. Fisika Bangunan. Yogyakarta: A NDI, 2008 h. 200-206
Universitas Sumatera Utara
sehingga disebut lampu tungsten-halogen yang efikasinya mencapai 17,5 lmwatt.
2. Lampu fluorescent : cahaya dihasilkan oleh pendaran bubuk fosfor yang melapisi bagian dalam tabung lampu. Fosfor berpendar karena menyerap
gelombang pendek cahaya ungu-ultra sebagai akibat lecutan listrik terbentuk oleh loncatan elektron antar katoda didalam tabung yang berisi uap merkuri
bertekanan rendah dan argon. Jenis bubuk fosfor menentukan warna cahaya yang dihasilkan. Efikasi lampu fluorescent antara 40-85 lmwatt dimana 25
energi dijadikan cahaya. Pada 100 jam pertama, terjadi penyusutan besar pada intensitas cahaya lumen. Efikasi lumen per watt lampu fluorescent 2-3 kali
lebih baik dari lampu pijar. 3. Lampu HID High-Intensity Discharge Lamps : cahaya dihasilkan oleh
lecutan listrik melalui uap zat logam. Lampu merkuri menghasilkan cahaya dari lecutan listrik dalam tabung kaca atau kuarsa berisi uap merkuri
bertekanan tinggi. Efikasi lampu HID antara 40-60 lmwatt. Dibutuhkan waktu antara 3-8 menit untuk menguapkan merkuri sebelum menghasilkan cahaya
maksimal. Perlu selang 5-10 menit sebelum dihidupkan kembali. Halida logam thalium, indium, dan sodium ditambahkan pada lecutan listrik untuk
memperbaiki efikasi dan warna sehingga disebut lampu metal-halida. Walau efikasi bias mencapai 70 lmwatt, umurnya berkurang hingga separuh.
Perkembangan selanjutnya dari lampu HID adalah lampu uap sodium bertekanan tinggi high pressure sodium vapor lamp. Salah satunya adalah
Universitas Sumatera Utara
dengan membuat tabung lecutan dari keramik yang berisi xenon, merkuri, dan sodium. Efikasi lampu HID mencapai lebih dari 95 lmwatt.
4. Lampu LED Light Emitting Diode : cahaya dihasilkan oleh dioda semikonduktor yang mengeluarkan energi cahaya ketika diberikan tegangan.
Semikonduktor merupakan material yang dapat menghantarkan arus listrik, meskipun tidak sebaik konduktor listrik. Semikonduktor umumnya dibuat dari
konduktor lemah yang diberi material lain. Pada LED digunakan konduktor dengan gabungan unsur logam aluminium, gallium, dan arsenit. Konduktor
AlGaAs murni tidak memiliki pasangan elektron bebas sehingga tidak dapat mengalirkan arus listrik. Oleh karena itu dilakukan proses doping dengan
menambahkan elektron bebas untuk mengganggu keseimbangan konduktor tersebut, sehingga material yang ada menjadi semakin konduktif.
3.5.3. Persamaan untuk Menentukan Faktor Pencahayaan Buatan