14
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Pustaka 1. Kajian tentang Anak Tunarungu
a. Pengertian Anak Tunarungu
Sutjihati Somantri 2012: 93 tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan
seorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera pendengarannya. Tunarungu ialah anak yang
kehilangan pendengarannya baik sebagian hard of hearing maupun seluruhnya deaf yang menyebabkan pendengarannya tidak memiiki
nilai fungsional dalam kehidupan sehari-hari. Haenudin 2013: 56 mengemukakan tentang pengertian
tunarungu yaitu seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar baik sebagian ataupun seluruhnya.
Hal ini dapat menyebabkan tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran. Sehingga ia tidak dapat menggunakan alat
pendengarannya dalam kehidupan sehari-hari yang membawa dampak dalam kehidupan secara komplek.
Selain itu, Suparno 2001: 9 secara pedagogis tunarungu dapat diartikan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan seseorang
dalam mendapatkan informasi secara lisan, sehingga membutuhkan bimbingan dan pelayanan khusus dalam belajarnya di sekolah.
Hambatan tersebut mengakibatkan anak tunarungu minim informasi.
15
Dari beberapa batasan yang dikemukakan para ahli tentang pengertian tunarungu dapat disimpulkan bahwa tunarungu adalah
seseorang dengan hilangnya fungsi pendengaran baik sebagian ataupun seluruhnya sehingga alat pendengaran tidak dapat digunakan
secara maksimal. Dalam belajarnya, anak tunarungu membutuhkan bimbingan dan pelayanan khusus untuk membantu anak tunarungu
dapat belajar dengan baik.
b. Klasifikasi Anak Tunarungu
Samuel A. Krik dalam Permanarian Somad dan Tati Hernawati 1995:29 Klasifikasi tunarungu dibagi menjadi tujuh.
Ketujuh hal tersebut adalah di bawah ini : 1 0 dB, yang menunjukan seseorang memiliki pendengaran yang
optimal. 2 1-26 dB, yang menunjukan seseorang masih memiliki
pendengaran yang normal. 3 27 – 40 dB, menunjukan seseorang memiliki kesulitan mendengar
bunyi-bunyi yang jauh, membutuhkan tempat duduk yang letaknya strategis dan memerlukan terapi wicara tergolong
tunarungu ringan. 4 41 – 55 dB, menunjukan seseorang mengerti bahasa percakapan,
tidak dapat mengikuti diskusi kelas, membutuhkan alat bantu dengar dan terapi wicara tergolong tunarungu sedang.
16
5 56 – 70 dB, seseorang hanya dapat mendengar suara-suara dari jarak yang dekat, masih mempunyai sisa pendengaran untuk
belajar bahasa dan bicara dengan menggunakan alat bantu mendengar serta dengan cara yang khusus tergolong tunarungu
agak berat. 6 71 – 90 dB, seseorang hanya dapat mendengar bunyi yang sangat
dekat, kadang-kadang dianggap tuli, membutuhkan pendidikan luar biasa yang intensif, membutuhkan alat bantu mendengar dan
latihan bicara secara khusus tergolong tunarungu berat sekali. 7 91 dB ke atas , menunjukan seseorang mungkin sadar akan adanya
bunyi atau suara dan getaran, banyak tergantung pada penglihatan daripada pendengaran untuk proses menerima informasi, dan
yang bersangkutan dianggap tuli tergolong tunarungu berat sekali.
Lebih lanjut
klasifikasi tunarungu
menurut Streng
dalamPermanarian Somad dan Tati Hernawati 1995:29-32 yaitu sebagaiberikut:
1 Jika seseorang kehilangan kemampuan mendengar 20 – 30 dB disebut Mild Losses.
2 Jika seseorang kehilangan kemampuan mendengar 30 – 40 dB disebutMarginal Losses.
3 Jika seseorang kehilangan kemampuan mendengar 40 – 60 dB disebut Moderat Losses.
17
4 Jika seseorang kehilangan kemampuan mendengar 60 – 70 dB disebut Severe Losses.
5 Jika seseorang kehilangan kemampuan mendengar 75 dB keatas disebut Profound Losses.
Berdasarkan berbagai klasifikasi tunarungu diatas kiranya dapat disimpulkan bahwa tunarungu terbagi menjadi orang tuli dan
orang kurang dengar dengan berbagai tingkat ketunarunguan mulai dari kehilangan pendengaran 20 dB hingga pendengaran 90 dB keatas.
Dalam penelitian ini, subyek termasuk orang kurang dengar, karena subyek masih memiliki sisa pendengaran. Dalam penelitian kali ini
peneliti mengambil subyek dengan klasifikasi kurang dengar. Hal ini diperkuat dengan subyek penelitian menggunakan alat bantu dengar
untuk merangsang bunyi dari luar.
c. Karakteristik Anak Tunarungu