41 ”Tadi aku sudah bilang...”
”Karena aku...” Sasy menelan ludah, ”... bersahabat denangan mereka.” Brak Alan menhantam meja sekali lagi.
”Kamu nggak pernah mau menuruti permintaanku Aku sudah bilang mereka itu gak baik buat kamu Nggak baik” bentak Alan.” hitung berapa
kali kamu nggak menempati janjimu” Sunyi. Sassy menatap Alan dengan gemetar. Pandangan mata alan dingin,
beku, tapi menyala-nyala. Membakar, penuh percik-percik maut.
”Aku...,” jawab Sassy tergagap. ”Maaf...” Alan menyisir rambutnya dengan tangan. Dia tertawa kecil.
”Alan?” ”Apa?” bentak Alan ketus.
Sassy mendekap mulut. Rasanya pahit. Tangannya pahit di bibir.” jangan marah-marah.... minta maaf...”
”Hahahaha, aku ngak marah-marah,” kata Alan. Matanya berkedut. ”Kamu Pikir Aku Orang Suci yang nggak punya emosi ngeliat istrinya
tidak menempati janjinya? Kamu pikir aku begitu ya? Hah?” Sassy tertawa getir. Jadi Alan memang marah-marah. Tapi dia bilang tidak
marah. Siapa yang percaya membentak tidak berarti marah? Sebenarnya siapa sih Alan itu? Apa dia adalah orang yang sama yang dulu Sassy kenal
dan cintai?
Sassy berjalan mendekati Alan, berusaha menggapainya. Berdasarkan isi novel Tea for Two di atas dapat disimpulkan bahwa alat
teknologi sangat menimbulkan adanya kecurigaan antara suami istri apabila disalah gunakan yang dapat menyebabkan terjadinya Kekerasan dalam rumah
tangga. Untuk itu disini diharapkan peran pemerintah dalam menangani masalah teknologi suaya tidak menambah terjadinya masalah di dalam rumah tangga.
Dengan disahkan undang-undang KDRT, pemerintah dan masyarakat lebih berupaya menyadarkan dan membuka mata serta hati untuk tidak berdiam
diri bila ada kasus KDRT lebih ditingkatkan pengawasannya.
4.2.3 Kelas Sosial Mata Pencaharian
Sassy adalah seorang perempuan pengusaha biro jodoh, yang diberi nama Tea for Two dan punya moto “hidup bahagia selama-lamanya”. Tea for Two
memang bukan biro jodoh yang sekadar mempertemukan kliennya dengan sembarang orang, tetapi selalu berupaya agar kliennya mendapat pasangan yang
Universitas Sumatera Utara
42 benar-benar tepat. Banyak orang telah dibantu Sassy untuk mendapatkan
pasangan. Selain itu, Sassy juga juga menangani pekerjaan sebagai wedding organizer dan wedding planner. Dapat dilihat pada kutipan pada novel Tea for
Two karya Clara Ng 2007: 165 di bawah ini. Suatu hari Alan menantang saya untuk memikirkan masa depan saya di
perusahaan ini. Dia mengeluhkan kesibukan saya yang tak kunjung selesai. Dia cemburu dengan para klien yang datang dan pergi. Dia kesal dengan
waktu kami berdua yang berkurang karena harus berbagi dengan urusan pekerjaan.
“Aku dapat menjaga kamu. Aku dapat mengurus kamu, sas.” “Aduh, udah ah.”
“kenapa tidak membiarkan aku mengurus hidupmu?” “sekarang kamu sudah menikah. Seharusnya keluarga kamu adalah
seluruh hidup kamu.” “Aku menikah, menjadikanmu istriku, bukan nyari pembantu. Aku butuh
pendamping hidup. Di mana istriku saat aku butuh kehadirannya?” “istrimu sedang berada di rapat, bertemu dengan klien, mengurus bisnis
yang memutar roda kehidupan ekonomi bagi banyak orang. Gini, aku bekerja bukan hanya untuk diriku, aku bekerja agar orang-orang lain yang
tergantung pada perusahaan ini tidak tersisihkan di masayarakat”.
“kamu dapat menjual perusahaanmu” Saya menatap Alan dengan pandangan terluka. “Menjualnya? Aku gak
salah dengan?” “Katamu, banyak orang yang bergantung pada hidup di perusahaan. Kalau
kamu gak dapat menutupnya, kamu dapat menjualnya. Toh kehidupan karyawan-karyawanmu tetap terjamin.”
“Aku tak pernah berpikir hendap menutup atau menjual.” “Nah.” Alan menyiringai. Raut wajahnya tetap serius. Saya terkadang
bertanya-tanya bagaimana dia dapat melakukan kombinasi paras muka yang berbeda seperti itu? “Kamu mulai memikirkannya sekarang.”
“Aku gak mau memikirkannya Menjual perusahaanku? Gila Rasanya rasanya sakit banget.”
“Berati kamu nggak peduli dengan kepentingan keluargamu. Kamu nggak mau peduli padaku.”
“Nggak ada hubungannya” “Semuanya berhubungan?”
“Kamu tahu maksudku” “Kamu sungguh-sungguh waktu aku bilang aku mencintaimu.”
“Well, aku sungguh-sungguh waktu aku bilang aku mencintaimu.” Ini lagi. Ini lagi. Ini lagi.
Saya merasa hidup saya perlahan-lahan memudar. Seperti warna baju yang sering dicuci dan dijemur di bawah terik matahari. Seperti siluet tubuh
yang menggelap disergap rembang petang.
Universitas Sumatera Utara
43 Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa kekerasan ekonomi
adalah suatu tindakan yang membatasi istri untuk bekerja di dalam atau di luar rumah untuk menghasilkan uang dan barang, termasuk membiarkan istri yang
bekerja, sementara suami tidak memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Sebagian suami juga tidak memberikan gajinya pada istri karena istrinya berpenghasilan,
suami menyembunyikan gajinya,mengambil harta istri, tidak memberi uang belanja yang mencukupi, atau tidak memberi uang belanja sama sekali, menuntut
istri memperoleh penghasilan lebih banyak, dan tidak mengijinkan istri untuk meningkatkan karirnya.
KDRT menurut Undang-undang RI no. 23 tahun 2004 adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan,
pemaksaan, atau pe-rampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.
Penindasan terhadap wanita terus menerus menjadi perbincangan hangat. Salah satunya adalah KDRT. Perjuangan penghapusan KDRT nyaring disuarakan
organisasi, kelompok atau bahkan negara yang meratifikasi konvensi mengenai penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan Convention on Tea
Elimination of All Form of DiscriminationCEDAW melalui Undang-undang No 7 tahun 1984. Juga berdasar Declarasi Penghapusan Kekerasan Terhadap
Perempuan yang dilahirkan PBB tanggal 20 Desember 1993 dan telah di artifikasi oleh pemerintah Indonesia. Bahkan di Indonesia telah disahkan Undang-undang
No 23 Tahun 2004 tentang ‘Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga’.
Universitas Sumatera Utara
44 Perjuangan penghapusan KDRT berangkat dari fakta banyaknya kasus
KDRT yang terjadi dengan korban mayoritas perempuan dan anak-anak. Hal ini berdasarkan sejumlah temuan Komisi Nasional Anti-Kekerasan terhadap
Perempuan Komnas Perempuan dari berbagai organisasi penyedia layanan korban kekerasan.
Tanggal 22 September 2004 merupakan tanggal bersejarah bagi bangsa Indonesia. Pada tanggal tersebut, perjuangan perempuan Indonesia, terutama yang
tergabung dalam Jaringan Advokasi Kebijakan Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan Jangka-PKTP, yang merupakan gabungan LSM perempuan se-
Indonesia, membuahkan hasil disahkannya RUU Penghapusan KDRTmenjadi UU.
Kelompok mencoba mengidentifikasikan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya KDRT yaitu pertama faktor pembelaan atas kekuasaan laki-laki di
mana laki-laki dianggap sebagai sumber daya dibandingkan dengan wanita, sehingga mampu mengatur dan mengendalikan wanita. Kedua, faktor
Diskriminasi dan pembatasan dibidang ekonomi, dimana diskriminasi dan pembatasan kesempatan bagi perempuan untuk bekerja mengakibatkan
perempuan istri ketergantungan terhadap suami, dan ketika suami kehilangan pekerjaan maka istri mengalami tindakan kekerasan. Ketiga, faktor beban
pengasuhan anak dimana istri yang tidak bekerja, menjadikannya menanggung beban sebagai pengasuh anak. Ketika terjadi hal yang tidak diharapkan, maka
suami akan menyalahkan istri sehingga tejadi kekerasan dalam rumah tangga. Keempat yaitu faktor wanita sebagai anak-anak, dimana konsep wanita sebagai
hak milik bagi laki-laki menurut hukum, mengakibatkan keleluasaan laki-laki
Universitas Sumatera Utara
45 untuk mengatur dan mengendalikan segala hak dan kewajiban wanita. Laki-laki
merasa punya hak untuk melakukan kekerasan sebagai seorang bapak melakukan kekerasan terhadap anaknya agar menjadi tertib, Kelima faktor orientasi peradilan
pidana pada laki-laki, dimana posisi wanita sebagai istri di dalam rumah tangga yang mengalami kekerasan oleh suaminya, diterima sebagai pelanggaran hukum,
sehingga penyelesaian kasusnya sering ditunda atau ditutup. Alasan yang lazim dikemukakan oleh penegak hukum yaitu adanya legitimasi hukum bagi suami
melakukan kekerasan sepanjang bertindak dalam konteks harmoni keluarga. Penerapan sistem itu telah meluluh-lantakkan sendi-sendi kehidupan asasi
manusia. Untuk persoalan ini, dibutuhkan penerapan hukum yang menyeluruh oleh
negara. Kalau tidak akan terjadi ketimpangan. Sebagai contoh sulit untuk menghilangkan pelacuran, kalau faktor ekonomi tidak diperbaiki. Kekerasaan
dalam rumah tangga, kalau hanya dilihat dari istri harus mengabdi kepada suami, pastilah tidak seimbang. Padahal dalam Agama, suami diwajibkan berbuat baik
kepada istri. Kekerasaan yang dilakukan oleh suami seperti menyakiti fisiknya dapat diberikan sanksi. Disinilah letak penting tegaknya hukum yang tegas dan
menyeluruh. Di samping itu, diperlukan sosialisasi yang memadai bagi masyarakat luas,
terutama bagi para pihak yang berpotensi melakukan KDRT, sebagai upaya pencegahan. Bagi pihak yang mungkin menjadi korban KDRT, sosialisasi perlu,
agar bila terjadi KDRT, ia dapat memperbaiki nasibnya karena telah mengetahui hak-haknya.
Universitas Sumatera Utara
46
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Tea for Two memaparkan salah satu cerita fakta yang banyak terjadi di sekitar kita, tapi kita sendiri nggak tahu. entah karena memang korban KDRT ini
tidak terbuka atau masyarakat kurang menyadarinya. Tea for Two ini hanya sepenggal cerita yang menunjukkan pada kita bahwa melihat seseorang dari
luarnya saja mungkin tidak cukup untuk menilai bahwa seseorang itu baik-baik saja, karena dapat jadi ada tanda-tanda lain yang dapat kita baca pada sifat-sifat
seseorang. Jatuh cinta itu memang indah dan dapat dibilang sejuta rasanya tapi kalau jatuh cinta sudah menutupi banyak logika dapat jadi malah akan
menjerumuskan. 1
Adapun bentuk-bentuk KDRT yang dialami Sassy sebagai tokoh utama adalah kekerasan fisik dan kekerasan psikis yakni :
A Kekerasan Fisik adalah segala perbuatan suami yang menimbulkan rasa sakit atau luka pada istri. Para korban mengaku ada yang dipukul, ditendang,
diseterika, disundut dengan rokok, kepala dibotakin sampai disiram air keras. Hal ini dapat dilihat dalam rumah tangga Sassy yang sering mendapat
tamparan dari suaminya Alan. B Kekerasan Psikis adalah
Kekerasan psikis adalah suatu tindakan penyiksaan secara verbal seperti: menghina, berkata kasar dan kotor yang mengakibatkan
menurunnya rasa percaya diri, meningkatkan rasa takut, hilangnya kemampuan untuk bertindak dan tidak berdaya. Hal ini dapat dilihat saat Alan menghina Sassy
Universitas Sumatera Utara