Tingkat Kecemasan Hasil Penelitian

nadinya semakin meningkat ketika melihat pemasangan infus pada anaknya 39; respiratori pernafasan : 20 orang tua yang merasa dadanya terasa sempit pada saat melihat pemasangan infus pada 44 dan sebanyak 34 orang tua sering menarik nafas panjang ketika melihat pemasangan infus pada anaknya 74; gejala somatic yang dirasakan orang tua : 12 orang tua merasa tangannya terasa dingin dan lembab saat melihat pemasangan infus pada anak saya 26; gastrointestinal : 27 orang tua menjadi tidak selera makan atau selera makannya menurun ketika melihat anaknya dipasang infus 59; autonom : 10 orang tua merasa pusing sakit kepala pada saat melihat pemasangan infus pada anaknya 22 dan hanya 8 orang tua yang merasa wajahnya terlihat pucat ketika melihat prosedur pemasangan infus pada anaknya 17. Respon perilaku yang terjadi adalah : 18 orang tua ikut menangis ketika mendengar anaknya menangis pada saat dipasang infus 39, hanya 8 orang tua yang tangannya gemetar pada saat melihat anaknya dipasang infus 17, sebanyak 35 orang tua tidak tenang ketika menghadapi prosedur pemasangan infus pada anaknya 76, hanya 10 orang tua keluar tidak mau melihat ketika anaknya dipasang infus 22, 17 orang tua suka meremas-remas jari ketika melihat pemasangan infus pada anaknya 37, hampir semua orang tua 45 orang lebih banyak berdo’a pada saat melihat pemasangan infus pada anaknya 98 dan sebanyak 34 orang tua merasa bersalah ketika anaknya merasakan sakit nyeri pada saat dilakukan pemasangan infus 74, hanya 10 orang tua merasa banyak bicara dari biasanya dengan suara yang keras ketika melihat pemasangan infus pada anaknya 22 dan 15 orang tua menjadi lebih gugup pada saat melihat tindakan pemasangan infus pada anaknya 33. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.2. Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentasi berdasarkan kuesioner kecemasan responden n = 46 orang di Ruang III RSUD Dr. Pirngadi Medan. No. Pernyataan Jawaban Ya Tidak 1. Saya mempunyai firasat buruk ketika melihat tindakan pemasangan infus pada anak saya 33 15 orang 67 31 orang 2. Saya takut jika anak saya mendapatkan tindakan perawatan pemasangan infus yang tidak pantas dilakukan tusukan berulang dan dengan cara yang kasar 80 37 orang 20 9 orang 3. Saya takut jika pemasangan infus yang dilakukan akan memberikan efek yang membuat anak saya merasa semakin sakit atau nyeri. 85 39 orang 15 7 orang 4. Saya merasa tegang saat melihat tindakan pemasangan infus pada anak saya 48 22 orang 52 24 orang 5. Saya merasa gelisah ketika melihat tindakan pemasangan infus pada anak saya 74 34 orang 26 12 orang 6. Saya merasa lemas dan tidak berdaya ketika melihat anak saya dipasang infus 48 22 orang 52 24 orang 7. Saya merasa sedih ketika melihat anak saya dipasang infus 89 41 orang 11 5 orang 8. Saya ikut menangis ketika mendengar anak saya menangis pada saat dipasang infus 39 18 orang, 61 28 orang 9. Tangan saya gemetar pada saat melihat anak saya dipasang infus 17 8 orang 83 38 orang 10. Saya sulit berkonsentrasi ketika melihat pemasangan infus pada anak saya 52 24 orang 48 22 orang 11. Jantung saya berdebar-debar saat melihat anak saya dipasang infus 52 24 orang 48 22 orang 12. Denyut nadi saya semakin meningkat ketika melihat pemasangan infus pada anak saya 39 18 orang 61 28 orang No. Pernyataan Jawaban Ya Tidak 13. Dada saya terasa sempit pada saat melihat pemasangan infus pada anak saya 44 20 orang 56 26 orang 14. Saya sering menarik nafas panjang ketika melihat pemasangan infus pada anak saya 74 34 orang 26 12 orang 15. Tangan saya terasa dingin dan lembab saat melihat pemasangan infus pada anak saya 26 12 orang 74 34 orang 16. Saya tidak tenang ketika menghadapi prosedur pemasangan infus pada anak saya 76 35 orang 24 11 orang 17. Saya keluar tidak mau melihat ketika anak saya dipasang infus 22 10 orang 78 36 orang 18. Saya merasa banyak bicara dari biasanya dengan suara yang keras ketika melihat pemasangan infus pada anak saya 22 10 orang 78 36 orang 19. Saya merasa kehilangan kontrol kendali pada saat melihat pemasangan infus pada anak saya 35 16 orang 65 30 orang 20. Saya menjadi tidak selera makan atau selera makan saya menurun ketika melihat anak saya dipasang infus 59 27 orang 41 19 orang 21. Saya menjadi kurang perhatian pada diri saya, keluarga dan anak-anak saya yang lain ketika menghadapi prosedur pemasangan infus pada anak saya 48 22 orang 52 24 orang 22. Saya merasa pusing sakit kepala pada saat melihat pemasangan infus pada anak saya 22 10 orang 78 36 orang 23. Wajah saya terlihat pucat ketika melihat prosedur pemasangan infus pada anak saya 17 8 orang 83 38 orang 24. Saya merasa bersalah ketika anak saya merasakan sakit nyeri pada saat dilakukan pemasangan infus 74 34 orang 26 12 orang 25. Saya suka meremas-remas jari ketika melihat pemasangan infus pada anak saya 37 17 orang 63 23 orang No. Pernyataan Jawaban Ya Tidak 26. Saya lebih banyak berdo’a pada saat melihat pemasangan infus pada anak saya 98 45 orang 2 1 orang 27. Saya tidak mampu melakukan hal apapun ketika melihat pemasangan infus pada anak saya 46 21 orang 54 25 orang 28. Saya menjadi lebih gugup pada saat melihat tindakan pemasangan infus pada anak saya 33 15 orang 67 31 orang Berdasarkan hasil jawaban, maka dapat dilihat tingkat kecemasan orang tua yaitu : 7 orang 15,2 berada pada tingkat cemas ringan, 13 orang 28,3 berada pada tingkat cemas sedang, 18 orang 39,1 berada pada tingkat cemas berat dan 8 orang 17,4 berada pada tingkat panik. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.3. Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan tingkat kecemasan orang tua terhadap pemasangan infus pada anak usia prasekolah di Ruang III RSU. Dr. Pirngadi Medan n = 46. Tingkat Kecemasan Frekuensi Persentase Cemas ringan 28-34 7 orang 15,2 Cemas sedang 35-41 13 orang 28,3 Cemas berat 42-48 18 orang 39,1 Panik 49-56 8 orang 17,4

2. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai tingkat kecemasan orang tua terhadap pemasangan infus pada anak yang dilakukan terhadap 46 orang tua yang anaknya dipasang infus di Ruang III Rumah Sakit Umum Daerah Pirngadi Medan, maka dapat dilihat hasilnya sebagian besar orang tua mengalami cemas berat 18 orang, 39,1 dan cemas sedang 13 orang, 28,3. Usia orang tua berdasarkan karakteristik responden sebagian besar adalah berumur 20-40 tahun 83, 38 orang. Dilihat dari tugas perkembangannya maka kategori usia ini masuk dalam tahap dewasa awal, yang merupakan masa transisi dari masa remaja yang bebas kepada masa dewasa yang dipenuhi dengan tuntutan tanggung jawab yang lebih besar Stuart Llaraia, 2001. Sehingga pada usia dewasa awal, stressor yang dialami oleh seseorang dalam menghadapi kehidupan sehari-harinya cenderung lebih banyak Helena, 2002. Sholeh 2005 juga berpendapat bahwasannya faktor kecemasan dapat dipengaruhi oleh usia. Berdasarkan karakteristik responden dari penelitian ini, tingkat pendidikan terbanyak adalah SMA 48 22 orang. Notoatmodjo 2000 berpendapat, bahwa pendidikan seseorang berperan dalam membentuk sikap dan perilaku seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan. Karena hasil pendidikan ikut membentuk pola berpikir, pola persepsi dan sikap pengambilan keputusan seseorang. Pendidikan seseorang yang meningkat mengajarkan individu mengambil sikap keputusan yang terbaik untuk dirinya. Masalah yang muncul dalam dirinya mampu dikelola dengan pemikiran yang lebih rasional. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Lutfa 2008 mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien dalam tidakan kemoterapi di RS. DR. Moewardi Surakarta, dapat diketahui bahwa pasien yang pendidikan lebih tinggi, tingkat kecemasannya relatif lebih rendah. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh laharti 2009 di RS. Prikasih Jakarta mengenai hubungan tingkat pengetahuan orang tua tentang persiapan operasi pada anak usia 0-12 tahun dengan tingkat kecemasan orang tua, dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki pendidikan yang tinggi memiliki tingkat kecemasan yang lebih rendah dibanding dengan responden yang memiliki pendidikan yang rendah. Menurut Trismiati 2004, jenis kelamin merupakan identitas responden yang dapat digunakan untuk membedakan responden laki-laki atau perempuan. Berdasarkan jenis kelamin yang terbanyak pada penelitian ini adalah perempuan 72 33 orang. Dari penelitian yang dilakukan oleh laharti 2009, dapat disimpulkan bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki memiliki tingkat kecemasan lebih rendah dibanding dengan responden berjens kelamin perempuan. Laki-laki dan perempuan sudah pasti berbeda. Berbeda dalam cara berespon, bertindak, dan bekerja di dalam situasi yang mempengaruhi setiap segi kehidupannya Kurniawan, 2008. Kaaplan Saddock 1998, mengemukakan bahwa diperkirakan jumlah mereka yang menderita kecemasa baik aku maupun kronis dengan perbandingan wanita dan laki-laki 2:1. Selain itu umumnya perempuan dalam merespon stimulus atau rangsangan yang berasal dari luar lebih kuat dan lebih intensif daripada laki-laki. Laki-laki lebih rileks dibanding perempuan Rhamdani, 2008. Pada penelitian ini sebagian besar responden adalah perempuan dan umumnya bekerja sebagai ibu rumah tangga 15 orang, 33. Ibu rumah tangga lebih memiliki cukup waktu untuk menjaga anaknya yang sedang dirawat di rumah sakit Rhamdani, 2008.