18
2.1.1 Sosiologi Sastra
Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi berasal dari kata sos Yunani yang berarti bersama, bersatu, kawan, teman, dan logi
logos berarti sabda, perkataan, perumpamaan. Sastra dari akar kata sas Sansekerta berarti mengarahkan, mengajarkan, memberi petunjuk dan instruksi.
Akhiran tra berarti alat, sarana. kesimpulan dari definisi tersebut, keduanya memiliki objek yang sama yaitu manusia dan masyarakat. Grebstein dalam
Damono,1984: 4-5 menjelaskan bahwa karya sastra tidak dapat dipahami secara menyeluruh dan tuntas jika dipisahkan dari budaya masyarakat yang
menghasilkannya. Dengan demikian, kesamaan permasalahan antara sosiologi dengan sastra adalah sama-sama berurusan dengan manusia dan masyarakat.
Namun, seorang sosiolog hanya dapat melihat fakta berdasarkan kenyataan yang terjadi di dalam masyarakat. Sedangkan sastrawan mampu mengungkapkan
kenyataan melalui imajinasinya. Uraian di atas dipertegas oleh pendapat Ratna 2004: 399 yang
mengatakan bahwa sosiologi sastra adalah “Analisis karya sastra dalam kaitannya dengan masyarakat”. Jadi, sosiologi adalah kajian terhadap suatu karya sastra
dengan mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatannya baik yang berhubungan dengan penciptanya, gambaran masyarakat dalam karya itu, maupun
pembacanya.
2.1.2 Konflik
Konflik berasal dari kata kerja Latin, yakni configure yang bermaksud saling memukul. Dari sudut sosiologi konflik adalah suatu proses sosial antara
dua orang atau lebih, boleh juga dalam kumpulanorganisasi di mana salah satu
Universitas Sumatera Utara
19 pihak berusaha menyingkirkan pihak yang lain. Konflik berlaku disebabkan
perbedaan pendapat oleh individu dalam interaksi. Perbedaan tersebut ialah berkaitan dengan fisik, kepandaian, pengetahuan, adat dan budaya, keyakinan,
agama dan sebagainya, http:rakansiswa 01.wordpress.com.
2.1.3 KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA KDRT
KDRT merupakan fakta sosial yang bersifat universal karena dapat terjadi dalam sebuah rumah tangga tanpa pembedaan budaya, agama, suku bangsa, dan
umur pelaku maupun korbannya. Karena itu, ia dapat terjadi dalam rumah tangga dari keluarga sederhana, miskin dan terbelakang maupun rumah tangga dari
keluarga kaya, terdidik, terkenal, dan terpandang. Tindak kekerasan ini dapat dilakukan oleh suami atau istri terhadap pasangan masing-masing, atau terhadap
anak-anak, anggota keluarga yang lain, dan terhadap pembantu mereka secara berlainan maupun bersamaan.
Perilaku merusak ini berpotensi kuat menggoyahkan sendi-sendi kehidupan rumah tangga dengan sederetan akibat di belakangnya, termasuk yang
terburuk seperti tercerai-berainya suatu rumah tangga.
Menurut Budiary 2008 KDRT adalah segala bentuk tindak kekerasan yang dilakukan oleh salah satu anggota dalam rumah tangga misalnya suami terhadap
istri yang berakibat menyakiti secara fisik, psikis, seksual dan ekonomi, termasuk ancaman, perampasan kebebasan yang terjadi dalam rumah tangga atau keluarga.
Selain itu, hubungan antara suami dan istri diwarnai dengan penyiksaan secara verbal, tidak adanya kehangatan emosional, ketidaksetiaan dan menggunakan
kekuasaan untuk mengendalikan istri, http:liputankita.com.
Dari uraian di atas banyak contoh-contoh KDRT yang sering terjadi di
dalam rumah tangga. Hal tersebut memberi pelajaran bagi kita untuk lebih berhati-hati dalam memilih pasangan hidup dan lebih berhati-hati dalam menjalani
kehidupan berumah tangga.
Universitas Sumatera Utara
20
2.1.4 Novel Tea for Two