Landasan Teori KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

21

2.2 Landasan Teori

Dalam penelitian ini membutuhkan landasan teori yang mendasari, karena landasan teori merupakan kerangka dasar sebuah penelitian. Landasan teori yang digunakan hendaknya mampu menjadi tumpuan seluruh pembahasan. Dalam analisis ini penulis akan menggunakan teori sosiologi sastra untuk menganalisis data-data yang diperlukan sebagai penunjang atas keberhasilan analisis ini. Sosiologi sastra merupakan pendekatan yang bertolak belakang dari orientasi kepada semesta, namun dapat juga bertolak dari orientasi kepada pengarang dan pembaca. Menurut pendekatan sosiologi sastra, karya sastra dilihat hubungannya dengan kenyataan. Kenyataan di sini mengandung arti yang cukup luas, yakni segala sesuatu yang berada di luar karya sastra dan yang diacu oleh karya sastra. Menurut Ratna 2004: 332 ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan mengapa sastra memiliki kaitan erat dengan masyarakat dan dengan demikian harus diteliti dalam kaitannya dengan masyarakat, sebagai berikut. 1. Karya sastra ditulis oleh pengarang, diceritakan oleh tukang cerita, disalin oleh penyalin, ketiganya adalah anggota masyarakat. 2. Karya sastra hidup dalam masyarakat, menyerap aspek-aspek kehidupan yang terjadi dalam masyarakat yang pada gilirannya juga difungsikan oleh masyarakat. 3. Medium karya sastra baik lisan maupun tulisan dipinjam melalui kompetensi masyarakat yang dengan sendirinya telah mengandung masalah kemasyarakatan. Universitas Sumatera Utara 22 4. Berbeda dengan ilmu pengetahuan, agama, dan adat-istiadat dan tradisi yang lain, dalam karya sastra terkandung estetik, etika, bahkan juga logika. Masyarakat jelas sangat berkepentigan terhadap ketiga aspek tersebut. 5. Sama dengan masyarakat, karya sastra adalah hakikat intersubjektivitas, masyarakat menemukan citra dirinya dalam suatu karya. Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa sosiologi sastra dapat meneliti melalui tiga perspektif, pertama, perspektif teks sastra, artinya peneliti menganalisisnya sebagai sebuah refleksi kehidupan masyarakat dan sebaliknya. Kedua, persepektif biografi pengarang yaitu peneliti menganalisis dari sisi pengarang. Perspektif ini akan berhubungan dengan kehidupan pengarang dan latar kehidupan sosial, budayanya. Ketiga, perspektif reseptif, yaitu peneliti menganalisis penerimaan masyarakat terhadap teks sastra. Sosiologi karya sastra itu sendiri lebih memperoleh tempat dalam penelitian sastra karena sumber-sumber yang dijadikan acuan mencari keterkaitan antara permasalahan dalam karya sastra dengan permasalahan dengan masyarakat lebih mudah diperoleh. Di samping itu, permasalahan yang diangkat dalam karya sastra biasanya masih relevan dalam kehidupan masyarakat. Sastra dapat dikatakan sebagai cermin masyarakat, atau diasumsikan sebagai salinan kehidupan, tidak berarti struktur masyarakat seluruhnya dapat tergambar dalam sastra. Yang didapat di dalamnya adalah gambaran masalah masyarakat secara umum ditinjau dari sudut lingkungan tertentu yang terbatas dan berperan sebagai mikrokosmos sosial. Seperti lingkungan bangsawan, penguasa, gelandangan, rakyat jelata, dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara 23 Selain sosiologi sastra penulis juga akan membicarakan tentang konflik yang terjadi pada tokoh-tokoh di dalam novel tersebut. Teori sosiologi berhubungan erat dengan konflik. Kedua hal inilah yang digunakan penulis. Karena menganalisis sebuah karya sastra itu selalu berhubungan dengan ilmu-ilmu lain yang mendukung dalam pengkajian tersebut. Salah satunya adalah sosiologi. Penulis ingin mengkaji dilihat berdasarkan konflik yang terdapat dalam novel Tea for Two karya Clara Ng, untuk mengkajinya penulis menghubungkannya dengan teori sosiologi sastra. Menurut Kamus Merriam Webster dan Advance Ubaydillah, http:www.e-psikologi.com : 2007 Konflik adalah : 1. Perlawanan mental sebagai akibat dari: kebutuhan, dorongan, keinginan atau tuntutan yang berlawanan 2. Tindakan perlawanan karena ketidakcocokan ketidakserasian 3. Berkelahi, berperang, atau baku hantam Salah satu contoh konflik sosial adalah KDRT. KDRT adalah penganiayaan yang terjadi di dalam rumah tangga. Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 2007: 4 Bentuk-bentuk KDRT itu ada 4 macam yakni: 1 Kekerasan Fisik Kekerasan Fisik adalah segala perbuatan suami yang menimbulkan rasa sakit atau luka pada istri. Para korban mengaku ada yang dipukul, ditendang, diseterika, disundut dengan rokok, kepala dibotakin sampai disiram air keras. 2 Kekerasan Psikis Kekerasan Psikis adalah tindakan suami yang mengarah pada kondisi istri korban merasakan ketakutan. Istri menjadi tertekan, lalu depresi, karena ruang geraknya jadi terbatas dan tak lagi merasakan kebebasannya sebagai individu. Universitas Sumatera Utara 24 Contohnya pernyataan suami pada istrinya, Kamu kan hidup menumpang. Atau suami mengancam istri untuk tidak ke luar rumah, dan kalau melanggar, harus menanggung akibatnya. 3 Kekerasan seksual Kekerasan Seksual adalah lebih ke arah pemaksaan hubungan seks. Apalagi sekarang banyak yang mengajarkan cara atau teknik berhubungan seks melalui VCD atau media lain. Akibatnya, suami ingin menerapkannya tanpa kesepakatan dengan sang istri lebih dulu. Akibatnya, istri mengalami tekanan batin. Di satu sisi, mereka merasa jijik, tapi di sisi lain takut ditinggalkan suami jika menolak. 4 Kekerasan ekonomi Kekerasan Ekonomi adalah bentuk kesulitan ekonomi yang dialami oleh istri karena suami tidak memberi nafkah. Misalnya, setiap hari istri dijatah Rp 10 ribu untuk keperluan rumah tangga. Cukup nggak cukup, harus cukup. Bahkan, ada yang tiap bulan harus bikin laporan keuangan, berapa pemasukan dan pengeluaran keluarga. Biasanya, apa yang dilakukan suami semata-mata karena latar belakang keluarganya. Salah satu contoh, ibu sang suami sangat royal, sehingga sang ayahlah yang mengontrol keuangan keluarga. Nah, ia sering mendengar keluhan ayahnya tentang sifat perempuan yang boros dan suka menghambur-hamburkan uang. Inilah yang kemudian diterapkan pada istrinya. Hal lain yang masuk kategori ini adalah larangan untuk bekerja. Jika ini disepakati bersama, tidak ada masalah. Yang jadi masalah, sebelum menikah, calon suami sudah memberi syarat, jika sudah menikah, istri harus berhenti bekerja dan mengurus keluarga saja. Ketika rumah tangga mengalami kesulitan Universitas Sumatera Utara 25 ekonomi, suami tetap bersikukuh istri tidak boleh bekerja dalam kondisi apa pun, istri memiliki hak untuk bekerja, apalagi jika ia memiliki keahlian. Dilihat dari semua bentuk-bentuk KDRT tersebut. Penulis ingin mengkaji novel Tea for Two karya Clara Ng dilihat berdasarkan bentuk KDRT berdasarkan kekerasan fisik dan psikis. Tetapi pada novel ini lebih banyak mengkaji secara kekerasan psikis dan dihubungkan dengan sosiologi yang mempengaruhinya.

2.3 Tinjauan Pustaka