17
4 Jika seseorang kehilangan kemampuan mendengar 60 – 70 dB disebut Severe Losses.
5 Jika seseorang kehilangan kemampuan mendengar 75 dB keatas disebut Profound Losses.
Berdasarkan berbagai klasifikasi tunarungu diatas kiranya dapat disimpulkan bahwa tunarungu terbagi menjadi orang tuli dan
orang kurang dengar dengan berbagai tingkat ketunarunguan mulai dari kehilangan pendengaran 20 dB hingga pendengaran 90 dB keatas.
Dalam penelitian ini, subyek termasuk orang kurang dengar, karena subyek masih memiliki sisa pendengaran. Dalam penelitian kali ini
peneliti mengambil subyek dengan klasifikasi kurang dengar. Hal ini diperkuat dengan subyek penelitian menggunakan alat bantu dengar
untuk merangsang bunyi dari luar.
c. Karakteristik Anak Tunarungu
Karakteristik anak tunarungu menurut Permanarian Somad danTati Hernawati 1996 : 35-39 dapat dikemukakan sebagai
berikut:
1 Karakteristik dalam segi intelegensi Pada dasarnya kemampuan intelektual anak tunarungu
samaseperti anak normal pada umumnya. Namun, perkembangan intelegensi anak tunarungu tidak sama cepatnya dengan anak
18
yang mendengar, karena anak yang mendengar belajar banyak dari apa yang mereka dengar, dan hal tersebut sangat sulit
dilakukan oleh anak tunarungu yang memiliki keterbatasan dalam mendengar. Pada umumnyaanak tunarungu memiliki intelegensi
normal atau rata-rata, akantetapi karena perkembangan intelegensi sangat dipengaruhi olehperkembangan bahasa maka anak
tunarungu akan menampakkanintelegensi yang disebabkan oleh kesulitan memahami bahasa.
Menurut Haenudin 2013: 66 mengemukakan bahwa rendahnya prestasi belajar anak tunarungu bukan berasal dari
intelektual yang renah. Tetapi pada umumnya disebabkan oleh intelegensinya
yang tidak
mendapat kesempatan
untuk berkembang secara optimal.
2 Karakteristik dalam segi bahasa dan bicara Anak tunarungu dalam segi bicara dan bahasa
mengalami hambatan, hal ini disebabkan karena perkembangan bahasa dan bicara berkaitan erat dengan ketajaman pendengaran.
Perkembangan bahasa dan bicara anak tunarungu sampai masameraban tidak mengalami hambatan karena merupakan
kegiatanalami pernafasan dan pita suara. Setelah masa meraban perkembangan bahasa dan berbicara anak tunarungu terhenti.Pada
masa meniru anak tunarungu terbatas pada peniruan yangsifatnya
19
visual yaitu gerak dan isyarat. Perkembangan bicaraselanjutnya memerlukan pembinaan secara khusus dan intensifsesuai dengan
taraf ketunarunguannya dan kemampuan-kemampuan lain.
3 Karakteristik dalam segi emosi dan sosial Karakteristik dalam segi emosi yang dikemukakan oleh
Sutjihati Soemantri 20012:98-99 bahwa kekurangan akan pemahamanbahasa lisan atau tulisan seringkali menyebabkan
anak tunarungumenafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan emosinya. Tekanan tersebut
menghambat perkembangan pribadinya dengan menampilkan sikap menutup diri, bertindak agresif, atau sebaliknya
kebimbangan dan keraguan.Menurut Wardani, dkk 2008: 5.19 pergaulan yang terbatas pada sesama tunarungu sebagai akibat
keterbatasan dalam berkomunikasi sehingga cenderung untuk bergaulbersosialisasi dengan sesama tunarungu.
4 Karakteristik dalam segi menulis Suparno 2001: 43 berpendapat bahwa tulisan bagi anak
tnarungu merupakan suatu modal penting dalam berkomunikasi, terutama bagi mereka yang komunikasi verbalnya kurang baik.
Dengan adanya tulisan yang baik, akan sangat membantu anak- anak tunarungu tersebut berkomunikasi. Namun, dalam menulis
20
menulis permulaan sebagai awal untuk anak mengenal apa yang ditulisnya. Sehingga anak mampu mengidentifikasi kata-kata
yang ditulis. Dalam penelitian ini dibatasi menulis dengan menyalin pada kata benda.
Dari beberapa karakteristik yang dikemukakan para ahli diatasdapat disimpulkan bahwa anak tunarungu memiliki keterbatasan
indera pendengaran, sehingga sulitnya menangkap suatu informasi. Karena anak tunarungutidak bisa mendengar dengan baik, maka anak
tunarungu mengalami hambatanbahasadan menulisnya. Hambatan menulis tersebutmemerlukan pembinaan secara khusus dan intensif.
Dengandemikian, dalam penelitian ini penggunaan metode merupakan sesuatu yang harusdiupayakan untuk pembinaan kemampuan menulis
anak tunarungu.Salah satu metode yang dapat digunakan yaitu metode Peer Tutorialatau Tutor Sebaya. Pengambilan metode ini juga melihat
dari perkembangan emosi dan sosialnya yang cenderung bergaul dengan sesama tunarungu karena keterbatasan dalam berkomunikasi
sehingga anak akan lebih mudah memahami perintah atau instruksi.
21
d. Karakteristik Siswa Kelas Dasar II dalam Menulis Permulaan.